View allAll Photos Tagged ADAT
Rumah gadang (Minangkabau: "big house") or rumah bagonjong (Minangkabau: "spired roof house") are the traditional homes (Indonesian: "rumah adat") of the Minangkabau. The architecture, construction, internal and external decoration, and the functions of the house reflect the culture and values of the Minangkabau (Wikipedia)
Sulawesi,
Tongkonan ist das traditionelle Ahnenhaus, rumah adat (indonesisch: traditionelles Haus) der Toraja, einem Volk auf der Insel Sulawesi, Indonesien. Tongkonans haben ein aus mehreren Bambusschichten bestehendes Dach in einer schiffsähnlichen Form. Wie für Indonesiens austronesische traditionelle Architektur typisch, werden Tongkonans auf Holzpfählen errichtet. Traditionell haben bei den Toraja nur die Adligen das Recht, Tongkonans zu bauen. Einfache Leute leben in kleineren und weniger aufwendigen Banua genannten Häusern.
Tongkonan is the traditional ancestral house, or rumah adat of the Torajan people, in South Sulawesi, Indonesia. Tongkonan have a distinguishing boat-shaped and oversized saddleback roof. Like most of Indonesia’s Austronesian-based traditional architecture tongkonan are built on piles. The construction of tongkonan is laborious work and it is usually built with the help of all family members or friends. In the original Toraja society, only nobles had the right to build tongkonan.
Tongkonan ist das traditionelle Ahnenhaus, rumah adat (indonesisch: traditionelles Haus) der Toraja, einem Volk auf der Insel Sulawesi, Indonesien. Tongkonans haben ein aus mehreren Bambusschichten bestehendes Dach in einer schiffsähnlichen Form. Wie für Indonesiens austronesische traditionelle Architektur typisch, werden Tongkonans auf Holzpfählen errichtet. Traditionell haben bei den Toraja nur die Adligen das Recht, Tongkonans zu bauen. Einfache Leute leben in kleineren und weniger aufwendigen Banua genannten Häusern.
Wie viele indonesische ethnische Gruppen, waren die Toraja Kopfjäger, und es kam häufig zu Überfällen auf benachbarte Dörfer. Dörfer wurden deshalb strategisch auf Hügelkuppen angelegt und stark befestigt. Erst die niederländischen Kolonialisten befriedeten die Toraja und brachten sie dazu, ihre Dörfer auch in den Tälern zu bauen. Heute sind die Toraja mehrheitlich Christen, pflegen aber die alten animistischen Rituale ihrer traditionellen Religion teilweise weiter. Die Toraja unterteilen sich in verschiedene geographische Gruppen; die beiden wichtigsten sind Mamasa, um das isolierte Tal Kalumpang zentriert, und Sa'dan in Tana Toraja.
Tongkonan is the traditional ancestral house, or rumah adat of the Torajan people, in South Sulawesi, Indonesia. Tongkonan have a distinguishing boat-shaped and oversized saddleback roof. Like most of Indonesia’s Austronesian-based traditional architecture tongkonan are built on piles. The construction of tongkonan is laborious work and it is usually built with the help of all family members or friends. In the original Toraja society, only nobles had the right to build tongkonan.
Tongkonan ist das traditionelle Ahnenhaus, rumah adat (indonesisch: traditionelles Haus) der Toraja, einem Volk auf der Insel Sulawesi, Indonesien. Tongkonans haben ein aus mehreren Bambusschichten bestehendes Dach in einer schiffsähnlichen Form. Wie für Indonesiens austronesische traditionelle Architektur typisch, werden Tongkonans auf Holzpfählen errichtet. Traditionell haben bei den Toraja nur die Adligen das Recht, Tongkonans zu bauen. Einfache Leute leben in kleineren und weniger aufwendigen Banua genannten Häusern.
Tongkonan is the traditional ancestral house, or rumah adat of the Torajan people, in South Sulawesi, Indonesia. Tongkonan have a distinguishing boat-shaped and oversized saddleback roof. Like most of Indonesia’s Austronesian-based traditional architecture tongkonan are built on piles. The construction of tongkonan is laborious work and it is usually built with the help of all family members or friends. In the original Toraja society, only nobles had the right to build tongkonan.
