View allAll Photos Tagged klenteng
Klenteng "Hong San Kiong" is located in Gudo village, Jombang. Besides known as religious place of Tri Dharma (Tios, Budha, and Konghucu), this temple is also functioned as medical place. The interesting point is the visitors who want to get drug are not only from the member itself, but also come from other religion members include the 'Moslems'. Beside that, the interaction with people around is well done.
The interaction of all people is respecting and peace, because its location is in the middle of resident. It has take place since this “Klenteng” / temple had stand up hundreds of years ago. The people around also often involve "process" or Klenteng renovation.
Klenteng with squeezing building nuance have some dwellers ( Deity) as host. They are Kong Co Kong Tik Tjoen Ong. The altar is in the middle of front room. There are Kong Co Hong Tik Tjoen Sing ( Earth Deity) in the left side, in his left is Kong Co Hyang Tfian Sing Tee (Sky Deity). Then in the right side there is host altar Kwan Sing Tee Koen ( Truth Deity) and under the 'rest place' of host Deity, there is Kong Cu Kong Tik Tjoen Ong’s vehicle called Bing Hoe Ciang Koen.
Actually, there are many residents in this temple that known by all follower. According to the head of Klenteng Tri Dharma of Hong San Kiong Organisation named Sutejo, since it had built, this temple has double functions both as religious place and as medical practice.
More info visit: www.eastjava.com
Kuliner khas peranakan China ini telah melekat kuat sebagai penganan khas Semarang. Ada empat sentra utama penjaja lumpia. Yaitu di Gang Lombok, Jalan Pemuda, Jalan Mataram, Jagalan serta Jalan Pandanaran Semarang. Masing-masing memiliki ciri khas walaupun pengelolanya masih punya ikatan keluarga.
Lumpia Gang Lombok no 11 bisa jadi warung lumpia tertua. Kini sudah dikelola generasi ketiga. Warungnya terletak di dekat Klenteng Tay Kak Sie, sekitaran Pasar Johar Semarang dan tidak buka cabang. Mereka menyediakan dua jenis lumpia, basah dan goreng. Kulit lumpia terasa lembut dengan isian yang padat. Paduan rebung muda, udang dan telor terasa pas dan tidak berbau, enak dinikmati bersama saus dan daun bawang segar.
Satu lumpia dibandrol Rp10 ribu. Tergolong mahal tapi juara soal rasa. Warung lumpia ini buka mulai jam 8 pagi sampai jam empat sore. Tapi pada musim liburan atau akhir pekan, tidak jarang warung tutup sekitar pukul 13.00 -14.00 WIB saking banyak peminat.
Untuk oleh-oleh, lumpia dikemas dalam besek. Satu besek bersampul gaya ‘jadul’ ini berisi 10 lumpia. Untuk perjalanan luar kota, sebaiknya membawa lumpia basah yang nantinya bisa digoreng sendiri. Lumpia basah tanpa pengawet ini bisa tahan 3 hari.
Jika ingin menikmati lumpia di warung ini, datanglah awal hari ketika belum terlalu ramai. Tempat makan di sini tergolong sempit, jadi tak akan nyaman menyantap lumpia panas saat ramai. Pilihan jajan lain di sekitaran gang Lombok yang patut dicoba ialah Es Gang Lombok . Tampilannya cerah berkat sirup merah. Bahan utama es ini menggunakan manisan mangga, kelapa muda dan cincau. Segar!
In the celebration of 'Laksamana Chengho' Festival in Semarang, Indonesia, many people are gathered not just to celabrate, but also to pray for his fortune
Tempat beribadah masyarakat China di Semarang. Telah jauh berkembang dibanding saat pertama berdiri.
Menurut informasi yang beredar, klenteng ini dibangun sebagai ucapan kepada Sam Poo Kong yang telah mengantarkan sejumlah masyarakat China ke kota Semarang.
e-wonosobo – Rangkaian Peringatan Hari Jadi Wonosobo tahun ini, tampaknya akan berlangsung lebih meriah dibanding tahun sebelumnya. Karena pada peringatan HUT Wonosobo ke 187 ini, akan dihelat Wonosobo Costume Carnival Competition (W2C) bertema Maskqueerade. Proses kompetisi dibuka mulai kemarin, puncaknya akan digelar Parade Extravaganza keliling kota pada 14 Juli Mendatang.
