View allAll Photos Tagged aceh

Pertama kali coba mie aceh dibikinin sama mba Dewi yang asli Aceh..rasanya pedesss enakkkk...trus aku minta resepnya..mba Dewi ngasih cuma lupa lagi dimana resepnya aku simpen..cuma ingetnya kalo mie aceh itu pedass dan nanti pas masak pake cuka.

Kemaren aku punya mie dan toge..bosen di bikin mie goreng biasa jd aku cobain deh resepnya mba Dewi. dadakan seh jadinya si acar dan emping nya ga ada :(

 

Bahan

* 400 gr mie basah/kuning.

* 750 ml kaldu sapi.

* 150 gr udang basah, bersihkan, buang kulitnya.

* 150 gr daging kambing/sapi, potong dadu.

* 1 buah tomat, potong dadu.

* 4 siung bawang putih, iris tipis.

* 3 siung bawang merah, iris tipis.

* 60 gr tauge, siangi, buang buntutnya.

* 100 gr kol, iris tipis.

* 1 sdt cuka.

* 2 sdm kecap manis.

* 1 batang daun bawang, iris halus.

* 1 sdm seledri, iris halus.

* 2 sdt garam.

* 3 sdm minyak goreng.

* 1sdt bumbu kari bubuk

* cuka atau jeruk nipis sedikit saja

 

Bumbu halus

 

* 5 buah bawang merah.

* 3 siung bawang putih.

* 4 buah cabai merah, buang bijinya.

* ½ sdm bubuk kunyit.

* 4 butir kapulaga.

* 1 sdt jinten, sangrai.

* 1 sdt lada butir.

* 1 sdt ketumbar sangrai

 

Pelengkap

 

* Emping goreng.

* Acar mentimun.

 

Cara membuat

 

1. Tumis bawang merah iris, bawang putih iris dan bumbu halus hingga harum. Masukkan daging, aduk dan masak hingga daging berubah warna. Lalu tambahkan udang dan tomat, aduk rata.

2. Masukkan kaldu, seledri, daun bawang, garam dan cuka. Masak hingga daging matang dan air berkurang sambil sesekali diaduk.

3. Masukkan kol dan tauge, aduk rata. Kemudian tambahkan mi dan kecap manis. Aduk hingga semua bahan tercampur rata dan matang. Angkat.

4. Sajikan panas-panas dengan acar mentimun dan emping goreng.

 

source : Wikipedia

id.wikibooks.org/wiki/Resep:Mie_Aceh dan mba Dewi

   

Costa de Banda Aceh, Indonesia, después del tsunami (dec28/2004). Tomado de www.digitalglobe.com. Visite el Cuaderno de Notas.

The dynamic Saman dance from Aceh, is another cultural heritage of Indonesia that has recently gained recognition from UNESCO as world’s heritage. Its synchronized complex movements appeal while its beauty is second to none. A staged Saman dance indicates perfection as one simple mistake could mess up the entire routine.

 

www.indonesia.travel

Women relaxing outside their house in Aceh Jaya

Kebetulan lagi jalan-jalan ke tanah rencong kota Banda Aceh, NAD.

 

Tidak seperti di pulau jawa, di Aceh ternyata ada kebiasaan yang berbeda yang baru saya temui. Ngupi atau ngopi sambil kongkow-kongkow bersama teman di warung-warung kopi yang tersebar di banyak sudut kota adalah sesuatu hal yang gemar dilakukan.

 

Mulai dari pagi sekitar pukul 9 pagi warung-warung sudah mulai dipadati para warga yang berkumpul sambil ngupi ditemani sarikaya dan berbagai macam kue-kue basah khas daerah aceh. Acara ngupi ini berlanjut semakin ramai selepas shalat isya pada pukul 20.00 hinnga tengah malam... entah apa yang dibincangkan mereka, tetapi yang pasti hampir setiap hari yang namanya kede kupi itu selalu ramai oleh pembeli.

 

Bicara soal kupinya sendiri, wah setelah mencicipi beberapa warung.. sangatlah spesial rasanya mungkin karena setiap proses pembuatannya pun yang spesial cara menyeduhnya pun luar biasa.

 

Jadi janganlah sampai terlewatkan jika suatu hari jalan2 ke Aceh untuk menyicipi kede kupi - makyus :D

 

Kede Kupi di depan Hotel Medan

Banda Aceh Day 3

SE K800i

Lightroom (kebetulan dapet laptop) :D

Rahmatullah, a grand mosque in Lampuuk, Aceh Besar, has been reconstructed by NGO from Turkey. Tsunami on 26 Dec 2004 has eliminated all villages around this mosque.