حقوق الطبع والنسخ والنشر والحفظ في هذا الالبوم جميعها محفوظة وحصرية
ولا يمكن حفظ او نسخ او نشر او استخدام اي من الصور بدون اذن او عقد مسبق مع المصور
ان كان لديك الرغبة في استخدام او شراء اي من الصور
الخاصة بالمصور يمكنك مراسلتي عبر البريد الالكتروني المذكور اعلاه
واي تعديات تخالف ما تم ذكره مسبقاً ستعرض مرتكبها للمسائلة والملاحقة القانونية
Attention please !!!!
Don`t Comment With Your Last Picture .!!!
Your Comment Will Be Deleted
© All Photos are copyright protected
By ALI ALtammar .
Please Don't Used any Photos In My Gallery without my Permission .
If You Interested to Use, Or buy Any Photos
Contact With me By Email :
At-photography@hotmail.com
Orang Kanekes atau orang Baduy/Badui adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto.
young boy during a hindu ceremony on Kuta beach . On his legs you can see a little offering , canang . In his hand a little flower for praying to the God .
©Sekitar --- All rights reserved. Please don't use this image on websites, blogs or other media without my explicit permission.
Perang Api yang dilaksanakan pada saat pengerupukan yang dilaksanakan oleh masyarakat Adat Br.Gunung dan Umakepuh, Desa Adat Buduk, Kec.Mengwi Kab.Badung Bali sudah berlangsung dari sejak dulu yang saat ini kalau ditanyakan kepada yang umurnya paling tua tidak dapat memberikan makna yang jelas terhadap pelaksanaan perang api pada saat pengerupukan , dikatakan tetamian ( warisan ).
Untuk sarana upacara dalam agama hindu salah satu dipakai adalah “ Api “ sekarang pada umumnya memakai dupa, dulu orang memakai api dakep ( Dua serabut kelapa yang disilang didalamnya ada api), dalam pelaksanaan rentetan pengerupukan khususannya perang api yang digunakan adalah Serabut Kelapa dan api, dimana api adalah simbul keberanian, keberanian terkait dengan kesaktian / ilmu kebatinan, jaman dahulu banyak yang mempelajari ilmu kebatinan dimana sudah dipastikan adanya adu kesaktian, sudah dipastikan dalam pertandingan ada yang kalah dan ada yang menang.
Dalam pelaksanaan perang api pada saat pengerupukan dilaksanakan pada saat Sandikala yaitu jam perbatasan siang dan malam yang mempunyai makna rwa bineda ( dua yang berbeda ), dalam perang api tersebut kita saling lempar api juga memiliki makna bahwa yang kita perangi adalah musuh dalam diri kita yang sangat sulit dilumpuhkan, misalnya hawa nafsu yang besoknya hari raya nyepi kita melaksanakan Tapa Brata Penyepian .
Siapapun mereka dalam kehidupan sekarang dapat menunjukan keberanian yang positif dan kemauan dan dapat mengalahkan musuh yang ada dalam dirinya ( Sad Ripu ) maka mendapatkan ketenangan yang abadi .
please view photo with all zise....
Fire war that held when "Pengerupukan" (a day before silent day)
hosted by the society of Br.Gunung and Umakepuh, Desa adat buduk, mengwi, Badung, Bali
was a inheritance from the ancestors.
as the implementation of Pengerupukan especially on Fire war
the atribute they need is coconut fibre and fire, as fire is the symbol of bravery.
fire war being held on Sandikala (about 6pm) which is the border of day and night that have a meaning of rwa bineda (two that different),
on fire war the part when we throw fire on each other also has a meaning that the one we fight is the enemy inside each of ourselves
that really hard to defeat, like for example the lust as the next day is the silent day,
we have to do Tapa Brata penyepian
photo in kupink www.flickr.com/photos/24251447@N08/3402989773/
Membuat laut ceremony on the beach of Kuta ; preparation for the next ceremony .
Membuat laut is a special ceremony after the cremation of dead people .
