View allAll Photos Tagged ASAL
El director de la Real Academia Española, Santiago Muñoz Machado, ha mantenido un encuentro con el ministro de Educación y Cultura de Uruguay, Pablo da Silveira. La visita a la sede institucional de la RAE ha tenido lugar tras el viaje que el pasado mes el director de la academia española realizó a la Academia Nacional de Letras de Uruguay como parte de la acción panhispánica que desarrolla la RAE desde la presidencia de la Asociación de Academias de la Lengua Española (ASALE).
Hampir pukul 10 malam saat bus yang kami tumpangi tiba di depan Hotel Daar al-Tawhid Inter continental, Madinah. Hotel tersebut berlokasi di depan Masjid Nabawi.
Jarak Jeddah-Madinah sekitar 450 km kami tempuh dalam waktu sekitar lima jam. Rombongan jamaah umrah Naja Tour berangkat dari Makkah pukul dua siang. Kami singgah di Jeddah–sekitar 75 Km dari Makkah–untuk berbelanja di al-Balad. Tempat tersebut sangat terkenal bagi jamaah haji dan umrah asal Indonesia sebagai pusat belanja oleh-oleh.
Tak lupa, jamaah menikmati bakso dan mi ayam di warung bakso Mang Udin. “Ini warung bakso yang sangat terkenal di Jeddah. Rasanya pun enak sekali, seperti rasa bakso yang biasa kita makan di Indonesia,” kata Ustaz Aminullah, muthowwif yang melayani kami, berpromosi.
“Pendek kata, ke Jeddah belum makan bakso Mang Udin, seakan-akan belum ke Jeddah. He he he. Di sini juga ada warung nasi yang terkenal asal Indonesia, Ayam Bakar Wong Solo. Restoran ini pun sangat ramai,” Ustaz Aminullah menambahkan.
Ini hari kelima aku melaksanakan umrah. Empat hari di Makkah, dan rencananya tiga hari di Madinah. Ini bukan umrahku yang pertama, tapi kali ini ada dua hal yang aku adukan kepada Tuhan. Pertama, aku ingin bertobat–sebenar-benar tobat–atas segala dosaku. Kedua, aku mencari petunjuk untuk menemukan istri dan anakku.
Dua puluh tahun lalu aku meninggalkan istri dan anakku karena tergoda sekretaris cantik di kantor. Sebagai pemilik dan bos perusahaan tersebut, aku merasa bisa melakukan apa saja. Termasuk menikahi sekretarisku, Sherly. Tapi rupanya ia meminta lebih dari itu. Ia meminta aku untuk memilih dia atau istri dan anakku. Dan jahatnya aku, saat itu lebih memilih dia. Aku menceraikan istriku dan membiarkannya pergi membawa anak kami yang baru berusia lima tahun.
Lima belas tahun berlalu, aku membina rumah tangga dengan Sherly. Kami tidak dikaruniai anak. Sherly tidak mau mengandung dan melahirkan anak karena takut bentuk badannya yang ramping dan seksi akan berubah.
Suatu hari, seperti disambar geledek, Sherly tiba-tiba minta cerai. Belakangan baru kutahu, ternyata dia sudah setahun lebih menjalin hubungan dengan seorang laki-laki, duda, pengusaha kaya, yang kemudian menjadi suaminya.
Kejadian itu menyadarkanku. Baru aku merasakan betapa aku merindukan istri dan anakku. Aku segera ke Cianjur. Namun, istri dan anakku sudah tak ada lagi di sana. Tetangga tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi.
Bertahun-tahun aku mencari informasi tentang istri dan anakku. Namun, mereka seperti hilang ditelan bumi.
Hingga suatu hari, tahun kelima, aku mendengar kabar samar bahwa mereka pergi ke Nusa Tenggara Barat (NTB). Tapi di mana tepatnya? NTB adalah provinsi yang luas.
Akhirnya kuputuskan pergi umrah. Dengan niat dan harapan penuh, semoga aku mendapatkan petunjuk di sana.
Begitu sampai di Jeddah dan bertemu Ustaz Aminullah, aku sampaikan niatku umrah untuk bertobat dan mencari petunjuk mengenai keberadaan istri dan anakku. Ustaz Amin, begitu dia dipanggil, sangat simpatik dan penuh empati.
Dia ikhlas menemaniku untuk melakukan tawaf lewat tengah malam, agar aku dapat mencium Hajar Aswad dan berdoa di tempat-tempat mustajab di Masjidil Haram. Dia juga membimbingku untuk shalat tobat dan istikharah. Namun, sampai kami berangkat ke Madinah, belum ada titik terang sama sekali.
“Jangan putus asa, Pak. Insya Allah, akan ada petunjuk. Di Masjid Nabawi kita akan bermunajat di Raudhah, tempat yang makbul. Semoga Allah megijabah doa Bapak,” tutur Ustaz Amin.
Satu hari menjelang pulang ke Tanah Air, Ustaz Amin mengatakan, ia bertemu seorang ustaz muda dari Indonesia, tepatnya Lombok, yang namanya sama dengan nama anakku.
“Mudah-mudahan dia memang anak Bapak,” ujarnya.
Selepas shalat Zhuhur di Masjid Nabawi, Ustaz Amin mempertemukan aku dengan ustaz muda itu. Ia berjalan bersama rombongan.
Dadaku langsung berdebar. Aku malu bertemu dengan ustaz muda yang berkharisma itu. Tapi ia yang mendahului bertanya, “Apakah Bapak bernama lengkap Fatih El Ghozi?”
“Iyyyaa,” jawabku terkejut.
“Istri Bapak bernama Sayyidah Qalbi?”
“Betul, Ustaz.”
“Anak Bapak bernama Adly Fairuz?”
“Semua itu benar,” sahutku bergetar.
“Apakah Bapak ingat ciri-ciri anak Bapak tersebut?”
Aku berusaha mengingat-ingatnya. Dua puluh tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun, tiba-tiba aku ingat sesuatu. “Ya, saya ingat, dia punya dua tahi lalat di pundak kirinya.”
Ustaz muda itu membuka bajunya yang sebelah kiri. Lalu menunjukkan dua tahi lalat di pundak kirinya. Belum sempat aku berkata-kata, tiba-tiba ia menghambur ke dalam pelukanku. “Bapak adalah ayah saya. Subhanallah, terima kasih ya Allah, Engkau telah mempertemukan saya dengan ayah saya.”
Ia lalu mencium tanganku. “Maafkan Adly, Ayah. Adly mohon ridha Ayah,” ujarnya dengan suara bergetar penuh emosi.
Spontan aku memeluknya. Kami berpelukan lama sekali. Tak ada kata-kata yang bisa keluar dari mulutku. Hanya air mata yang terus berderaian tak henti.
“Maafkan Ayah, Nak. Ayah sangat berdosa kepadamu dan ibumu,” akhirnya keluar juga kalimat itu dari mulutku.
“Sudahlah, Ayah. Tiada yang lebih baik untuk kita lakukan selain bersyukur kepada Allah.”
Ia langsung sujud syukur. Aku pun melakukan hal yang sama: mencium lantai Masjid Nabawi.
Para jamaah umrah yang dibimbing Adly masih berkumpul di sekitar kami. Mereka mungkin bingung terhadap apa yang terjadi.
“Para jamaah sekalian yang dimuliakan Allah. Perkenalkan, ini Ayah saya, Bapak Fatih El Ghozi. Kami terpisah selama 20 tahun. Ceritanya panjang. Tapi satu hal yang pasti: bagi Allah tidak ada yang tidak mungkin. Allah Mahakuasa,” kata Adly dengan wajah penuh kegembiraan.
Satu per satu jamaah memeluk aku dan mengucapkan selamat. Setelah itu, mereka kembali ke hotel.
Aku mengajak Adly masuk kembali ke dalam masjid. Kami duduk berhadapan.
“Nak, bagaimana kabar mamamu?”
“Alhamdulillah sehat, Ayah.”
“Di mana kalian tinggal? Dan bagaimana ceritanya?”
“Setelah berpisah dengan Ayah, mama mengajak Adly tinggal di Cianjur, di rumah nenek. Mama adalah anak satu-satunya. Beberapa bulan kemudian nenek meninggal, sedangkan kakek–seperti Ayah tahu–sudah meninggal setahun sebelumnya. Mama lalu menjual tanah dan rumah warisan.