Close to this mosque there is a white sand beautiful beach...

Midwife is giving immunization at Posyandu Ujong Tanjong Block V-VIII, Meureubo sub district (July 2006)

  

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menjadi pembicaraan dan isu penting belakangan ini setelah video youtube pemuda asal Indonesia yang mengaku bernama Abu Muhammad Al Indonesia ini menyampaikan pesan kepada seluruh muslim di dunia khususnya di Indonesia untuk bersama-sama berjihad. Sebelumnya majalah TIME juga mengabarkan keterlibatan orang-orang Indonesia dalam organisasi jihad ini (time.com/2888423/isis-islamist-state-in-iraq-and-syria-in...). Disebutkan bahwa orang-orang yang bergabung dalam ISIS bukanlah orang-orang muslim asal Usbek maupun kawasan Timur Tengah melainkan asal Indonesia.

   

Sebenarnya, ISIS sendiri merupakan unrecognized state (pemerintahan yang tak dikenal) dan lebih dikenal sebagai grup Jihad yang mulai berdiri sejak pertengahan tahun ini di bawah kepemimpinan Abu Bakar Al Baghdadi yang memproklamirkan berdirinya Kekalifahan yang menguasai seluruh muslim di dunia.

   

Pemerintah Indonesia melalui Menkopolhukam Joko Suyanto menyatakan secara tegas penolakannya atas berkembangnya paham ISIS di Indonesia karena tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, NKRI maupun kebhinnekaan. Namun demikian, persoalannya adalah ISIS melihat bahwa Indonesia merupakan potensi besar bagi perkembangan ideologi dan organisasinya. Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, dengan wilayah terluas di kawasan Asia Tenggara dan posisi yang strategis serta sejarah Negara Islam Indonesia (NII) yang sempat berkembang menjadikan alasan ISIS menaruh perhatian besar kepada Indonesia.

   

Sementara itu, perkembangan politik dan demokrasi di Indonesia yang positif sejauh ini, ternyata memiliki celah yang cukup besar untuk berkembangnya ideologi-ideologi baru termasuk di antaranya ISIS. Sejarah berdirinya NII di Indonesia pun tidak dapat dianggap sebelah mata, meskipun ujud fisiknya sudah tidak kelihatan namun ideologi yang berkembang terus menerus muncul dan hidup di tengah masyarakat. NII yang didirikan oleh Maridjan Kartosuwiryo 65 tahun lalu di Tasikmalaya Jawa Barat, dalam sejarahnya berkembang cukup luas hingga ke Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Aceh. Meskipun dalam perkembangannya gerakan ini sudah padam, namun ideologi dan militansi Islam garis keras belum terlalu lama meredup dari daerah paling barat Indonesia, Aceh.

   

Secara geografis, sebutan Serambi Mekah bagi Aceh sejak lama sudah menunjukan betapa Aceh merupakan gerbang utama berbagai ideologi masuk dari Kawasan Timur Tengah. Keberadaan Selat Malaka yang menjadi jalur luat paling populer di kawasan Asia Tenggara menjadikan Aceh memiliki potensi menjadi pelabuhan paling ramai di dunia. Posisi yang strategis ini tentu saja menarik perhatian global, tentunya juga dengan ISIS. Kelemahan pengawasan kawasan perairan nasional, keterbatasan jumlah personel Angkatan Laut dan banyaknya tempat-tempat pendaratan yang sulit diawasi menjadi peluang-peluang yang mungkin dimanfaatkan oleh ISIS untuk masuk ke Indonesia melalui Aceh, sebagaimana mudahnya senjata-senjata ilegal masuk ke Aceh.

   

Selanjutnya, status Aceh sebagai daerah otonomi “super” khusus dalam wilayah Indonesia akibat kesepahaman damai Helsinki 2005 lalu, menjadikan Pemerintah Aceh memiliki beberapa kewenangan yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain di Indonesia seperti; semua sektor yang berkaitan dengan masyarakat dan administrasi hukum seperti penerapan Syariah Islam di Aceh. Peluang ini tentu semakin memudahkan ISIS untuk melakukan infiltrasi mengingat pemerintah Aceh yang baru berdiri pasca kesepahaman damai tengah “belajar” berdemokrasi maupun berpolitik secara layak dan benar. Celah ini tentu dimanfaatkan, sebagaimana banyak daerah yang tengah “belajar” tentu kondisi ekonomi, politik dan sosial masyarakat yang labil menjadikan peluang besar bagi ISIS untuk datang dengan “cara yang berbeda” dengan memanfaatkan state actor-state actor yang sudah cukup dikenal di Aceh seperti Arab Saudi melalui uluran bantuan kemanusiaan, keuangan, ekonomi, pendirian sekolah-sekolah dsb. Bukan tidak mungkin bantuan-bantuan tersebut merupakan “cara berbeda” yang saya maksud. Sebagaimana diberitakan, terkait dengan ISIS, PM Iraq, Nouri Al Maliki menuduh Arab Saudi mendanai bantuan untuk ISIS (www.nbcnews.com/storyline/iraq-turmoil/iraq-cabinet-accus...).