Sebagai persiapan, kemarin (29/5) Panitia Penyelenggara dari A Event Organizer bersama Dekranasda Kabupaten Wonosobo melakukan sosialisasi di Ruang Rapat Sekda Wonosobo sekaligus uji coba contoh kostum yang akan dihelat pada Wonosobo Costume Carnival Competition (W2C) tersebut.
Nur Cholis CEO A Event Organizer mengatakan, W2C digelar sebagai bentuk apresiasi kepada disainer Wonosobo yang terus bertumbuh. Selain itu untuk mengangkat potensi Wonosobo yang mempunyai khasanah seni dan budaya yang patut disuguhkan kepada publik.
“ Melalui ajang ini, harapanya bisa mengenalkan lebih benyak tentang warna Wonosobo,” katanya.
Untuk pelaksanaan acara, kata Cholis, kompetisi ini dimulai sejak kemarin dengan pendaftaran calon peserta hingga 14 Juni mendatang. Setelah itu, pada 7 Juli mendatang akan dilakukan seleksi tahap awal sebagai penentuan finalis. Bagi yang lolos sebagai finalis akan diikutsertakan pada 14 Juli mendatang dalam Parade Extravaganza sekaligus penentuan juara memperebutkan Piala Ketua Dekranasda Kabupaten Wonosobo.
“ Proses kompetisi memang cukup panjang, untuk itu kepada disainer yang berminat silahkan untuk segera mendaftakan karyanya,”katanya.
Direktur Kreatif Dan Event Manajer W2C, Alvin Aribowo menambahkan, ketentuan dalam ajang W2C karya yang diikutsertakan rancangan harus original, kreatif, inovatif, mudah dipakai, serta belum pernah dilombakan sebelumnya.Tak hanya itu, bahan yang digunakan juga 50 persennya harus berbahan dasar alam dan limbah, meliputi empat prinsip Reduce, Reuse, Recycle dan repair.
“Karya harus memenuhi syarat-syarat tersebut,”katanya.
Meski baru dibuka, Pemilik Butik Omah Tjilik ini, menyampaikan para pendaftar yang masuk sudah banyak. Diantaranya Subang, Jakarta, Jogjakarta, Magelang, Surabaya dan Salatiga. Untuk puncak acara akan dihelat secara meriah, karya yang masuk finalis akan dipamerkan pada parade dengan rute mencapai 2 kilometer dari Klenteng Hok Hoo Bio- Jalan A Yani kemudian finish di Pendopo Kabupaten.
“Pada parade tersebut akan ditentukan juara pertama. Baik modelnya maupun karyanya akan diberikan penghargaan,”katanya.
Menariknya lagi, imbuh Alvin, yang terlibat sebagai model untuk memperagakan baju karya para finalis tidak hanya kaum pria dan wanita. Namun melibatkan model dari Komunitas Waria Wonosobo.(rase)
Le temple de Lérab Ling est construit dans le style d'un monastère traditionnel tibétain. Il est inauguré par le Dalai Lama. Voir leur site officiel : www.lerabling.org
wayang potehi yang berasal dari China, berkembang di beberapa daerah. salah satunya di semaang. wayang potehi dimainkan di lingkungan klenteng walaupun tidak terkait dengan ritual kepercayaan orang Tionghoa
panggung pertunjukan wayang potehi sangat simpel, hanya berukuran 2,5 m x 2 m. panggung yang simple karena crew wayang potehi hanya 4 orang dengan peralatan musik yang sederhana
The only one Chinese temple monastery in Indonesia that using crab symbol at the gateway. This is the biggest synagogue in South East Asia
JERUK BALI BUAH KHAS PERSEMBAHAN. Jeruk Bali selalu ada di setiap altar persembahan klenteng di Singkawang yang dikenal dengan kota seribu Klenteng. (16/2). Menurut Nusantio Setiadi Ketua II Humas dan Umum Festifal Cap Go Meh Singkawang jeruk sebagai buah yang melambangkan kesehatan (BIPnewsroom/goro)
Klenteng "Hong San Kiong" is located in Gudo village, Jombang. Besides known as religious place of Tri Dharma (Tios, Budha, and Konghucu), this temple is also functioned as medical place. The interesting point is the visitors who want to get drug are not only from the member itself, but also come from other religion members include the 'Moslems'. Beside that, the interaction with people around is well done.
The interaction of all people is respecting and peace, because its location is in the middle of resident. It has take place since this “Klenteng” / temple had stand up hundreds of years ago. The people around also often involve "process" or Klenteng renovation.