Mama mengajak Adly pindah ke Lombok. Di sana, teman nyantri mama waktu di Gontor mendirikan pondok pesantren bersama dengan suaminya yang juga alumni Gontor. Mama jadi pembantu di pondok pesantren tersebut. Bagi mama, yang penting bisa untuk menyambung hidup dan Adly bisa nyantri gratis.”
Ya Allah, betapa besar dosaku kepada istri dan anakku. Aku menyia-nyiakan mereka hanya karena seorang wanita yang tidak mencintaiku dengan tulus.
“Alhamdulillah, Adly lulus Aliyah usia 16 tahun dan hafal 30 juz. Adly ikut seleksi beasiswa kuliah di al-Azhar University Kairo, Mesir. Alhamdulillah, Adly termasuk salah satu dari 300 pemuda Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa tersebut.
Mama sangat senang. Beliau pernah berkata, “Seandainya ayahmu tahu bahwa engkau dapat beasiswa kuliah ke al-Azhar, pasti akan bangga.’”
Ucapannya membuat aku kembali menguras air mata. Hatiku terasa semakin sedih dan bersalah.
“Adly lulus S-1 dari Al Azhar dalam waktu empat tahun dan pulang ke Indonesia dengan membawa gelar Lc. Mama bilang kepada Adly, ‘Pulanglah dulu. Abdikan dirimu di pondok pesantren. Insya Allah beberapa tahun lagi kamu melanjutkan kuliah S-2 dan S-3 di al-Azhar. Mudah-mudahan sebelum engkau kembali ke Kairo, Allah pertemukan engkau dengan ayahmu.”
Kali ini aku tak tahan lagi. Aku peluk anakku. Aku peluk ia erat sekali. Aku tak bisa berkata apa pun. Hanya air mata yang terus tumpah.
Setelah sekian lama, Adly berkata, “Adly sekarang jadi salah seorang ustaz di pondok pesantren. Adly juga menjadi imam rawatib di salah satu masjid jami di Lombok. Selain berdakwah ke berbagai kota, Adly juga menjadi pembimbing ibadah haji dan umrah,” tuturnya.
Hatiku begitu bahagia dan bangga. Anak yang kusia-siakan kini sudah menjadi orang yang berguna.
Aku minta Adly menyambungkan telepon ke mamanya.
“Assalamualaikum, Ma. Mama tahu, Adly sekarang dengan siapa? Doa Adly dan Mama dikabulkan Allah Adly bertemu ayah di Masjid Nabawi. Ini, ayah mau bicara dengan Mama.”
Lama aku dan Sayyidah terdiam.
“Assalamualaikum, Sayyidah,” suaraku bergetar.
“Walaikumussalam,” terdengar suara lembut yang kukenal 20 tahun lalu di seberang sana.
“Sayyidah, masih bolehkah aku bertemu denganmu? Aku hanya ingin mencium tanganmu dan mengucapkan permohonan maaf.”
“Terbalik, Mas. Sayyidah yang meminta maaf. Mungkin selama ini Sayyidah belum bisa jadi istri yang baik. Biarkan Sayyidah yang mencium tangan Mas Fatih.”
Aku menggigit bibir. Namun, air mata ini terus saja menderas.
“Pulang umrah besok, aku akan langsung ke Lombok. Aku minta diantar Adly.”
“Semoga Allah berikan kepada kita umur yang panjang dalam sehat dan taat kepada Allah.”
Namun, keesokan harinya, hanya tiga jam sebelum kami kembali ke Tanah Air, ada telepon masuk ke Adly. Isinya mengabari bahwa mamanya terkena strok, pembuluh darah pecah. Ia langsung dirawat di rumah sakit. Sampai saat ini belum sadarkan diri.
Aku terkejut dan sangat khawatir. Ya, Allah, izinkan aku menemui istriku dan meminta maaf atas segala kesalahanku.
Perjalanan Jeddah-Cengkareng yang hanya delapan jam terasa begitu lama. Ditambah transit tiga jam, kemudian terbang Cengkareng-Lombok selama dua jam. Sepanjang perjalanan dari Jeddah sampai Lombok, aku sama sekali tak bisa memicingkan mataku. Bayangan buruk berkali-kali menghantuiku.
Begitu mendarat di Bandara Internasional Lombok (BIL), Praya, aku dan Adly langsung ke rumah sakit. Istriku masih koma. Adly langsung memeluk mamanya dengan penuh kasih sayang seraya melantunkan berbagai macam doa.
Sejenak aku terpaku. Namun, segera aku cium tangan istriku. Wanita mulia yang telah kutinggalkan begitu saja hanya karena dorongan nafsu. “Maafkan aku, Sayyidah,” bisikku di telinganya. Namun, ia sama sekali tidak merespons.
Selama lima hari, istriku koma. Dokter melakukan berbagai upaya untuk mengobatinya. Namun hasilnya nihil.
Hari keenam, tiba-tiba tangannya bergerak. Segera kugenggam tangannya. “Sayyidah, maafkan aku, sayang.”
Ia menjawab dengan isyarat. Tangannya menggenggam jariku.
“Cepat sembuh ya sayang. Aku ingin kembali hidup bersamamu dan anak kita.”
Namun, tiba-tiba air matanya meleleh dari matanya. Dan pegangan tangannya kembali melemah.
Ia kembali koma. Dan dua hari kemudian meninggal dunia, tanpa sempat mengucapkan sepatah kata pun kepadaku maupun Adly.
***
Senja makin tenggelam dalam muram. Mentari kembali ke balik malam. Angin seakan berhenti berdesau. Memagut hatiku yang kian galau.
“Ayah, mari kita pulang. Sebentar lagi gelap,” Adly menyentuh bahuku.
Untuk kesekian kali aku memeluknya. Air mataku berderai.
“Maafkan aku, Nak. Ayah sangat berdosa kepadamu dan mamamu.”
“Adly sudah memaafkan Ayah. Dan mama pun, Adly yakin sudah memaafkan Ayah. Kita hidup menjalani takdir yang sudah Allah gariskan. Tugas kita berikhtiar. Dan Ayah sudah berikhtiar maksimal untuk menemukan mama dan Adly dan merajut kembali bangunan keluarga kita yang sempat rapuh. Tapi manusia berencana, Tuhan pun punya rencana. Dan rencana Tuhan selalu yang terbaik.”
Adly mencium tanganku. “Adly selalu bangga dengan Ayah. Dulu, sekarang dan se lamanya. Itu yang selalu mama ajarkan kepada Adly.”
“Mama selalu bilang, Ayah adalah cinta pertamanya. Ayah adalah satu-satunya laki-laki yang beliau kenal dalam hidupnya. Ayah melamar mama, saat mama nyantri di Pondok Pesantren Gontor. Kata mama, Ayah tidak mau menunggu sampai mama lulus dari pesantren karena takut mama disunting anak Pak Kiai. Ketika akhirnya Ayah berpaling kepada wanita lain, mama tetap membanggakan cinta Ayah dan menyimpan nama Ayah di lubuk hatinya yang paling dalam.”
Mendengar ucapannya, aku kembali tersedu. Kembali kupeluk anakku, sambil memandang makam yang masih merah itu. “Istriku, terbuat dari apakah hatimu? Bahkan intan permata pun tidaklah semulia itu. Seandainya saja Allah izinkan aku sehari saja menemanimu, ingin kucium kakimu dan kulayani engkau sepanjang waktu.”
“Ayah, Adly yakin mama tersenyum di alam kuburnya. Ia ingin Ayah bahagia. Dan ia menunggu Ayah di pintu surga.”
Adly meraih tanganku. “Sekarang saatnya kita pulang. Besok Adly antar Ayah ziarah ke makam mama. Kita berdoa bersama-sama untuk mama. Semoga Allah bahagiakan dan muliakan mama di alam barzakh.”
Aku melangkah perlahan. Sekali lagi kutengok makam istriku.
“Selamat jalan, cahaya mataku. Aku akan selalu merindukanmu dalam sunyiku dan doa-doaku.”