The white bone ash is carefully separated from the wood ash. Sometimes the remaining, blackened bones are piled into a small mound, then placed in a clay vessel or coconut shell. Carried on a richly decorated sedan chair, the ashes will eventually be borne in another disorderly, laughing procession to the sea or to a nearby seagoing river, where they are set adrift, finally freeing the soul. A small 'prahu' is sometimes used to carry ashes out past the reefs so they won't wash ashore.
Villagers are carrying beautiful parasols in red and yellow with silver,gold and other colors.
This act represents the final purification and disposal of the material body, the ultimate purification of the triple cleansing cycle of earth, fire, and water. Later, there are private, often quite elaborate ceremonies for the care of the soul. In these rites the soul takes its rightful, honored place as one of the family ancestral deities installed in a special shrine in the family temple. Twelve to 42 days after the burning, offerings and powerful incantations are made on the soul's behalf. Wealthier families even construct a second tower at this time, nearly as elaborate as the cremation tower.
The coconut with the ashes is wrapped in a white cloth.Holy water is sprinkling over the coconut .
Muzium Adat Istiadat Diraja Kelantan
Maaf : kualiti gambar yang kurang memuaskan ( masa ni bln puasa) panas terik hehehe..
Bangunan Muzium Adat Istiadat Diraja (Istana Jahar) ini pada asalnya merupakan bangunan satu tingkat dikenali dengan nama Istana Raja Bendahara. Istana ini mula dibina menggunakan kayu sepenuhnya pada zaman akhir pemerintahan Sultan Muhammad 11 (1837 - 1886). Pernbinaannya siap pada tahun 1887, setahun selepas kemangkatan Sultan Muhammad 11. Istana ini dibina sebagai hadiah perkahwinan kepada cucunda baginda Long Kundur dengan Tengku Embong, puteri kepada Tengleu Puteh, Raja Pattani 111. Pada masa itu Long Kundur bergelar Raja Bendahara. Selepas kemangkatan Sultan Muhammad 11 pada tahun 1886, baginda digantikan oleh anakandanya Long Sulong yang memakai gelaran Sultan Ahmad. Pada zaman pemerintahan Sultan Ahmad, bangunan Istana Jahar in! terus didiami oleh anakandanya Long Kundur. Baginda Sultan Ahmad tidak lama memerintah Kelantan. Pada tahun 1889 baginda telah jatuh gering dan mangkat.
Setelah itu Long Kundur telah ditabal dengan rasminya menjadi sultan menggantikan ayahandanya pada tahun 1889 dengan memakai gelaran Sultan Muhammad 111. Baginda terus bersemayan di Istana Jahar dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan dan pentadbiran Kerajaan. Baginda mangkat pada tahun 1890 setelah hanya satu tahun lebih di atas takhta. Adindanya Long Mansur kemudiannya ditabal menjadi sultan menggantikan Long Kundur, dan Long Senik (anakanda kepada Long Kundur), pula dilantik menjadi Tengku Indera Mahkota. Long Mansur menjadikan Istana Balai Besar sebagai tempat bersemayam rasmi baginda dan seterusnya memindahkan pusat pentadbiran Kerajaan Kelantan daripada Istana Jahar ke Istana Balai Besar.
Bangunan Istana Jahar telah dijadikan tempat bersemayam oleh Long Senik. Demikianlah kebiasaannya sejak zaman pemerintahan Long Sulong (1886-1889) dimana raja yang memerintah akan bersemayam di Istana Balai Besar manakala bakal pengganti Sultan pula bersemayam di Istana Jahar. Pada tahun 1899 Long Mansur mangkat dan baginda diganti oleh Long Senik sebagai Raja Kelantan. Pada tahun 1911 Long Senik di gelar Sultan Muhammad IV. Baginda Sultan Muahmmad IV kemudiannya telah berpindah ke Istana Balai Besar dan bersemayam di sana. Bangunan Istana Jahar dibiarkan kosong bagi membolehkan kerja-kerja pembaikian dan pengubahsuaian.