Klenteng with squeezing building nuance have some dwellers ( Deity) as host. They are Kong Co Kong Tik Tjoen Ong. The altar is in the middle of front room. There are Kong Co Hong Tik Tjoen Sing ( Earth Deity) in the left side, in his left is Kong Co Hyang Tfian Sing Tee (Sky Deity). Then in the right side there is host altar Kwan Sing Tee Koen ( Truth Deity) and under the 'rest place' of host Deity, there is Kong Cu Kong Tik Tjoen Ong’s vehicle called Bing Hoe Ciang Koen.
Actually, there are many residents in this temple that known by all follower. According to the head of Klenteng Tri Dharma of Hong San Kiong Organisation named Sutejo, since it had built, this temple has double functions both as religious place and as medical practice.
more info visit: www.eastjava.com
Jakarta Trail Photo Hunt: outside St Maria church I capture a cute little boy. In the background is a statue of Mary
Klenteng "Hong San Kiong" is located in Gudo village, Jombang. Besides known as religious place of Tri Dharma (Tios, Budha, and Konghucu), this temple is also functioned as medical place. The interesting point is the visitors who want to get drug are not only from the member itself, but also come from other religion members include the 'Moslems'. Beside that, the interaction with people around is well done.
The interaction of all people is respecting and peace, because its location is in the middle of resident. It has take place since this “Klenteng” / temple had stand up hundreds of years ago. The people around also often involve "process" or Klenteng renovation.
Klenteng with squeezing building nuance have some dwellers ( Deity) as host. They are Kong Co Kong Tik Tjoen Ong. The altar is in the middle of front room. There are Kong Co Hong Tik Tjoen Sing ( Earth Deity) in the left side, in his left is Kong Co Hyang Tfian Sing Tee (Sky Deity). Then in the right side there is host altar Kwan Sing Tee Koen ( Truth Deity) and under the 'rest place' of host Deity, there is Kong Cu Kong Tik Tjoen Ong’s vehicle called Bing Hoe Ciang Koen.
Actually, there are many residents in this temple that known by all follower. According to the head of Klenteng Tri Dharma of Hong San Kiong Organisation named Sutejo, since it had built, this temple has double functions both as religious place and as medical practice.
More info visit: www.eastjava.com
One of the best preserved, and possibly the most beautiful, peranakan temple (klenteng) in Indonesia. The dwindling population of Lasem mean Cu An Kiong is empty most of the time.
Location : Lasem , Central Java, Indonesia
Rolleiflex 2.8B
Kodak Portra VC 400
C&C are always appreciated
Klenteng Tri Dharma atau biasa disebut klenteng Dewi Kwan Im di 10 Ulu, Palembang menjadi lokasi perayaan Tahun Baru Imlek. Dalam merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini, sedikitnya 10 ribu orang tumplek di klenteng yang terletak di tepi sungai Musi itu. (detiknews)
Kuil Sam Poo Kong atau Gedong Batu adalah sebuah kuil Tionghoa yang terletak di daerah Simongan, Semarang, Indonesia. Tempat ini konon dulunya adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah asal Tiongkok yang beragama Islam.
Klenteng Sam Poo Kong terkenal hingga ke mancanegara, bahkan kabarnya merupakan tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Tiongkok. Uniknya tujuan wisata ini kebanyakan oleh warga muslim Tiongkok dan/atau bernuansa budaya Islam, bukan nuansa budaya Tiongkok yang lekat dengan dupa dan lilin. Hal ini disebabkan warga muslim Tiongkok dari propinsi Yunnan sangat akrab dan mengenal baik serta menyakini bahwa Laksamana Cheng Ho sebagai panglima perang utusan Tiongkok keturunan Persia memiliki latar belakang Islam.
Bangunan inti dari klenteng ini adalah sebuah gua batu dan merupakan tempat utama dari lokasi ini. Gua batu ini dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Ho beserta anak buahnya saat berkunjung ke Pulau Jawa. Di dalamnya terdapat patung yang dipercaya sabagai patung Sam Poo Tay Djien atau Laksamana Cheng Ho. Di lokasi ini juga bisa dijumpai altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Ho saat di Jawa, yang sering pula dikunjungi pengunjung untuk berziarah.