Masjid Nabawi, Madinah, 2 Syawwal 1439 H
Irwan Kelana adalah cerpenis, novelis, dan wartawan Harian Republika. Ia telah menerbitkan sekitar 20 judul buku, baik novel, kumpulan cerpen, biografi maupun buku-buku Islam. Lebih dari 10 kali memenangkan lomba menulis novel, cerpen, karya tulis, dan artikel tingkat nasional. Ia juga aktif memberikan pelatihan jurnalistik dan sastra di dalam maupun luar negeri.
[1] Disalin dari karya Irwan Kelana
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Republika” edisi Minggu 6 Januari 2019
The post Rindu di Tangkai Senja appeared first on Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara.
via Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara bit.ly/2CXh0lp
Cerita asal usul Kota Surabaya adalah cerita rakyat Jawa Timur yang paling sering diceritakan. Adik-adik semua harus tahu dongeng Surabaya ini. Yuk kita ikuti kisahnya.
Asal Usul Kota Surabaya : Kumpulan Cerita Rakyat Jawa Timur
Pada zaman dahulu, di sebuah lautan. Hiduplah dua hewan buas yang...
dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-jawa-timur-asal-usu...
Ni Xiaoxue, Malaysia
Mayroon akong dalawang anak na lalaki at sila ay may pagitan na isang taon. Upang mapalaki silang maayos at may magandang asal, kinausap ko ang aking asawa na maghanap ng magandang kindergarten para sa kanila.
Habang ang aking mga anak ay unti-unting lumalaki, nakita ko na sila ay ubod ng dominante at suwail. Halimbawa, nang dinala ko sila sa mall, kapag nakakita sila ng isang bagay na gusto nila, kinukuha na lamang nila ito. Kapag nakikipaglaro sila sa ibang mga bata, kapag nakakita sila ng isang bagay na gusto nila, aagawin nila ito mula sa iba. Kung ang ibang bata ay hindi ito ibibigay sa kanila, sasaktan nila ito. Mahigpit ko silang pinagsasabihan sa tuwing nangyayari ito. Gayunpaman, hindi lamang ito naging hindi mabisa, kundi ang aking mga anak ay naging mas hindi masunurin. Labis akong nalungkot tungkol dito. Paanong ang aking mga anak ay naging mapagmataas at masamang kumilos? Nakaramdam ako ng kawalan sa kung ano ang gagawin tungkol sa edukasyon ng aking mga anak at nakaramdam ako ng pagdurusa at pag-aalala.
Magdasal at Ipagkatiwala ang Aking mga Anak sa Diyos
Noong Marso 2017, tinanggap ko ang ebanghelyo ng kaharian ng Diyos. Nakita ko na ang mga salita ng Makapangyarihang Diyos ay nagsasabi, “Maliban sa pagsisilang at pagpapalaki ng anak, ang tungkulin ng mga magulang sa buhay ng isang bata ay ang bigyan lang sila ng isang pormal na kapaligiran na kalalakihan nila, sapagka’t walang may kaugnayan sa kapalaran ng tao maliban sa itinadhana ng Lumikha. Walang sinuman ang makakakontrol kung anong uri ang magiging kinabukasan ng isang tao; ito ay nauna nang naitadhana, at kahit na ang sariling mga magulang ay hindi mababago ang kapalaran ng isang tao” (“Ang Diyos Mismo, ang Natatangi III” sa Ang Salita ay Nagpapakita sa Katawang-tao). Nang makita ko ang mga salita ng Diyos ay natanto ko na kahit na ang aking asawa at ako ay mga magulang ng aming mga anak, kami lamang ay magbibigay ng isang kapaligiran kung saan sila lalaki. At sa kung ano ang magiging kinabukasan nila, lahat ng ito ay nasa kamay ng Diyos. Ang Diyos ang namamahala sa kanilang patutunguhan at magpapasya sa kanilang kinabukasan, hindi ang kanilang mga magulang. Ang tanging magagawa ko lang ay ang manalangin sa Diyos, ipagkatiwala ang aking mga anak sa Diyos at umaasa na gagabayan sila ng Diyos sa kanilang paglaki. Nagnilay din ako kung paano ko tinatrato ang aking mga anak. Palagi kong ginagamit ang aking mga kakayahan upang piliting kontrolin at pasakitan ang aking mga anak at sa tuwing nakikita kong sumusuway ang aking mga anak, mahigpit kong pinagsasabihan sila, iniisip kong baguhin ang kanilang masasamang gawi at pagbutihin ang kanilang kalibre sa ganitong paraan. Ngunit hindi lamang sa ang aking mga anak ay hindi naging masunurin at matino, naging tunay din silang mas suwail. Ngayon parang hindi ko naiintindihan ang katotohanan at hindi ko alam ang pangangasiwa at pag-sasaayos ng Diyos, kaya hindi ko maturuan ang aking mga anak, lalo’t hayaan silang lumaki nang malusog. Dapat kong baguhin ang aking paraan ng pagtuturo sa kanila at pakitunguhan sila na may wastong pag-uugali.
Pagkatapos nito, kapag ang aking mga anak ay nagkakamali, matiyaga ko silang kinakausap at pinapaalam ko sa kanila ang mga sariling pagkakamali. Kapag nakita ko silang yumuko ang kanilang mga ulo at tumigil sa pagsasalita, hindi ko na sila pinagsasabihan pa bagkus ipinagdarasal at ipinagkakatiwala ko sila sa Diyos. Unti-unti, napansin ko na sila ay mas tahimik kaysa dati at hindi na nila sinasaktan ang ibang mga bata at bihirang manumpa at magmura. Nang makita kong nagsisimula nang lumaki ng maayos ang aking mga anak, lubos akong nagpasalamat at alam ko na itong lahat ay dahil sa mga salita ng Diyos at mula sa kaibuturan ng aking puso ay nagpasalamat ako sa Diyos!
Inilagay ang Aking Sarili na Kapantay ng Aking mga Anak at Makipag-usap sa Kanila
Isang araw pagkatapos ng hapunan, tinuruan ko ang aking panganay na anak kung paano magbasa ng Chinese. Ilang beses ko siyang tinuruan, ngunit hindi pa rin niya ito maisulat. Isusulat lamang niya ang unang salita at pagkatapos ay kakalimutan ang susunod. Ang galit sa loob ko ay nangibabaw, sinimangutan ko siya at sumigaw ng malakas: “Ang bobo mo naman! Ni hindi mo matutunan ang ilang mga salita!” Ang aking panganay na anak na lalaki ay napatakbo sa takot at tumayo sa sulok. Pinagalitan ko siya, “Halika rito at magpatuloy na magsulat!” Ang aking panganay na anak ay hindi lumapit, kaya hinawakan ko siya at hinila siya sa upuan. Nang makita ang kalunos-lunos na hitsura ng aking panganay na anak, nakaramdam ako ng matinding kirot sa aking puso. Umiyak ako at bumalik sa aking kwarto at nanalangin sa Diyos: “Oh Diyos! Sa sandaling ang aking anak ay mapasama ang loob ko, hindi ko makontrol ang aking galit. Ayaw kong tratuhin ang aking anak ng ganito. Diyos ko, nawa’y tulungan Mo ako.” Pagkatapos magdasal, dahan-dahan akong huminahon.