Baginda Sultan Muhammad IV jugalah yang telah menitahkan agar ditanam pokok Jahar di halaman bangunan Istana Jahar (Istana Raja Bendahara). Pokok Jahar banyak tumbuh di bumi Kelantan pada masa itu. Pohonnya berbunga sebesar bunga melor dan berwama kuning lemak ketam. Daunnya sebesar ibu jari dan berbentuk seakan-akan bujur empat persegi. Daunnya selalu diguna oleh orang India untuk masakan kari pada hari Jumaat. Orang Melayu pula menggunakan bunganya untuk membuat kerabu. Orang Siam memanggil pokok Jahar ini 'kelek' dan mereka sangat memuliakan pokok ini.
Pada tahun 1915 baginda Sultan Muhammad IV telah mengurniakan Istana Jahar ini kepada anakanda baginda Tengku Ismail yang pada ketika itu bergelar Tengku Sri Indera Mahkota. Pengurniaan ini adalah sebagai hadiah perkahwinan Tengku Ismail dengan Tengku Nik Tengleu Kaya Pahlawan. Tengku Ismail terus menjadikan Istana Jahar ini sebagai tempat bersemayam baginda.
Pada tahun 1920 Sultan Muhammad IV mangkat dan baginda telah diganti oleh anakandanya Tengku Ismail yang memakai gelaran Sultan Ismail. Baginda Sultan Ismail terus menjadikan Istana Jahar sebagai tempat bersemayam rasmi baginda dan Istana Balai Besar sebagai pusat pentadbiran Kerajaan Kelantan. Baginda adalah sultan yang terakhir bersemayam di Istana Jahar ini.
Selepas kemangkatan baginda pada tahun 1944, baginda telah diganti oleh adindanya Tengku Ibrahim. Dalam zaman pemerintahan Sultan lbrahim, Istana Jahar ini dikurniakan pula kepada menantunya Raja Perempuan Zainab 11 (Tengku Zainab binti Tengku Muhammad Petra) isteri kepada-Tengku Yahya Petra. Pada ketika itu Tengku Yahya Petra bergelar Tengku Bendahara. Tengku Yahya Petra bersemayam di Istana Batu dan Istana Jahar telah dijadikan sebagai pejabat baginda.
Pada zaman pemerintahan Sultan Yahya Petra, baginda sendiri bersemayam di Istana Kota Lama dan Istana Jahar telah dibiarkan tidak terurus. Mengikut Tan Sri Mubin Sheppard dalam artikelnya yang berjudul 'Kelantan Palaces Of The Past' beliau menyatakan bahawa bangunan asal Istana Jahar ini telah dirobohkan pada tahun 1965 setelah sekian lama terbiar. Tambahan pula tapak bangunan ini dicadangkan untuk pembinaan bangunan yang baru sebagaimana yang ada sekarang.
Pada tahun 1980 Tengku Ismail Petra telah ditabalkan menjadi Sultan Kelantan selepas kemangkatan ayahandanya Sultan Yahya Petra pada tahun 1979. Istiadat pertabalan yang gilang-gemilang ini telah diadakan di Istana Balai Besar.
Pada zaman pemerintahan KDYMM Sultan Ismail Petra (1979 - sekarang), baginda telah mengampuni perkenaan bangunaan Istana Jahar dipinjamkan kepada Kerajaan Negeri untuk dijadikan Muzium Negeri Kelantan. Bagi mewujudkan sebuah Muzium Negeri, banyak kerja-kerja pembaikian dan pengubahsuaian perlu dilakukan. Bangunan ini uzur. kerana terlalu lama dibiarkan kosong dan tidak terurus. Begitu juga dengan kawasan sekitrnya yang memerlukan kerja-kerja 'land-scaping' sesuai dengan pengwujudan sebuah Muzium Negeri yang bakal menjadi pusat lawatan dan tarikan pelancong dari dalam dan luar negara.
Setelah kerja-kerja pembaikian dan pengubahsuaian selesai dijalankan maka bangunan Istana Jahar telah dirasmikan sebagai Muzium Negeri oleh Raja Perempuan Zainab 11 pada 30 Mac 1981 bersempena dengan sambutan Ulangtahun Hari Keputeraan AI-Sultan Kelantan. Pameran pertama yang diadakan bertajuk 'Pameran Raja Kita'.'