Pemberian nama bangunan/gedung tersebut cukup unik mengingat pemberian nama didasarkan pada benda yang berasal dari kapal tersebut. Sebagai contoh, Mbah Kiai Cundrik Bumi merupakan tempat segala jenis persenjataan yang digunakan untuk mempersenjatai awak kapal. Kiai/Nyai Tumpeng berkaitan dengan urusan makanan di kapal dan Kiai Djangkar tempat meletakkan jangkar kapal. Sedangkan Mbah Djurumudi diduga/dipercaya sebagai makam dari jurumudi kapal. Dalam bangunan tersebut dihiasai dengan berbagai lukisan dan patung-patung yang menggambarkan perjalanan Cheng Ho sampai ke Jawa termasuk pula di permukaan dua pilar bangunan utama.
e-wonosobo – Perayaan Cap Go Meh umat Tri Dharma Wonosobo pada tahun ini tampaknya dirayakan secara sederhana. Pada tahun lalu rangkain Gong Xi Fa Cai ini dihelat meriah nerupa pawai Liongsai dan Barongsai keliling kota. Namun Senin (7/2) malam perayaan hanya diisi sembahyang serta jamuan makan malam di Aula Klenteng.
Perayaan Cap Go Meh Umat Tri Dharma Klenteng Hok Hoo Bio Wonosobo dimulai sekitar pukul 18.00 WIB. Ratusan warga Tionghoa beserta keluarga memadati serambi Klenteng secara bersamaan menggelar sembahyang Cap Go Meh. Setelah proses sembahyang, acara dilanjutkan dengan seni pertunjukan kesenian di Aula Belakang Klenteng.
Pertunjukan dimulai dengan tarian atraktif Liongsai dan Barongsai serta deretan nyanyian dan tarian Tiongkok. Menariknya, dalam seni pertunjukan kesenian dan budaya ini tidak hanya kesenian asal Tiongkok yang dipertontonkan. Namun juga dihelat seni tari tradisional jawa oleh Sanggar Satria serta Break Dance komunitas remaja kota dingin. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan jamuan makan malam dengan menu lontong opor ayam.
Sekretaris Yayasan Tri Dharma Klenteng Hok Hoo Bio, Salim Kardiyanto mengatakan, pada tahun ini perayaan Cap Go Meh dirayakan secara sederhana hanya digelar di komplek Klenteng. Pada tahun sebelumnya, perayaan dihelat lebih meriah dengan arak-arakan linongsai dan Barongsai keliling kota.
“ Tahun ini kita lebih sederhana, hanya jamuan makan malam serta berbagi bingkisan kepada kaum yang lebih tua,”katanya.
Salim mengatakan, Klentengnya memilih tidak mengeluarkan Liongsai dan Barongsai karena sebelumnya sudah ada pihak lain yang merayakan keliling kota. Sehingga umat Tri Dharma memilih perayaan lebih sederhana.
“ Dari Pihak Supermarket kemarin sudah mengeluarkan Liong dan barongsai, kita memilih di komplek Klenteng saja,”katanya.
Usai jamuan makan malam, sejumlah umat Tri Dharma ada yang melakukan sembahyang khusus. Para pelaku sembahyang ini umumnya mereka yang mempunyai shio kurang beruntung pada tahun naga ini. Dengan sembahyang yang dilakukan diharapkan akan mampu menolak balak atau ciong (sial) selama memasuki tahun naga air ini. (rase)
Kwan Sing Bio Temple is often used as a place for ritual Ciswak or Fung Shen. Both are ritual to remove bad luck for those who are troubled in their lives or feel his zodiac Jiong (conflict) with the Lunar New Year 2563 Shio of Water Dragon.
Sentiong temple (temple Grave Stone) is located at Jl. Lautze no. 38. The temple was originally a Dutch country house. In 1736 Frederik Julius Coyett, a member of the Council of the Indies, set up a summer home in the garden area outside the city. This house was built on the west side of the 'highway to the south' which is now called Jl. Gunung Sahari. In 1733 FJ Coyett headed an official delegation to the Palace of His Majesty in Kartasura and visited the ruins of the temples of Prambanan and brought two statues of Buddha from Kalasan. Coyett also brought statues from Sri Lanka and placed several sculptures on the walls of his new home, and elsewhere in the extensive garden.
After his death in 1735, the house was acquired by the Governor-General Jacob Mossel (1761) and Simon Josephe, a speculator. He sold it at high prices to the Chinese Captain Lim Tjipko.
In 1760 the Chinese captain lieutenants convened together to obtain a new cemetery. They asked all citizens to contribute to get the house in Golong Sari where there is a Buddhist temple with many statues of stone, which formerly made by the Chinese.
In 1888 this house belonged to the official Gong guan or 'Council of the Chinese people'.