Nang maglaon, tinuruan ko siya tulad ng dati, ngunit hindi pa rin siya natuto. Naalala kong manalangin sa Diyos at hindi na ako nagalit muli. Kasabay nito, sinimulan ko ring magnilay sa aking sarili. Bakit hindi ko makontrol ang aking galit kapag hindi ako sinusunod ng aking anak? Habang nagninilay nito, naisip ko ang isang sipi ng mga salita ng Diyos: “Sa sandaling magkaroon na ng katayuan ang isang tao, madalas ay mahihirapan na siyang kontrolin ang kanyang damdamin, kaya’t masisiyahan siyang samantalahin ang mga pangyayari upang ipahayag ang kanyang kawalang-kasiyahan at ilabas ang kanyang mga damdamin; madalas siyang sumisiklab sa matinding galit kahit walang malinaw na dahilan, upang ibunyag lamang ang kanyang kakayahan at malaman ng ibang tao na ang kanyang katayuan at pagkakakilanlan ay iba roon sa mga ordinaryong tao. Siyempre, ang mga tiwaling tao na walang anumang katayuan ay malimit ding mawawalan ng kontrol. Ang kanilang galit ay kadalasang dulot ng pinsala sa kanilang indibiduwal na mga benepisyo. Upang mapangalagaan ang kanilang sariling katayuan at dignidad, madalas na ilalabas ng tiwaling sangkatauhan ang kanilang mga damdamin at ibubunyag ang kanilang mayabang na kalikasan. … May ilang nagsasanay ng pagpigil sa kanilang galit, samantalang ang iba ay mas mapusok at sumisiklab sa labis na galit sa tuwing nais nila nang walang kahit katiting na pagpipigil. Sa madaling salita, ang galit ng tao ay nagmumula sa kanyang tiwaling disposisyon. Ano man ang layunin nito, mula ito sa laman at sa kalikasan; wala itong kinalaman sa katarungan o kawalang-katarungan sapagkat walang anuman sa kalikasan at diwa ng tao ang umaayon sa katotohanan” (“Ang Diyos Mismo, ang Natatangi II” sa Ang Salita ay Nagpapakita sa Katawang-tao). Sa pamamagitan ng ipinahayag na mga salita ng Diyos, nakita ko na labis akong napatiwali ni Satanas at sobra akong arogante at dominante, palaging pinipigilan at pinipilit ang aking mga anak sa aking pagkakakilanlan at katayuan bilang kanilang ina at sa sandaling hindi nila matugunan ang aking mga kahilingan at pamantayan o ang aking kagustuhan, hindi ko mapigilan ang aking sarili na magalit at pagsabihan sila. Ito ay dahil sa aking tiwaling disposisyon kaya hindi ko masunod ang Diyos at laging nais na makawala mula sa kapangyarihan at pag-sasaayos ng Diyos at nais kong ayusin ang kapalaran ng aking mga anak batay sa aking sariling kakayahan at sa huli ay dinala ang aking sarili at ang aking mga anak sa sobrang kalungkutan.
Kasunod nito, hindi na ako humiling ng sobra sa aking anak. Sa halip, matiyaga ko siyang tinuruan at ginawa ang aking makakaya bilang isang ina. Unti-unti, hindi na ako nag-aalala dahil ang aking mga anak ay hindi natututo, at nakadama ako ng kapanatagan at saya. Nang tingnan ko muli ang aking dalawang anak, napagtanto ko na sobrang nakatutuwa at masigla sila, at napagtanto ko noon kung gaano ako ka hindi patas sa aking mga anak kapag lagi ko silang pinapamuhay sa pamamaraan ko at lumaki sa pamantayang imahe sa aking isipan.
Kasunod nito, ang nakagulat sa akin ay ang aking mga anak ay nagsimulang magbago. Dati wala silang konsentrasyon sa kanilang pag-aaral at hindi maaaring umupo nang maayos kapag ginagawa ang kanilang takdang-aralin, isasandig ang ulo sa mesa at nais na maglaro pagkatapos magsulat ng ilang mga salita. Ngayon ay talagang nakaupo na sila at masigasig na ginagawa ang kanilang takdang-aralin. Sa mga nakaraang araw, ang aking panganay na lalaki ay hindi natutunan ang mga letrang Tsino na itinuturo ko sa kanya ng maraming beses, ngunit ngayon ay naaalala na niya ang mga ito pagkatapos kong sabihin ang mga ito ng isa o dalawang beses at kaya na niyang magbasa ng apat o limang salita. Nagulat talaga ako; hindi ko inaasahan, samantalang dati ang aking dalawang anak na lalaki ay madalas na nag-aaway kapag magkasama sila, ngayon ay biglang naging maayos ang pagkilos nila at hindi na nag-aaway. Ang aking panganay na anak ay kusang binibigay ang mga paboritong bagay niya sa kanyang nakababatang kapatid. Nang makita ng aking asawa ang pagbabago sa aming mga anak, namangha siya at tinanong niya ako kung paano ko tinuruan ang aming mga anak at kung bakit bigla silang naging matalino at matino. Naisip ko sa aking sarili: Paano ko ito naituro sa kanila? Ito ay isang kamangha-manghang gawa ng Diyos!
Pinagpapala ng Diyos ang mga Nagpapahintulot sa Diyos na Gumamit ng Kapangyarihan sa Kanilang Tahanan
Matapos kong maranasan ito, huminahon ako upang magnilay sa mga nakaraang pamamaraan ko sa pagtuturo ng aking mga anak. Palagi ko silang tinuturuan at kinokontrol mula sa posisyon ko bilang isang ina, upang pakinggan nila ako at gawin nila ang sinasabi ko. Naisip ko na ito ang paraan upang maturuan nang maayos ang aking anak. Sa katunayan, nang tinuruan ko ang aking mga anak sa ganitong paraan, hindi lamang sa hindi nila nakamit, ngunit talagang naging mas lumalaban sila. Ngayon naiintindihan ko na ang Diyos lamang ang may awtoridad at ang mga salita lamang ng Diyos ang maaaring magpabago sa mga tao. Kaya’t kailangang dakilain ko ang Diyos at hayaan ang Diyos na gumamit ng kapangyarihan sa aming tahanan. Tulad ng nasabi sa pagtitipon: “Kung dadalhin mo ang Diyos sa iyong totoong buhay, unahin mo Siyang dalhin sa iyong buhay sa tahanan. Sa iyong tahanan, kung may mga taong nagmamando sa iyong pamilya, dapat mo silang tanggalin sa kanilang mga puwesto. Dapat mong iwaksi ang lahat ng mga diyus-diyusan, gawin ang mga salita ng Diyos na panginoon ng iyong tahanan, at pahintulutang mamuno si Cristo. Ang mag-asawa, mag-ama, mag-ina—dapat nilang basahin at pag-usapan ang mga salita ng Diyos. Kung mayroong anumang mga problema o hindi pagkakasundo, ang mga ito ay maaaring malutas sa pamamagitan ng panalangin, pagbabasa ng mga salita ng Diyos, at pagpapahayag ng katotohanan. Huwag gawin tulad ng iyong nakasanayan, nakikinig sa isang tao. Hindi dapat kumilos ang mga tao dahil sa ito ang sinasabi ng ibang tao, dapat nilang luwalhatiin si Cristo, at hayaang ang mga salita ni Cristo na manguna sa kanilang pamilya, pahintulutan ang mga salita ng Diyos na mangasiwa sa kanilang tahanan. Hindi ba ito pagdadala ng mga salita ng Diyos sa iyong tunay na buhay? (mula sa pagbabahagi sa itaas).
Kaya, sinabi ko sa aking mga anak: “Mula ngayon, hindi na mawawalan ng pasensya si nanay nang walang dahilan o sisigaw muli sa inyo. Kung nagkamali kayo, si nanay ay matiyagang sasabihin sa inyo at kung si nanay ay nagkamali, si nanay ay hihingi ng tawad sa inyo. Pag-aralan natin ang salita ng Diyos nang magkasama at lumago sa mga salita ng Diyos nang magkakasama at huwag gawin ang mga bagay na hindi gusto ng Diyos, okay?” Masayang sinabi ng aking mga anak na lalaki na: “Okay!”
Nang maglaon, wala ng pagkakaiba sa katayuan sa pagitan ko at ng aking mga anak. Nang humarap kami sa ilang mga isyu,
lahat kami ay iginagalang ang Diyos na dakila at hinayaang gumamit si Cristo ng kapangyarihan sa aming tahanan. Minsan ay nakipag-usap ako sa kanila nang malakas at sinabi nila sa akin: “Nay, hindi ka mamahalin ng Diyos kapag ganyan ka.” Kapag nakagawa sila ng mali, ipapaliwanag ko rin sa kanila ang dahilan at sasabihin sa kanila kung paano tayo gustong kumilos ng Diyos at sa bawat oras sila ay nakikinig nang mabuti. Unti-unti, ang aking relasyon sa aking mga anak ay naging mas malapit. Madalas kong binabasa ang mga salita ng Diyos sa kanila at nakikinig kami ng mga himno ng salita ng Diyos ng magkakasama. Dati kapag bumalik sila sa paaralan, palagi silang nanonood ng mga cartoons tulad ng “Robots” sa iPad. Ngayon, madalas sabihin ng aking mga anak, “Nay, manonood muna kami ng iPad sandali pero hindi namin panonoorin ang hindi mo gusto. Pwede ba tayong manood ng mga videos ng mga himno ng salita ng Diyos?” Pagkatapos ay tahimik nila itong pinapanood, at minsan ay pinapanood nila ito ng mahigit isang oras.