Kemudiannya pada bulan Ogos 1990, Muzium Negeri Kelantan telah berpindah ke bangunan yang baru iaitu bangunan lama Majlis Perbandaran Kota Bharu. Bangunan Istana Jahar telah sekali lagi diubahsuai. Muzium yang baru ini dikenali sebagai Muzium Adat Istiadat Diraja Kelantan. Upacara perasmiannya telah disempumakan oleh AI-Sultan Kelantan pada 27 Julai, 1992.
Di Muzium ini kini dipamerkan berbagai jenis Adat Istiadat Diraja Kelantan sejak zaman berzaman. Selain daripada itu, dipamerkah juga jenisjenis tekstil, alat perhiasan diri, pakaian dan barang-barang tembaga untuk tontonan umum generasi kini dan akan datang.
Talent : MEL
Location : Seri Chempaka Resort Janda Baik.
Organised by : Sang Pencita Ratu
Photographer : Sang Pencita Ratu, MNJ 545, Eba, Cool Shutter, Eshazli, Azman Aziz, MRizal & Roi Bo Roi
Talent : Mun & Mel
Location : Seri Chempaka Resort Janda Baik.
Organised by : Sang Pencinta Ratu
Photographer : Sang Pencinta Ratu, MNJ 545, Eba, Cool Shutter, Eshazli, Azman Aziz, MRizal & Roi Bo Roi
Az ütközet egyes kutatások szerint 1944.október 14-től 19-ig, más adatok szerint október 9-től október 20-ig tartott. A harcban – többek között – szovjet gyártmányú T34-es ésnémet Pz–IV típusú tankok vettek részt. A sokszoros túlerőben lévő szovjet – és a Malinovszkij oldalán harcoló román – csapatok felmorzsolták a német és magyar páncélosegységeket. Ez utóbbiak küzdelmét nehezítette, hogy a korábban ugyancsak a náci Németország szövetségeseként harcoló románok ugyanolyan típusú harckocsikkal harcoltak, mint a németek és a magyarok. Ez volt az oka annak, hogy – a csatában részt vett katonák visszaemlékezései szerint – többször előfordult: mivel a magyarok nem voltak biztosak benne, hogy a szemből érkező alakulat az ellenség kötelékeibe tartozik-e, meg kellett várniuk, hogy támad-e, s ez súlyos veszteségeket okozott.
Egyes kutatók szerint a hortobágyi tankcsatának döntő következménye volt Magyarország történelmére, hiszen ekkor ért meg Horthy Miklós kormányzóban a háborúból való kiugrási kísérlet szándéka. Horthy 1944. október 15-én tette közzé kiáltványát a háborúból való kilépésről – ám ekkor már késő volt...
Busana Jawa
Busana adat Jawa biasa disebut dengan busana kejawen yang mempunyai perumpamaan atau pralambang tertentu terutama bagi orang Jawa yang mengenakannya. Busana Jawa penuh dengan piwulang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa. Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu didunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas sehari – hari, baik dalam hubungannya dengan sesame manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi ini. Busana Kejawen yang akan dijelaskan dibawah ini terdiri dari busana atau pakaian yang dikenakan pada bagian atas tubuh, seperti iket, udheng;bagian tubuh seperti rasukan atau bisa disebut dengan baju, jarik, sabuk, epek,timang,bagian belakang tubuh yakni keris, dan bagian bawah kaki yaitu candela.
1. Iket
Iket adalah tali kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk penutup kepala.
Cara mengenakan iket harus kenceng, kuat supaya ikatannya tidak mudah terlepas. Bagi orang Jawa arti iket adalah agar manusia memiliki pamikir atau pemikiran yang kencang, tidak mudah terombang – ambing hanya karena factor situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang
2. Udheng
Udheng dikenakan pada bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan topi. Bila
Udheng
Udheng dikenakan pada bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan topi. Bila sudah dikenakan diatas kepala, iket menjadi sulit dibedakan dengan udheng karena ujudnya sama. Udheng berasal dari kata mudheng artinya mengerti dengan jelas. Maknanya manusia akan memiliki pemikiran yang kukuh bila sudah mudheng atau memahami tujuan hidupnya. Manusia memiliki fitrah untuk senantiasa mencari kesejatian hidup sebagai sangkan paraning dumadi. Makna lain dari udheng ini adalah agar manusia memiliki keahlian / ketrampilan serta dapat menjalankan pekerjaannya dengan pemahaman yang memadai karena memiliki dasar pengetahuan.