   

Selanjutnya, kerentanan yang paling berat bagi Aceh adalah kondisi sosial masyarakat. Tingkat pendidikan yang cukup rendah dan bahkan paling rendah di Indonesia, angka pengangguran yang cukup tinggi (6,75 % menurut data BPS 2014), birokrasi pemerintah yang korup dan acak-acakan serta sistem kepemerintahan yang labil menjadi peluang terbesar ISIS untuk masuk ke Aceh. Kondisi birokrasi Aceh yang rentan tersebut, sebagian pun terjadi di Iraq saat ini, khususnya daerah-daerah yang menjadi titik kuat ISIS dimana pemerintahan, kepolisian dan organ-organ birokrasi lainnya lemah dan korup.

   

Melihat keadaan di atas, diharapkan pemerintah Indonesia betul-betul siap dalam menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah infiltrasi dan berkembangnya paham ISIS di Indonesia. Tidak cukup hanya sekedar retorika dan teori belaka dengan bahasa-bahasa indah politisi, namun dengan langkah-langkah nyata. Salah satunya dengan menjadikan pembangunan pangkalan AL di ujung barat Indonesia sebagai prioritas sebagai kekuatan tangkal strategis. Selain daripada itu, pemantauan dan pengawasan menyeluruh terhadap sistem birokrasi di Aceh yang memang belum terbenahi secara utuh dan cenderung korup perlu dilakukan secara serius dengan menempatkan masyarakat dan media sebagai garda terdepan dalam pengawasan publik.

   

Kita semua tentu memiliki harapan yang sama dan sederhana, bahwa perdamaian dan keamanan di negara kita dapat betul-betul terjamin, tanpa kekuatiran akan adanya intimidasi, terror, ataupun keadaan yang lebih kacau dari itu semua. Perjuangan jihad yang kita lakukan hendaknya diawali dengan merubah mind set untuk menjadikan kemiskinan, kebodohan dan terror sebagai musuh bersama yang patut kita perangi.

   

hankam.kompasiana.com/2014/08/05/bisa-jadi-aceh-menjadi-p...

 

Lamno, Nanggroe Aceh Darussalam

Keep Moving Still Rolling

BANDA ACEH: Refugee Muslim women offering prayer in a mosque the world worst eartquake Tsunami claimed more than 128000 lives. Sohail Nashir

Rainbow Spider with Golden Legs

Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) di 11 Kabupaten/Kota ini ternyata 70 persen lebih habis untuk menggaji Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pembangunan infrastruktur buat warga pun terancam memble!

 

"Di era reformasi birokrasi, diharapkan birokrasi semakin efisien dari sisi struktur maupun biaya. Namun faktanya, belanja pegawai terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan belanja lebih banyak dinikmati oleh alokasi pegawai. Di 302 daerah, belanja pegawai menghabiskan lebih dari 50 persen anggaran. Bahkan di 11 daerah di antaranya belanja pegawai mencapai 70 persen (APBD)," kata Koordinator Riset Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Maulana, memaparkan data ini yang bersumber dari Kementerian Keuangan.

 

Hal ini dikatakan Maulana dalam jumpa pers tentang 'Catatan Akhir Tahun Anggaran 2012' di kantornya, Jalan Mampang Prapatan 4, Jalan K Nomor 37, Jakarta Selatan, Minggu (16/12/2012).

 

Maulana menambahkan, padahal tunjangan besar bagi PNS itu tidak menjamin perbaikan pelayanan publik.

 

"Tunjangan besar, tidak dibarengkan dengan pelayanan yang baik. Dengan belanja pegawai yang sebesar ini, belanja modal akan tergerus oleh belanja pegawai. Maka pembangunan infrastruktur dan peningkatan ekonomi juga terus tergerus," tambah dia.