Salamat sa Diyos sa pagbabago ng aking buhay at ng aking mga anak sa pamamagitan ng Kanyang mga salita! Ngayon naiintindihan ko na ang mga salita ng Diyos lamang ang maaaring makapagbago sa atin at magagawa tayong mamuhay sa anyo ng isang tunay na tao. Mula ngayon, ako ay matututong dakilain ang salita ng Diyos at dalhin ang mga bata na maniwala at sumunod sa Diyos.
Biografi Al-Khiḍr (kanan) dan Dzu al- Qarnayn (yang selalu dihubungkan
dengan Alexander the Great), takjub dengan penglihatannya terhadap
seekor ikan air asin yang kembali hidup ketika ditaruh ke dalam Air
Kehidupan. Khidir Al-Khiḍr (Arab: رضخلا
, Khaḍr, Khaḍer, al-Khaḍir) adalah seorang nabi misterius yang
dituturkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82.
Selain kisah tentang
nabi Khidir yang mengajarkan
tentang ilmu dan kebijaksanaan
kepada Nabi Musa asal usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidir
tidak banyak disebutkan. Dalam bukunya yang berjudul
“Mystical Dimensions of Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel,
Khidr dianggap sebagai salah
satu nabi dari empat nabi dalam
kisah Islam dikenal sebagai
‘ Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘ Abadi’ . Tiga lainnya adalah
Idris,Ilyas,isa. [1] Khidr abadi karena ia dianggap telah meminum air
kehidupan. Ada beberapa
pendapat yang menyatakan
bahwa Khidr adalah masih sama
dengan seseorang yang bernama Elia.[2] Ia juga diidentifikasikan
sebagai St. George.[3] Diantara pendapat awal para cendikiawan
Barat, Rodwell menyatakan
bahwa “Karakter Khidr dibentuk dari Yitro.”[4] Dalam kisah literatur
Islam, satu orang bisa bermacam-macam
sebutan nama dan julukan yang
telah disandang oleh Khidir.
Beberapa orang mengatakan
Khidir adalah gelarnya; yang
lainnya menganggapnya sebagai nama julukan.[5] Khidir telah disamakan
dengan St. George,
dikenal sebagai “Elia versi Muslim” dan juga dihubungkan dengan
Pengembara abadi.[6] Para cendikiawan telah
menganggapnya dan
mengkarakterkan sosoknya
sebagai orang suci, nabi,
pembimbing nabi yang misterius
dan lain lain. Etimologi Al-Khiḍr secara harfiah berarti 'Seseorang yang Hijau'
melambangkan kesegaran jiwa,
warna hijau melambangkan
kesegaran akan pengetahuan
“berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia
Britannica, dikatakan bahwa Khidir memiliki
telah diberikan sebuah nama,
yang paling terkenal adalah Balyā bin Malkān.Menurut Syaikh Imam M.
Ma’ rifatullah al-Arsy, Segitiga Bermuda merupakan tempat titik
terujung di dunia ini. Ditengah
kawasan itu terdapat sebuah
telaga yang airnya dapat
membuat siapa saja yg
meminumnya menjadi panjang
umur, ditempat itu pula Khidr bertahta sebagai penjaga
sumber air kehidupan tersebut. [7] Teguran Allah kepada Musa Kisah
Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-Qur'an dalam Surah Al- Kahf ayat
65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka'ab menceritakan bahawa beliau
mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di
khalayak Bani Israil lalu beliau
ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku”
Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di
pertemuan dua lautan dan dia
lebih berilmu daripada kamu.” Lantas Musa pun bertanya,
“Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman,
“Bawalah bersama- sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya
ikan
tersebut hilang, di situlah kamu
akan bertemu dengan hamba-Ku
itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang
kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu.
Di samping itu, Nabi Musa juga
ingin sekali mempelajari ilmu dari
Hamba Allah tersebut. Musa kemudiannya menunaikan
perintah Allah itu dengan
membawa ikan di dalam wadah
dan berangkat bersama-sama
pembantunya yang juga
merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun. Mereka berdua akhirnya sampai
di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak
karena telah menempuh
perjalanan cukup jauh. Ikan yang
mereka bawa di dalam wadah itu
tiba-tiba meronta-ronta dan
selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah SWT membuatkan aliran
air untuk memudahkan ikan
sampai ke laut. Yusya` tertegun
memperhatikan kebesaran Allah
menghidupkan semula ikan yang
telah mati itu. Selepas menyaksikan peristiwa
yang sungguh menakjubkan dan
luar biasa itu, Yusya' tertidur
dan ketika terjaga, beliau lupa
untuk menceritakannya kepada
Musa Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang
dan malamnya dan pada
keesokan paginya, “ Nabi Musa berkata kepada
Yusya` “Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya
kita telah merasa letih karena
perjalanan kita ini.” (Surah Al- Kahfi : 62) ” Ibn `Abbas berkata,
“Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih
sehingga baginda melewati
tempat yang diperintahkan oleh
Allah supaya menemui hamba-Nya
yang lebih berilmu itu.” Yusya’ berkata kepada Nabi Musa, “ “Tahukah
guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung
di batu tadi, sesungguhnya aku
lupa (menceritakan tentang)
ikan itu dan tidak lain yang
membuat aku lupa untuk
menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk
kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al- Kahfi : 63) ”
Musa segera teringat sesuatu,
bahwa mereka sebenarnya
sudah menemukan tempat
pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut.
Kini, kedua-dua mereka berbalik
arah untuk kembali ke tempat
tersebut yaitu di batu yang
menjadi tempat persinggahan
mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan. “ Musa berkata,
“Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak
mereka
semula. (Surah Al-Kahfi : 64) ” Terdapat banyak pendapat
tentang tempat pertemuan Musa
dengan Khidir. Ada yang
mengatakan bahawa tempat
tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat
bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain
mengatakan
bahwa lautan tersebut terletak
di tempat pertemuan antara
Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang
mengatakan bahwa lautan
tersebut terletak di sebuah
tempat yang bernama Ras
Muhammad yaitu antara Teluk
Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah. Persyaratan belajar Setibanya
mereka di tempat
yang dituju, mereka melihat
seorang hamba Allah yang
berjubah putih bersih. Nabi Musa
pun mengucapkan salam
kepadanya. Khidir menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya
kesejahteraan
di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? Siapakah kamu” Jawab Musa,
“Aku adalah Musa.” Khidir bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’ il?”
Nabi Musa menjawab, “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan
dapat mengajarkan sebagian ilmu
dan kebijaksanaan yang telah
diajarkan kepada tuan.” Khidir menegaskan,
“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar
bersama-samaku.” (Surah Al- Kahfi : 67) “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu
yang kumiliki
ini ialah sebahagian daripada ilmu
karunia dari Allah yang diajarkan
kepadaku tetapi tidak diajarkan
kepadamu wahai Musa. Kamu
juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak
kuketahuinya.” “ Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku
sebagai seorang yang sabar dan
aku tidak akan menentang tuan
dalam sesuatu urusan
pun.” (Surah Al-Kahfi : 69) ” “ Dia (Khidir) selanjutnya
mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku
tentang sesuatu pun sehingga
aku sendiri menerangkannya
kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70) ” Perjalanan Khidr dan Musa
Demikianlah seterusnya Musa
mengikuti Khidir dan terjadilah
beberapa peristiwa yang menguji
diri Musa yang telah berjanji
bahawa baginda tidak akan
bertanya sebab sesuatu tindakan diambil oleh Nabi Khidir.
Setiap tindakan Nabi Khidir a.s.
itu dianggap aneh dan membuat
Nabi Musa terperanjat. Kejadian yang pertama adalah
saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama.