3. Rasukan
Sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa, hendaklah manusia ngrasuk atau menganut sebuah jalan atau agama dengan kesadaran penuh menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
4. Benik
Busana Jawa seperti beskap selalu dilengkapi dengan benik ( kancing ) disebelah kiri & kanan. Lambing dari benik itu adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakannya dalam segala hal selalu diniknik; artinya diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang dilakukan janganlah sampai merugikan orang lain, dapat menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
5. Sabuk
Sabuk digunakan dengan cara melingkarkan di badan atau lebih tepatnya dipinggang. Sa-buk artinya hanya impas saja, ngga untung & ngga rugi. Makna sabuk adalah agar manusia menggunakan badannya untuk bekerja sungguh – sungguh, jangan sampai pekerjaannya tidak menghasilkan atau tidak menguntungkan ( buk ).
6. Epek
Persamaan Epek adalah apek; golek; mencari. Artinya dalam hidup ini, kita harus memanfaatkannya dengan mencari ilmu pengetahuan yang berguna
7. Timang
Timang adalah pralambang bahwa ilmu yang ditempuh harus dipahami dengan jelas & gamblang, agar tidak gamang atau menimbulkan rasa kuatir. (samang – samang; berasal dari kata timang )
8. Jarik
Jarik adalah kain panjang yang dikenakan untuk menutupi tubuh sepanjang kaki. Jarik artinya aja serik. Jangan mudah iri terhadap orang lain, karena iri hati hanya akan menimbulkan rasa emosional, grusa – grusu dalam menanggapi segala masalah.
9. Wiru
Mengenakan jarik atau kain selalu dengan cara mewiru ujungnya sedemikian rupa. Wiru atau wiron bisa terjadi dengan cara melipat – lipat ujung jari sehingga berwujud wiru. Wiru artinya wiwiren aja nganti kleru. Olahlah segala hal sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa menyenangkan dan harmonis, jangan sampai menimbulkan kekeliruan dan disharmoni.
10. Bebed
Bebed adalah kain atau jarik yang dikenakan laki – laki. Bebed artinya manusia harus ubed yakni tekun & rajin dalam bekerja mencari rezeki.
11. Canela
Canela dijabarkan dari canthelna jroning nala, atau peganglah kuat di dalam hatimu. Canela sama dengan selop,cripu atau sandal. Canela dikenakan di kaki dengan maksud agar kita selalu menyembah lahir & batin, hanya di kaki-Nya
12. Curiga & Rangka
Curiga atau keris berujud wilahan, bilahan dan terdapat didalam warangka atau wadahnya. Curiga dan warangka adalah pralambang bahwa manusia sebagai ciptaan menyembah Tuhan sebagai penciptanya dalam sebuah hubungan kawula jumbuhing Gusti. Curiga ditempatkan di belakang artinya dalam menyembah yang Maha Kuasa hendaknya manusia bisa ngungkurake godhaning Syetan yang senantiasa mengganggu manusia ketika akan bertindak kebaikan
The Garm Air/Ground Defense System (AGDS) is a new armored fire support vehicle utilizing the same chassis as the Strv 141 MBT, replacing the NDC’s older forward air defense systems, such as the towed Shepherd surface-to-air missile system and the Vanguard SPAAG. Development of the AGDS sprung from an evaluation of the NDC’s Combined Arms Team (CAT) forward area armored maneuver forces, identifying a need for a more modern and survivable solution to close tactical air and ground defense protection.
Joint upload with Matt's awesome Object 490 'Poplar' main battle tank.
