View allAll Photos Tagged ASAL
Dongeng Lampung yang kakak ceritakan dihari libur ini berkisah tentang pengorbanan Linti nntuk rakyatnya. Cerita rakyat Lampung ini menjadi asal usul satu sungai di Lampung yaitu Way Linti. Kalian pasti suka dengan cerita rakyat dari lampung asal muasal sungai Way Linti. Selamat membaca dan...
dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-dan-dongeng-lampung...
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: S. Kilungu (CCAFS)
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: V. Atakos (CCAFS)
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: V. Atakos (CCAFS)
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: S. Kilungu (CCAFS)
Lokasi : Kota Bharu, Kelantan.
Nama asal tempat ini adalah Padang Bank namun ia telah ditukar kepada nama Padang Merdeka setelah negara mencapai kemerdekaan pada tahun 1957. Di sini pelancong dapat melihat Tugu Peringatan Perang Dunia Pertama iaitu dimana ia merupakan tapak mayat pahlawan Melayu Tok Janggut pernah digantung. Pembinaan tugu ini adalah sebagai penghargaan kepada wira-wira tempatan yang telah terkorban.
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: S. Kilungu (CCAFS)
السفيرة أسل التل تؤدي اليمين القانونية أمام جلالة الملك عبدالله الثاني بتعيينها سفيراً فوق العادة ومفوضاً للمملكة لدى جمهورية كوريا الجنوبية
His Majesty King Abdullah II swears in Asal Al Tal as Jordan’s ambassador extraordinary and plenipotentiary to South Korea
Pak Bakar. Pria Asal Alor NTT ini adalah tukang kebun upahan salah satu Vihara di pulau Galang.
Saya lupa entah sudah 21 atau 12 tahun ia pergi meninggalkan anak-istrinya di Flores sana. Mencari nafkah di Galang.
12 ataupun 21 ini waktu yang cukup lama.
Galang 2014.
Gelar Miss World 2013 akhirnya jatuh kepada Megan Young, 23 tahun. Kontestan asal Filipina itu berhasil mengalahkan ratusan kontestan lainnya. Tampak raut bahagia dari wajah gadis cantik tersebut, BNDCC, Nusa Dua, Bali, Sabtu 28 September 2013.
Meskipun Megan Lynne Young dikenal sebagai Miss Filipina dan mewakili Filipina dalam ajang Miss World 2013, dia sebenarnya gadis kelahiran Amerika-Alexandria, tepatnya di Virginia.
Young sudah cukup populer karena sering tampil dalam acara televisi Filipina. Selain presenter salah satu acara, kakak aktris Lauren Young ini juga membintangi serial televisi dan menjadi model.
Namun kontes kecantikan adalah panggilan jiwanya. Megan, yang kuliah di jurusan pembuatan film digital di De La Salle-College of Saint Benilde, meninggalkan dunia pertelevisian dan fokus untuk mengikuti Miss World. Pada 28 September, Megan Young mencapai puncak mimpinya, yaitu menjadi Miss World 2013.
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: V. Atakos (CCAFS)
Scéalta ó scríbhinní Phádhraic Uí Chonaire / Stories from the writer Pádhraic O Chonaire.
Leabhair Gaeilge idir sean agus nua i Leabharlann agus Cartlann Chathair Bhaile Átha Cliath.
Sample of books in Irish, both new and old available in the Dublin City Library & Archive.
Terlahir di kota Barcelona tak lantas membuat Hector Bellerin harus bermain untuk Barcelona. Hal tersebut dikatakan oleh Arsene Wenger terkait dengan rumor transfer yang kini sedang menerpa pemain andalannya ini.
Bellerin tampil apik bersama tim utama Arsenal sejak menembus tim utama tiga tahun ...
www.parkirbola.com/bellerin-tak-wajib-main-di-klub-asal-k...
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: V. Atakos (CCAFS)
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: V. Atakos (CCAFS)
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: S. Kilungu (CCAFS)
Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan
Tempat Mohon ''Mertha''
Keberadaan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan pada awalnya merupakan Pura Hulun Swi atau Pura Bedugul panyungsungan krama subak. Tetapi, kini pura yang berada di perbukitan Dusun Dangin Pangkung Jangu, Poh Santen, Mendoyo ini menjadi pura penyungsungan umat Hindu yang ada di Jembrana dan Bali. Bagaimana asal-usul pura tersebut?