Nabi Musa tidak kuasa
untuk menahan hatinya untuk
bertanya kepada Nabi Khidir. Nabi
Khidir memperingatkan janji Nabi
Musa, dan akhirnya Nabi Musa
meminta maaf karena kalancangannya mengingkari
janjinya untuk tidak bertanya
terhadap setiap tindakan Nabi
Khidir. Selanjutnya setelah mereka
sampai di suatu daratan, Nabi
Khidir membunuh seorang anak
yang sedang bermain dengan
kawan-kawannnya. Peristiwa
pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat
Nabi Musa tak kuasa untuk
menanyakan hal tersebut
kepada Nabi Khidir. Nabi Khidir
kembali mengingatkan janji Nabi
Musa, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak
bertanya-tanya terhadap segala
sesuatu yang dilakukan oleh Nabi
Khidir, jika masih bertanya lagi
maka Nabi Musa harus rela untuk
tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir. Selanjutnya mereka melanjutkan
perjalanan hingga sampai disuatu
wilayah perumahan. Mereka
kelelahan dan hendak meminta
bantuan kepada penduduk
sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan
tidak mau menerima kehadiran
mereka, hal ini membuat Nabi
Musa merasa kesal terhadap
penduduk itu. Setelah
dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh Nabi Musa
untuk bersama-samanya
memperbaiki tembok suatu
rumah yang rusak di daerah
tersebut. Nabi Musa tidak kuasa
kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir ini
yang membantu memperbaiki
tembok rumah setelah penduduk
menzalimi mereka. Akhirnya Nabi
Khidir menegaskan pada Nabi
Musa bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa untuk
menjadi muridnya dan Nabi Musa tidak diperkenankan untuk terus
melanjutkan perjalannya
bersama dengan Nabi Khidir. Selanjutnya Nabi Khidir
menjelaskan mengapa beliau
melakukan hal-hal yang membuat
Nabi Musa bertanya. Kejadian
pertama adalah Nabi Khidir
menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu
itu dimiliki oleh seorang yang
miskin dan di daerah itu
tinggallah seorang raja yang
suka merampas perahu miliki
rakyatnya. Kejadian yang kedua, Nabi Khidir
menjelaskan bahwa beliau
membunuh seorang anak karena
kedua orang tuanya adalah
pasangan yang beriman dan jika
anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya
menjadi orang yang sesat dan
kufur. Kematian anak ini
digantikan dengan anak yang
shalih dan lebih mengasihi kedua
bapak-ibunya hingga ke anak cucunya. Kejadian yang ketiga (terakhir),
Nabi Khidir menjelaskan bahwa
rumah yang dinding diperbaiki itu
adalah milik dua orang kakak
beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Didalam rumah
tersebut tersimpan harta benda
yang ditujukan untuk mereka
berdua. Ayah kedua kakak
beradik ini telah meninggal dunia
dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok rumah
tersebut runtuh, maka bisa
dipastikan bahwa harta yang
tersimpan tersebut akan
ditemukan oleh orang-orang di
kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua
kakak beradik
tersebut masih cukup kecil untuk
dapat mengelola peninggalan
harta ayahnya. Dipercaya
tempat tersebut berada di
negeri Antakya, Turki. Akhirnya Nabi Musa as. sadar
hikmah dari setiap perbuatan
yang telah dikerjakan Nabi Khidir.
Akhirya mengerti pula Nabi Musa
dan merasa amat bersyukur
karena telah dipertemukan oleh Allah dengan seorang hamba
Allah yang shalih yang dapat
mengajarkan kepadanya ilmu
yang tidak dapat dituntut atau
dipelajari yaitu ilmu ladunni. Ilmu
ini diberikan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Nabi Khidir yang
bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan
menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa dan Nabi
Musa menerima nasihat tersebut
dengan penuh rasa gembira. Saat mereka didalam perahu
yang ditumpangi, datanglah
seekor burung lalu hinggap di ujung perahu itu. Burung itu
meneguk air dengan paruhnya,
lalu Nabi Khidir berkata, “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding
dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak
akan pernah berkurang seperti
air laut ini karena diteguk sedikit
airnya oleh burung ini.” Sebelum berpisah, Khidir
berpesan kepada Musa: “Jadilah kamu seorang yang tersenyum
dan bukannya orang yang
tertawa. Teruskanlah berdakwah
dan janganlah berjalan tanpa
tujuan. Janganlah pula apabila
kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan
yang telah dilakukan itu.
Menangislah disebabkan
kekhilafan yang kamu lakukan,
wahai Ibnu `Imran.” Hikmah kisah Khidir Dari kisah Khidir ini kita dapat
mengambil pelajaran penting.
Diantaranya adalah Ilmu
merupakan karunia Allah SWT,
tidak ada seorang manusia pun
yang boleh mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding
yang lainnya. Hal ini dikarenakan
ada ilmu yang merupakan
anugrah dari Allah SWT yang
diberikan kepada seseorang
tanpa harus mempelajarinya (Ilmu Ladunni, yaitu ilmu yang
dikhususkan bagi hamba-hamba
Allah yang shalih dan terpilih) Hikmah yang kedua adalah kita
perlu bersabar dan tidak
terburu-buru untuk
mendapatkan kebijaksanaan dari
setiap peristiwa yang dialami.
Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab
dengan gurunya. Setiap murid
harus bersedia mendengar
penjelasan seorang guru dari
awal hingga akhir sebelum
nantinya dapat bertindak diluar perintah dari guru. Kisah Nabi
Khidir ini juga menunjukan bahwa Islam memberikan kedudukan yang
sangat istimewa kepada
guru.
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: S. Kilungu (CCAFS)
Santiago Muñoz Machado, director de la Real Academia Española (RAE) y presidente de la ASALE (Asociación de Academias de la Lengua Española), ha recibido en la sede institucional de la Academia en Madrid a Isabel Rodríguez, ministra de Política Territorial y portavoz del Gobierno.
G-ASAL Scottish Aviation Bulldog at Prestwick on the 20th of March 2016
Belonging to the Pioneer Flying Company Ltd.
c/n:- BH120/239
Year Built:- 1973
Asal usul nama Bukit Baruwadi adalah cerita dongeng anak Gorontalo yang akan kakak ceritakan malam hari ini. Ceritanya cukup menarik untuk disimak dan bisa adik-adik ambil hikmah mana yang baik dan mana yang jelek. Ambil pesan moral yang baik dan jauhi perilaku yang buruk. Selamat...
dongengceritarakyat.com/cerita-dongeng-anak-gorontalo-asa...
Iming-Iming Jadi Baby Sitter Gaji 2,5 juta, Disalurkan Jadi PRT
Aksi Perdagangan Orang masih terus mengintai. Rekrutmen para calo sampai ke pelosok. Modusnya, dengan iming-iming pekerjaan mapan, gaji tinggi. Setelah itu, korban ditransfer dan ditempatkan di lokasi kerja yang tidak sesuai. Seperti dialami MR, 18, Gadis asal Wonosobo yang menjadi satu korban Trafficking, di antara 88 orang oleh Yayasan Citra Kartini Mandiri (CKM) di Pondok Aren, Tangerang, Banten. Seperti apa kisahnya?
SUMALI IBNU CHAMID, Wonosobo
Usia RM masih muda, tahun ini, baru menempati 18 tahun. Sabtu akhir pekan lalu, wajahnya masih tampak binggung. Dia pulang ke kampung halaman, Kecamatan Leksono, Wonosobo, didampingi petugas dari Pusat Pelayanan Terpadu Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
RM adalah satu di antara 88 orang, yang menjadi korban Trafficking oleh Yayasan Citra Kartini Mandiri (CKM) di Pondok Aren, Tangerang, Banten, yang berhasil dibongkar oleh Polisi pada 19 Oktober lalu.Namun baru dipulangkan ke Wonosobo pada Sabtu (2/11).
Setelah pulang ke kampung halaman, RM menceritakan Ihwal dia terjaring dalam sindikat perdagangan orang. Dia menuturkan, awalnya ditawari kerja di Jakarta oleh seseorang dari Kabupaten Banjarnegara, pada awal Agustus, setelah lebaran, untuk menjadi baby sitter, dengan iming—iming gaji 2,5 juta per bulan, fasilitas yang nyaman, makanan yang enak selama pendidikan di Yayasan CKM, dengan waktu pendidikan hanya 2 minggu.