Tongkonan ist das traditionelle Ahnenhaus, rumah adat (indonesisch: traditionelles Haus) der Toraja, einem Volk auf der Insel Sulawesi, Indonesien. Tongkonans haben ein aus mehreren Bambusschichten bestehendes Dach in einer schiffsähnlichen Form. Wie für Indonesiens austronesische traditionelle Architektur typisch, werden Tongkonans auf Holzpfählen errichtet. Traditionell haben bei den Toraja nur die Adligen das Recht, Tongkonans zu bauen. Einfache Leute leben in kleineren und weniger aufwendigen Banua genannten Häusern.
Tongkonan is the traditional ancestral house, or rumah adat of the Torajan people, in South Sulawesi, Indonesia. Tongkonan have a distinguishing boat-shaped and oversized saddleback roof. Like most of Indonesia’s Austronesian-based traditional architecture tongkonan are built on piles. The construction of tongkonan is laborious work and it is usually built with the help of all family members or friends. In the original Toraja society, only nobles had the right to build tongkonan.
INDONESIEN; SULAWESI, Tanah Toraja in Lemo(tongkonans
Tongkonan ist das traditionelle Ahnenhaus, rumah adat (indonesisch: traditionelles Haus) der Toraja, einem Volk auf der Insel Sulawesi, Indonesien. Tongkonans haben ein aus mehreren Bambusschichten bestehendes Dach in einer schiffsähnlichen Form. Wie für Indonesiens austronesische traditionelle Architektur typisch, werden Tongkonans auf Holzpfählen errichtet. Traditionell haben bei den Toraja nur die Adligen das Recht, Tongkonans zu bauen. Einfache Leute leben in kleineren und weniger aufwendigen Banua genannten Häusern.
Tongkonan is the traditional ancestral house, or rumah adat of the Torajan people, in South Sulawesi, Indonesia. Tongkonan have a distinguishing boat-shaped and oversized saddleback roof. Like most of Indonesia’s Austronesian-based traditional architecture tongkonan are built on piles. The construction of tongkonan is laborious work and it is usually built with the help of all family members or friends. In the original Toraja society, only nobles had the right to build tongkonan.
Pengayah Adat adalah para pembantu pelaksana upacara adat seperti yang terlihat pada foto ini, mereka membawa Air Suci diatas kepala mereka lalu membawanya ke kuburan sebagai pelengkap upacara ngaben.
For more photos here:
- www.indonesiasupermodel.weebly.com
- Instagram: @leochris91
- Pinterest: @leochris91
- Tumblr: www.dollphotographer.tumblr.com
The Garm AGDS’ primary weapon system is the dual-role surface-to-air and surface-to-surface guided missile, a further development of the older Air Defense, Anti-Tank System (ADATS). ADATS was originally developed as an international private joint venture undertaken by Martin-Marietta (USA) under contract to Oerlikon-Bührle (Switzerland), and was a single-stage multi-purpose all-weather missile system with a unique dual-target capability. However, operational difficulties with the dual-purpose MIM-146 missile experienced by the Canadian armed forces, the only nation to field the vehicle-mounted ADATS, was taken into account in the development of the AGDS, prioritizing the vehicles’ air defense role and subsequent capabilities.
Joint upload with Matt's awesome Object 490 'Poplar' main battle tank.
The Aggressive Driving Apprehension Team (ADAT) charger on scene of a collision on I-5 near Lynnwood.
Áldott Karácsonyt!
Merry Christmas!
Crăciun fericit!
Buon Natale!
¡Feliz Navidad!
Frohe Weihnachten!
Joyeux Noël!
Feliz Natal!
An update of this venerable old favourite to go alongside the other MARMOSET MgNs. You can see how it fits into the full company here.
©Sekitar --- All rights reserved. Please don't use this image on websites, blogs or other media without my explicit permission.
The people of West Sumatra belong to an ethnic group known as Minangkabau, a people with a rich and ancient culture. The bull is extremely important to their culture. The first thing one notices in West Sumatra is the huge roofs pointed upward at the sides. The traditional Minangkabau house was known as Rumah Gadang or Rumah Adat, and was covered with colorful woodcarvings. This one in Bukittinggi is a good example.