===========================================================
Menurut I Wayan Sentra, salah seorang penglingsir Desa Poh Santen, ditemukannya Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan berawal dari keadaan Subak Pecelengan Pedukuhan dan Babakan Poh Santen. Ketika itu, subak lanus tidak pernah menghasilkan (mertha). Selain itu sawah juga diganggu babi berkepala kuning.
Klian Subak I Gusti Made Rebah bersama krama lalu mohon petunjuk di Pura Hulun Swi Pura Bedugul Pecelengan Pedukuhan. Di sana mereka mendapat pawisik, kalau ingin mendapat mertha, pergilah ke utara ke hutan Pasatan. Di sana ada batu besar yang diapit pohon plawa dan andong. Di tempat itulah krama diminta melakukan pemujaan dan permohonan sesuai dengan keinginan.
Krama subak pun berjalan ke tengah hutan dan menemukan tempat yang dimaksud dalam pawisik. Tempat tersebut pertama kali ditemukan Kumpi Sabda. Setelah beristirahat sejenak, mereka pun bersembahyang. Saat bersembahyang, muncul sinar dari batu besar yang membuat kaget krama subak. Usai sembahyang, mereka nunas tirta dan pulang kembali ke rumah.
Sejak saat itu, wilayah Pesubakan Pecelengan Pedukuhan dan Babakan Poh Santen mulai menampakkan hasil.
Sebagai wujud syukur dan rasa bakti, krama subak pun rutin melakukan persembahyangan di tempat tersebut. Pembangunan pertama dilakukan di batu besar yang memancarkan sinar. Sebagai pemangku pertama ditunjuklah Kumpi Sabda pada tahun 1755. Untuk seterusnya, keturunan Kumpi Sabda-lah yang menjadi pemangku yakni Pan Toyo, Pan Sider dan kini I Wayan Geder.
Sentra menambahkan, sekitar tahun 1939, hutan Pasatan masih merupakan hutan rimba. Belum ada jalan menuju pura. Seiring perkembangan zaman, hutan pun mulai dibuka. ''Pada tahun 1953 hutan mulai dibuka. Kepada yang membuka hutan, kami minta wilayah pura seluas timur barat 20 depa dan utara selatan 50 depa jangan diganggu. Setelah itu, pada tahun 1971 dilakukan rehab pura secara swadaya,'' tandas penglingsir yang menjadi klian subak ketiga di Subak Pedukuhan Pecelengan ini.
Selanjutnya pura ini dijadikan Pura Pesimpangan Hulun Danu untuk memuliakan dan memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudan Dewi Sri yang memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Berikutnya, pura ini disebut Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan ini.
Pujawali di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan jatuh pada Anggara Kliwon (Anggarkasih) Julungwangi. Setiap tahun sekali, krama subak mengaturkan sarin tahun dan setiap tiga tahun sekali menyelenggarakan ngusabha.
Sebagai pendukung untuk melaksanakan pujawali, Raja Jembrana ke-7 Anak Agung Bagus Negara memberikan satu petak tegal seluas 1985 ha sebagai pelaba pura. Berikutnya, bukan hanya krama subak yang sembahyang di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan, warga dari Mendoyo Dangin Tukad, Pergung dan Yeh Kuning pun datang mengaturkan bakti. Saat ini Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan memiliki beberapa pelinggih di antaranya pelinggih Dewa Ayu Mesari Merthan Jagat, Tedung Jagat, Hulun Danu Idewa, Taksu, Padma, Meru dan Pepelik Ratu Nyoman.
Bendesa Pakraman Poh Santen I Gusti Agung Komang Suryadiasa menambahkan, pengempon Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan adalah Subak Ketengking, Semanggon serta Pedukuhan/Pecelengan, sedangkan pekandelnya krama Desa Pakraman Poh Santen.
Pengempon dan pekandel saat ini tengah merencanakan pembangunan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Wakil Bendesa Pakraman Poh Santen I Made Sarka ditunjuk sebagai ketua umum panitia pembangunan. Dia didampingi beberapa pengurus dan anggota
Sejarah Pasatan
Terkait sejarah Pasatan, ada pawisik yang diterima I Wayan Kendra, sadeg atau pembantu pemangku. Dia mendapatkan pawisik itu tidak berurutan namun setelah dirangkai menjadi suatu yang berkaitan.
Rangkaian tersebut berawal dari Batari Hyang Dewi Dhanuh berkeliling Bali. Dalam perjalanan di Bali bagian Barat ditemukan perbukitan yang kering (kasat) karena tak ada air. Beliau pun berlaku sebagai pertapa bergelar Hyang Bahu Daha atau Hyang Bahu Dari. Dari yoganya itu, muncul air dari gunung. Air yang mengalir ke utara menjadi sumber air panas, sedangkan yang ke selatan berupa air dingin yang mengairi sawah.