“jadi pas ditawari kerja jadi baby sitter, katanya akan dilatih dahulu di Jakarta sebelum disalurkan,”katanya.
Sesampainyan di Jakarta, kata RM yang berbekal ijazah asli, fotocopi KK, surat domisili dan satu tas isi pakaian, ia harus menandatangani surat perjanjian dengan pihak YKM, yang isinya, dia akan disalurkan menjadi PRT dengan gaji hanya 1,2 juta per bulan serta masa pendidikan sekitar 2 bulan, sembari menunggu penyaluran ke tiap majikan.
“Begitu tahu akan menjadi PRT, baru sehari di sana saya berniat minta pulang, karena sudah tidak sesuai dengan perjanjian awal,”katanya.
Dengan penandatangan surat tersebut, RM mengaku sudha mencium indikasi penipuan. Apalagi, di dalam penampungan, harus berkumpul dengan 87 orang, yang berusia antara 14 sampai 18 tahun, sehingga fasilitas yang dijanjikan semuanya tidak ada.
“fasilitas penampungan sam sekali tidak nyaman. Kami harus tidur di balkon, tanpa selimut dan bantal. Makanan yang diterima juga kadang-kadang basi. Kamar mandi hanya satu, padahal penghuniya 88 orang,”katanya.
Meski gedung berlantai 4, RM megaku penampunagn tidka nyaman, karena bangunan kecil membuat ruangan menjadi pengap dan sumpek. Tak hanya itu, komunikasi para korban juga dibatasi, meski HP yang ia bawa tidak disita, tapi mereka tidak diperbolehkan melakukan komunikasi.
“jika ketahuan melakukan komunikasi, kami langsung dihukum lari dari lantai satu sampai lantai 4,”katanya.
Selama di penampungan, Rm dan 87 korban lainnya, mendapatkan pelatihan. Namun tindakan para pelatih ini juga jahat. Mereka sering memaki dan mengeluarkan kata-kata kotor. Awalnya pelatih ini mengaku lulusan sarjana.
“setelah terungkap polisi ternyata mereka lulusan SD,”katanya.
Dengan situasi itu, RM mengatakan sempat memberanikan diri minta pulang ke pihak CKM, ternyata ia harus membayar uang 5 juta lebih, dan karena ia, yang hanya bermodalkan uang 100 ribu saat ke Jakarta, dan belakangan uangnya hilang 50 ribu saat di CKM, serta keterbatasan ekonomi keluarga, akhirnya berpikir untuk tetap bertahan.
“pada saat direkrut, iming-imingnya selama pelatihan dan belum disalurkan kerja akan mendapatkan gaji 2 juta dari CKM, tapi tidak pernah ada,”katanya.
Pada awal Oktober, RM kemudian disalurkan menjadi Pembantu Rumah Tangga (PRT), mendapat majikan di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun di tempat ini, ia mendapat perlakukan yang juga tidak manusiawi.
“selama kerja, tidak mendapat makanan yang layak, sering dimaki majikan, saya juga dilempar sepatu dan mainan anak, karena saya meminta pulang,”kisahnya.
Dengan perlakuan kurang manusiawi tersebut, RM hanya bertahan selama 1 minggu dan dikembalikan ke pihak CKM. Sampai akhirnya, kepolisian berhasil mengungkap adanya praktek trafficking di tempat ini, dan melakukan penggerebekan pada 19 Oktober.
“kami kemudian dimintai keterangan di kantor polisi dan selanjutnya dibawa ke Rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC) Jakarta dan akhirnya dipulangkan ke Wonosobo melalui Pusat Pelayanan Terpadu Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah,”katanya.
Setelah menjadi korban Trafficking, RM mengaku kapok untuk bekerja di Jakarta. Dia berencana ingin pulang dulu ke rumah dan orang tuanya, untuk selanjutnya akan mencari kerja di tempat kelahirannya saja. Sebelumnya, gadis lulusan SD tahun 2009 serta lulus Kejar Paket C tahun 2012 ini, sudah pernah kerja di counter HP di desanya serta di toko pakaian di Pasar Induk Wonosobo.
“saya pernah mengikuti pelatihan menjahit yang diadakan Dinas Sosial Wonosobo, mendapat bantuan mesin jahit. Tapi karena iming-iming mendapat gaji yang tinggi saya tergiur untuk pergi ke Jakarta,”katanya.
Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Wonosobo, Siti Nuryanah, mengatakan dengan kejadian ini pihaknya akan memperkuat koordinasi dengan pihak Disnakertrans Wonosobo, untuk membantu mencarikan kerja, setelah trauma yang dialami hilang.
Untuk itu, dalam waktu dekat, setelah Muji dikembalikan ke orang tuanya, ia akan didampingi psikolog dan UPIPA, untuk mengembalikan kondisi psikisnya.
“data trafficking di Wonosobo, pada tahun 2013 ini, tercatat ada 8 kasus, yang kebanyakan dialami perempuan,” katanya.
Siti mengatakan, pihaknya menghimbau masyarakat Wonosobo, khususnya kaum perempuan, tidak gampang tergiur rayuan dan iming-iming gaji besar dari calo tenaga kerja.
“Iming-iming para calo tenaga kerja, atau yang disebut sponsor, adalah mudahnya mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi sekalipun menjadi pekerja rumah tangga (PRT), serta beberapa fasilitas lain seperti adanya asuransi kesehatan, jam kerja yang layak dan adanya hari libur kerja,”katanya. (*)
Tata Cara Mengkafani Jenazah – Mengkafani merupakan rangkaian dalam pengurusan untuk mayit sebelum dikebumikan/dimakamkan. Proses tersebut dilakukan setelah mayit dimandikan. Ada beberapa hal penting dalam mengkafani, karena mengkafani mayit tidak hanya asal bungkus namun ada beberapa cara yang harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Berikut dari akan dijelaskan Tata Cara Mengkafani Jenazah:
Untuk mengkafani jenazah laki-laki maka akan membutuhkan kain kafan sebanyak 3 lembar, adapun untuk jenazah perempuan sebanyak 5 lembar. Berikut cara mengkafaninya:
Tata Cara Mengkafani Jenazah – Laki-laki
Bentangkan 3 lembar kain kafan yg sudah dipotong sesuai ukuran sang mayit, kemudian disusun, untuk kain yg paling lebar maka letakan paling bawah. Namun jika kain itu sama lebarnya, maka geser kain yg ditengah ke kanan sedikit & yg paling atas ke kiri sedikit, atau bisa sebaliknya.
Berilah kain kafan wangi-wangian
Siapkan 3 – 5 utas tali, letakkan tepat di bawan kain yg paling bawah.
Persiapkan kafan yg sudah diberikan wangi-wangian untuk nantinya diletakkan di bagian anggota badan tertentu, antara lain sebagaimana berikut:
Bagian Manfad (lubang terus), antara lain:
Kedua mata
Hidung
Mulut
Kedua telinga
kemaluan
bagian anggota sujud, antara lain:
dahi
kedua telapak tangan
kedua lutut
jari-jari kedua kaki
bagian persendian & anggota yg tersembunyi, antara lain:
belakangnya kedua lutut
ketiak
belakangnya kedua telinga
setelah siap kain kafan, maka angkat dengan hati-hati jenazahnya kemudian baringkan di atas kain sebagaimana sudah disebutkan di atas. Tutup bagian anggota badan tertentu, kemudian selimutkan kain kafan selembar demi selembar dimulai dari kain yang teratas hingga yang paling bawah, lalu ikatlah dengan tali-tali yang sudah disiapkan di bawahnya.
Tata Cara Mengkafani Jenazah – Perempuan
bentangkan 2 lembar kain kafan yg sudah dipotong sesuai ukuran sang mayit, kemudian letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar & kedua lututnya
persiapkan baju kurung & kerudung di tempatnya
sediakan 3 – 5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan
sediakan kapas yg sudah diberikan wangi-wangian, yg nantinya diletakkan pada anggota badan tertentu
setelah siap kain kafan, lalu angkat dan baringkan jenazah di atasa kain kafan.