 

Berikut 11 kabupaten/kota yang 70% lebih APBD-nya habis untuk gaji PNS:

1. Kota Langsa, Aceh, 77 persen APBD

2. Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, 74 persen APBD

3. Kota Ambon, Maluku, 73 persen APBD

4. Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, 73 persen APBD

5. Kabupaten Bantul, DIY, 72 persen APBD

6. Kabupaten Bireun, Aceh, 72 persen APBD

7. Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 72 persen APBD

8. Kabupaten Aceh Barat, Aceh, 71 persen APBD

9. Kota Gorontalo, Gorontalo, 70,3 persen APBD

10. Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, 70,1 persen APBD

11. Kota Padangsidempuan, Sumatera Utara, 70,003 persen APBD

 

Sebelumnya Menkeu Agus Martowardojo mengeluhkan hal serupa. Menkeu mengatakan kondisi tersebut jadi salah satu alasan pemerintah melakukan moratorium atau penghentian sementara perekrutan PNS baru di tahun ini.

 

"Karena pemerintah daerah biaya pegawai mencapai 45% dari APBD-nya. Bahkan daerah tertentu sampai 70%. Itu kan besar dan sisa untuk belanja modal dan infrastruktur dan sosial itu semakin sempit. Pengelolaan fiskal di pusat dan daerah baik, kita lakukan moratorium," jelas Agus Marto usai menghadiri sidak tes CPNS Kementerian Keuangan di Balai Diklat Pelatihan Pendidikan Keuangan Kawasan Blok M, Jakarta Selatan Sabtu (8/09/2012).

 

Butir terpenting dari kebjakan moratorium tersebut adalah, semua jajaran pemerintah baik pusat maupun daerah tidak boleh merekrut pegawai di tahun 2012, kecuali untuk tenaga pegawai sektor pendidikan, kesehatan, dan tenaga-tenaga yang sudah diikat.

 

On the road in Aceh releasing sun bears into the wild. Loving the gopro upgrade ;)

makamnya sedang dipugar.

 

"Adat bak Po teumeureuhom

Hukom bak Syiah Kuala

Qanun bak Putroe Phang

Reusam bak Laksamana"

 

Itulah salah satu semboyan yang populer di aceh sejak zaman sultan iskandar muda sampe saat ini, artinya adalah adat berada pada raja/sultan, hukum berada pada syiah kuala/ulama, qanun/perundang2an berada pada putri pahang/cendekiawan, pertahanan dan keamanan berada pada laksamana. Disitulah terlihat sejak beratus2 tahun lalu aceh sudah menganut sistem pemisahan kekuasaan dimana raja tidak bersifat absolut, hanya mengurusi masalah adat.

 

Syeh Abdurrauf bin Ali Al fansuri As Singkili (bergelar Syiah Kuala) lahir tahun 1591 M, wafat pada 1696 M dalam usia 105 tahun, dikebumikan pada tempat yang diamanahkannya di Gampong Meunasah Dayah Kuala Aceh (sekarang Desa Dayah Raya).

 

Alhmarhum menjabat selaku Qadhi Malikul Adil pada Kerajaan Aceh Darussalam mulai dalam masa pemerintahan para Ratu/Sultanah, yaitu:

1. Ratu Syafiatuddin Syah (1641-1675 M)

2. Ratu Nakiatuddin Syah (1675-1678 M)

3. Ratu Zakiatuddin Syah (1678-1688 M)

4. Ratu Kamalat Syah (1688-1699 M)

 

Nama Almarhum sudah diabadikan pada perguruan tinggi di Aceh yaitu Universitas Syiah Kuala.

Women with their heads covered swimming in all of their clothes. Kind of stereotypical in symbolism but.......I like this foto.

Peter Scott Bowden WFP

Claudia Hudspeth UNICEF not in picture

UNHCR and DFID reps all fly in together to do joint assessment. It took 2 days to fly in because of air traffic over Banda Aceh. Eventually got in on 5th January 05. They never got to do their assessment because the military reserved all the helicopters to take in food.

Road from Lamno to Calang. We had three new cars to pick up in Banda Aceh and drive the 250km or so down the coast to Meulaboh. Various people who had not made the journey said the road was cut, our experience had been that most times you can get through. It took two days. Photo taken by James Maloney

Julien Harneis laying first stone SD 10 Meulaboh, Aceh Barat

Qanun tentang Bendera & Lambang Aceh adalah hasil konspirasi antara Penguasa Aceh dan Jakarta untuk memenangkan Pemilu 2014

Interesting features include:

Entrance on both sides, one for men one for women.

Natural ventilation through intricately carved grill under the eaves of the roof.

Korban anak-anak yang tewas di kumpulkan jadi satu.. merupakanpemandangan yangmemilukan ...

1 2 3 5 7 ••• 79 80