''Beliau juga mayoga mohon putra. Dari yoganya itu muncul dua putra dari bahu. Salah satunya bernama Hyang Dukuh Sakti Pacekan. Anaknya ini kemudian berjalan ke bukit. Di sebuah batu besar. Hyang Dukuh Sakti Pacekan menancapkan batang plawa dan andong yang diberikan oleh ibunya. Saat itu juga ada sabda, kapan batu yang diapit plawa dan andong ini ditemukan, maka lokasinya akan menjadi khayangan jagat,'' tutur sadeg yang biasa disapa Mangku Partini ini.
Kisah mengenai babi berkepala kuning ternyata diyakini oleh krama subak. Babi tersebut merupakan ancangan Hyang Dukuh Sakti Pacekan. Karena itulah, menurut Mangku Partini, saat pujawali di Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan, tidak diperkenankan mengaturkan daging babi. Babi itu ancangan Hyang Dukuh Sakti Pacekan.
Dia juga menceritakan pawisik mengenai keberadaan Danghyang Nirarta dalam kaitan dengan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Suatu ketika, Danghyang Nirarta kehilangan putrinya. Dalam pencarian tersebut, Danghyang Nirarta bertemu dengan orang tua berpakaian putih yang memberinya petunjuk untuk berjalan di utara bukit. Orang tua itu adalah penguasa yang bergelar Hyang Dukuh Sakti Pacekan.
Singkat cerita, Danghyang Nirarta pun menemukan putrinya Ida Ayu Swabhawa duduk sambil menangis di batu besar yang diapit pohon plawa dan andong. Kepada ayahnya, Ida Ayu Swabhawa mohon ampun dan mohon diberi kasujatmika (ilmu rahasia kepanditaan) untuk menebus doa. Keinginan ini pun dipenuhi Danghyang Nirarta. Sesudah diberikan ilmu itu, Ida Ayu Swabhawa menggaib. Di tempat itu pula Danghyang Nirarta menanam batu mustika yang memancarkan lima warna sesuai arah mata angin.
Danghyang Nirarta juga bersabda, ''Karena ananda tidak mau kembali, terus menangis di atas batu sampai batu tersebut basah, air mata ananda sebagai Merthan Jagat, Tedung Jagat, Hulun Danu Idewa dan kapan batu yang diapit oleh pohon plawa dan andong itu diketemukan, tempat ini supaya dijadikan panyungsungan jagat.''
Mangku Partini menambahkan, plawa yang berasal dari kata ''pal'' berarti kawitan, sedangkan andong berasal dari kata ''anda'' dan ''ong'' yang merupakan sastra suci.
Sementara itu, lontar Puri Agung Negara juga mencantumkan keberadaan Pura Dangkhayangan Luhur Pasatan. Pada saat Anak Agung Ngurah Jembrana memerintah, beliau memiliki dua putra yakni Anak Agung Gde Agung dan Anak Agung Made Ngurah.
Setelah dua tahun pernikahan, Anak Agung Made Ngurah tidak juga dikaruniai putra. Anak Agung Ngurah Jembrana lalu menyelenggarakan pemujaan di Pura Taman Sari, Batu Agung, Negara. Dalam pawisik yang diterima, Anak Agung Made Ngurah diminta pergi ke hutan Pasatan dan mencari sebuah pelinggih yang sudah rusak. Bila menemukan pelinggih tersebut, bersemedilah mohon kepada Sang Hyang Widhi agar dianugerahi putra.
Pawisik ini kemudian disampaikan kepada Anak Agung Made Ngurah yang selanjutnya berangkat bersama rakyatnya pada tahun 1745. Setelah menempuh perjalanan sambil berburu, mereka masuk hutan yang penuh pacet. Meski demikian, perjalanan tetap dilakukan sampai Anak Agung Made Ngurah menemukan pelinggih yang dimaksud. Dia pun bersemedi dan memperoleh firasat, keinginannya mendapatkan putra akan terwujud. Putra yang lahir itu diberi nama Anak Agung Putu Pasatan.
A number of farmers in arid- and semi-arid lands in Kenya are undertaking intensive crop production in greenhouses. Shown here are pictures taken from Kitengela, a semi-arid area in Kenya.
The CGIAR Research Program on Climate Change, Agriculture and Food Security (CCAFS), East Africa program is undertaking research to help farmers build resilience to climate change, where greenhouses could be one solution. Photos: V. Atakos (CCAFS)