Letakkan kapas yg sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota tubuh seperti halnya pada jenazah laki-laki
Selimutkan kain sarung pada badan mayit, antara pusar & kedua lutut, pasangkan baju kurung berikut kain penutup kepala (kerudung). Untuk yg rambutnya panjang itu bisa dikepang menjadi 2/3, dan diletakkan di atas baju kurung tadi tepatnya di bagian dada
Terakhir selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yg atas sampai paling bawah, kemudian ikat dengan beberapa utas tali yg tadi telah disediakan.
Demikian penjelasan Tata Cara Mengkafani Jenazah semoga bermanfaat. Baca juga artikel Rabbani Tour lainnya mengenai Tata Cara Sholat Jum’at, Tata Cara Khutbah Jum’at. Rabbani Tour – Sahabat Anda Menuju Baitullah. Umroh Yuk . . . Asyiiik !!!
Vokalis band FSTVLST asal Yogyakarta, Farid Stevy Asta dan gitaris Roby Setiawan, melakukan aksi panggung yang memukau penonton dalam acara Capuccino Day, minggu, 10/11/2015, di gedung PKKH, UGM. Stevy, merupakan penggemar berat kretek garis keras karena dalam setiap 2 lagu selalu mengisap kretek. dan uniknya, ia meminjam korek dari penonton yang ada di depannya. Sukses selalu buatmu; FSTVLST.
Santiago Muñoz Machado, director de la Real Academia Española (RAE) y presidente de la ASALE (Asociación de Academias de la Lengua Española), ha recibido en la sede institucional de la Academia en Madrid a Isabel Rodríguez, ministra de Política Territorial y portavoz del Gobierno.
Control gate at the exit channel of Bario Asal Dam.
Initially open, the floodgate needed to be manually closed to permit a solid flow of water through the penstocks to the main turbine undergoing final testing a few km downstream.
Bario Asal Hydroelectric Project, Kelabit Highlands, Sarawak, Malaysia, 2008
Atlet muda berbakat asal Kabupaten Temanggung kembali menduduki poidum Thrill Indonesia National Super League Seri 2 dan BMX Super Cross dan MTB 4X Seri 3 yang digelar di Sirkuit Bambu Runcing, Parakan, Sabtu-Minggu (30-31/8) akhir pekan kemarin. Sebanyak 200 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia beradu pada lintasan sejauh 300 meter untuk mendapatkan tiket babak final yang akan digelar di Bogor, Jawa Barat mendatang.
Ketua Panitia Penyelenggara Thrill Indonesia National Super League Seri 2 dan BMX Super Cross dan MTB 4X Seri 3, Yadi Lukman, mengatakan, sebanyak 200 peserta telah mengikuti seri penyisihan pada Sabtu (30/8) selanjutnya diadu dalam babak final pada Minggu (31/8). Secara umum, hasil merata diperoleh semua kontingen, meski demikian, Temanggung mendapat piala cukup banyak.
"Pelaksanaan secara umum berjalan cukup lancar tanpa kendala yang berarti. Memang ada sebagian atlet yang mengalami kecelakaan, tetapi berhasil kami tangani bersama tim medis yang siaga," katanya.
Dalam ajang tersebut, Kelas Pemula Lokal A, juara pertama diperoleh Arkadya Kristansa dari SD Jumo Temanggung, posisi kedua diraih V Defani dari SD 2 Parakan dan M Nibras F pada posisi ketiga mewakili SD Muhammadiyah Parakan. Untuk Pemula Lokal B, Posisi pertama diperoleh M Al Fatih dari SD Muhammadiyah Campursalam, kedua disabet Deva Bagas Mahendra dan ketioga Muhammad Wildan Al Khalid dari SD Muhammadiyah Parakan. Kelas Pemlula lokal C, diraih Galih Fernanda dari SMP 1 Bulu, Excel Ericksa Putra dari Shekinah pada posisi kedua dan ketiga direbut Doni Prawira dari MTs Parakan.
Untuk kelas bergengsi MTB 4X Men Open, Jam Cycle, CHR Gudeg Yu Djum menempatkan altetnya Fery Setya Pratama pada posisi pertama, Wildan Muzaki dari D76 PVR Jepara pada posisi kedua dan Ika Busana Warp Apparel Yogyakarta dengan atlet Nurwasito pada urutan ketiga dan keempat Ulil Absor dari D76 PVR Industri Jepara.
Kelas MTB 4X Master A, Atlet Temanggung, Ony Arta menempati posisi puncak, disusul Opik Rofianta dari Adrenaline Park Surabaya pada posisi kedua, Andria dari HRM Pertamina pada posisi tiga serta dipungkasi Wawan Ibliz dari NU Gravity Ride More Asia. Untuk Kelas MTB 4X Master B, Age Bike Jepara dengan atlet Akhmad Supriadi pada urutan pertama, Tiga Serangkai Solo dengan atletnya Suryanto Pentil pada runner up dan ketiga Erwin Surya dari Red More Asia Magelang serta Andhi Gundul dari Solo RSKU pada posisi terakhir.
BMX Cross Super League Women, Amelliya Nuir Sifa dari Temanggung mendapat posisi puncak, Hardha Asiyah Marha juga dari kota tembakau mendapatkan posisi runner up dan Aldheira Imani Putri dari Sleman pada posisi ketiga. Untuk kelas yang sama Men, atlet asal Temanggung merebut empat posisi utama, masing masing M Ifan Mahoga pada juara pertama, disusul M. Omar Syarif, M Willy Aslam dan Reyhan Aditama Abrahm pada kejuaran berurutan.
Sementara untuk BMX Cross Super League, atlet asal Gunung Kidul, Reno Satria mengungguli Fasya Ahsana Rifki dari Temanggung yang harus puas sebagai runner up dibayangi juara ketiga Rahmat Agil Pamungkas dari Temanggung. Kelas yang sama kategori C, atlet Temanggung Sandi Wijaya harus mengakui kehebatan M Tegar Allam Tsany yang menjadi runner up dan Andy Prayoga dari Jepara yang menjadi juara.
BMX Cross Super League Peewee A, Rasya Satria Utama dari Sleman mendapat juara pertama, disusul secara berurutan Yusan Arifin (Gambir Anom), Faiz Darmawan (Sleman), Davin Cristian Putra (Yogyakarta), Desmon Andriyanto (Yogyakarta). Kelas yang sama kategori B, Aditya Cahya Saptura dari Temanggung unggul sebagai juara disusul Azawa Chelsa Nurhafidz (Sleman), Faiq Nizamul Haq (Temanggung) pada posisi ketiga. Kelas yang sama kategori C, Firsa Gulam Latif (Temanggung) unggul sebagai juara, disusul Ivan Hendrik (Yogyakarta) dan Hafild Hardian (Temanggung) pada posisi ketiga.
BMX Super Cross Men Elite Pro, Toni Syafrudin dari Thrill Factory unggul di peringkat pertama disusul Tauipi Prastana (Passer Tasikmalaya) dan David Ary Koswara (Passer Tasikmalaya) pada urutan ketiga. Kelas Yang sama Under 23, Robert Agung (DKI Jakarta) pada urutan pertama disusul (firman Chandra Alim (Malang) dan Romy Ferdian (Sido Dadi Jepara) pada urutan selanjutnya.
Supercros Women Open menempatka Elga Kharima (Thrill Factory) pada urutan pertama disusul Tifania Adine Almira (Wim Top GUn Factory) dan Rossa Difa Richa dari Temanggung pada posisi berikut. Kelas Super Cross Men Junior membawa Hendri Jatmiko (Adrenaline Park Surabaya) pada posisi pertama disusul Seno Adi Prasetyo (Temanggung dan Indrayanto (Temanggung) pada posisi berikutnya.
Ketua ISSI Kabupaten Temanggung, Harry Agung Prabowo mengatakan, kegiatan tersebut merupakan hajat besar ISSI Temanggung yang belum tentu dilaksanakan setiap tahun. Mendapat anugerah sebagai tuan rumah penyelenggaraan ajang paling bergengsi persepedaan ekstrim ini membawa ISSI Temanggung menjadi lebih bergeliat. "Kebetulan kita punya sirkuti terbaik di Jawa Tengah, sehingga wajar kalau ditunjuk," tandas pria yang Kabag Umum Setda Temanggung ini. (zah)