Le temple de Lérab Ling est construit dans le style d'un monastère traditionnel tibétain. Il est inauguré par le Dalai Lama. Voir leur site officiel : www.lerabling.org
A man prays among the lit candles. This small temple is located just across the Grand Central Train Station. Kodak ColorPro 200, Canon 24mm f/2.8, Canon AE-1
Klenteng Gedung Batu Sam Po Kong adalah sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok beragama islam yang bernama Zheng He / Cheng Ho. Terletak di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Tanda yang menunjukan sebagai bekas petilasan yang berciri keislamanan dengan ditemukannya tulisan berbunyi "marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur'an".
Sumber Artikel : id.wikipedia.org/wiki/Klenteng_Sam_Po_Kong
e-wonosobo – Perayaan Cap Go Meh umat Tri Dharma Wonosobo pada tahun ini tampaknya dirayakan secara sederhana. Pada tahun lalu rangkain Gong Xi Fa Cai ini dihelat meriah nerupa pawai Liongsai dan Barongsai keliling kota. Namun Senin (7/2) malam perayaan hanya diisi sembahyang serta jamuan makan malam di Aula Klenteng.
Perayaan Cap Go Meh Umat Tri Dharma Klenteng Hok Hoo Bio Wonosobo dimulai sekitar pukul 18.00 WIB. Ratusan warga Tionghoa beserta keluarga memadati serambi Klenteng secara bersamaan menggelar sembahyang Cap Go Meh. Setelah proses sembahyang, acara dilanjutkan dengan seni pertunjukan kesenian di Aula Belakang Klenteng.
Pertunjukan dimulai dengan tarian atraktif Liongsai dan Barongsai serta deretan nyanyian dan tarian Tiongkok. Menariknya, dalam seni pertunjukan kesenian dan budaya ini tidak hanya kesenian asal Tiongkok yang dipertontonkan. Namun juga dihelat seni tari tradisional jawa oleh Sanggar Satria serta Break Dance komunitas remaja kota dingin. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan jamuan makan malam dengan menu lontong opor ayam.
Sekretaris Yayasan Tri Dharma Klenteng Hok Hoo Bio, Salim Kardiyanto mengatakan, pada tahun ini perayaan Cap Go Meh dirayakan secara sederhana hanya digelar di komplek Klenteng. Pada tahun sebelumnya, perayaan dihelat lebih meriah dengan arak-arakan linongsai dan Barongsai keliling kota.
“ Tahun ini kita lebih sederhana, hanya jamuan makan malam serta berbagi bingkisan kepada kaum yang lebih tua,”katanya.
Salim mengatakan, Klentengnya memilih tidak mengeluarkan Liongsai dan Barongsai karena sebelumnya sudah ada pihak lain yang merayakan keliling kota. Sehingga umat Tri Dharma memilih perayaan lebih sederhana.
“ Dari Pihak Supermarket kemarin sudah mengeluarkan Liong dan barongsai, kita memilih di komplek Klenteng saja,”katanya.
Usai jamuan makan malam, sejumlah umat Tri Dharma ada yang melakukan sembahyang khusus. Para pelaku sembahyang ini umumnya mereka yang mempunyai shio kurang beruntung pada tahun naga ini. Dengan sembahyang yang dilakukan diharapkan akan mampu menolak balak atau ciong (sial) selama memasuki tahun naga air ini. (rase)
Klenteng "Hong San Kiong" is located in Gudo village, Jombang. Besides known as religious place of Tri Dharma (Tios, Budha, and Konghucu), this temple is also functioned as medical place. The interesting point is the visitors who want to get drug are not only from the member itself, but also come from other religion members include the 'Moslems'. Beside that, the interaction with people around is well done.
The interaction of all people is respecting and peace, because its location is in the middle of resident. It has take place since this “Klenteng” / temple had stand up hundreds of years ago. The people around also often involve "process" or Klenteng renovation.
Klenteng with squeezing building nuance have some dwellers ( Deity) as host. They are Kong Co Kong Tik Tjoen Ong. The altar is in the middle of front room. There are Kong Co Hong Tik Tjoen Sing ( Earth Deity) in the left side, in his left is Kong Co Hyang Tfian Sing Tee (Sky Deity). Then in the right side there is host altar Kwan Sing Tee Koen ( Truth Deity) and under the 'rest place' of host Deity, there is Kong Cu Kong Tik Tjoen Ong’s vehicle called Bing Hoe Ciang Koen.
Actually, there are many residents in this temple that known by all follower. According to the head of Klenteng Tri Dharma of Hong San Kiong Organisation named Sutejo, since it had built, this temple has double functions both as religious place and as medical practice.
More info visit: www.eastjava.com