View allAll Photos Tagged Merdu,

matahari terbenam

hari mulai malam

terdengar burung hantu

suaranya merdu

huhu...huhu...huhuhehehe

~explore #174~

Location: Padang Lapang Lestari Putra

Date: 20 July 2009 Time:18:54:53

My new capture for 2 month i never touch Jon Ubi D60...miss that!!

 

p/s: Aku terus cuba dan mencuba untuk aku serasikan bidang photography dan kerja2 editing..dan aku berharap akan ianya akan terus bersatu dalam jiwa aku..bak kata cameramerah http://www.flickr.com/photos/cameramerah "Saya anggap mcm ni la..penyanyi bersuara merdu semakin mantap persembahannya jika dia pandai menari"

photography dan editing saling perlu memerlukan bagi menambah seri sesuatu hasil..tp tidak keterlaluan...tp aku punya nih dah macam mengubah alam la plak...hehehehe...xpelakan...banyak masa untuk nih..so sebagai ganti rugi aku upload untuk kawan2 comment dan bg pendapat...ble kan???;-)

 

Forgotten Mercedes inside an abandoned garage

 

Follow me on Facebook: T M S C R N

210)Yellow-Bellied Bulbul

Yellow-Bellied Bulbul, Alophoixus phaeocephalus, Merbah Perut Kuning

Bulbul with a beautiful voice found in lowland rainforest of SouthEast Asia. Usually can be seen at all levels of forest canopy uncluding ground level when hunting for insects.

Merbah dengan suara merdu mendiami hutan tanah rendah Asia Tenggara. Mencari makan di setiap aras kanopi hutan termasuk lantai hutan apabila memburu serangga.

Exif: f4.5, 1/80, ISO 1250, focal length 400mm, Cik Canon EOS 50D, lens Canon 400mm, tripod Feisol

 

Seindah goresan Sabdamu, Dalam Kitab ku,

Cinta yang bertasbih,

mengutus hati ini,

ku sandarkan hidup dan matiku, pada Mu,

 

Bisikan doa ku,dalam butiran tasbih,

kupanjatkan pinta ku pada Mu Maha Cinta,

Sudah di ubun ubun,

Cinta mengusik resah,

tak bisa ku paksa walau hati ku menjerit,

 

Ketika cinta bertasbih,

nadiku berdenyut merdu,

kembang kempis dadaku,

merungkai butir cinta,

garis tangan tergambar

tak bisa aku menentang

Sujud Syukur pada Mu,

Atas segala cinta....cinta...

Ketika Cinta bertasbih...

melly goeslow

 

to my friends whom didn't know the meaning of those words, please enjoy the song here..:)

www.youtube.com/watch?v=dqp9RXrKPHY

 

have a lovely Wednesday All, HBW

Minggu 31 Mei 2009 yang merupakan Hari Minggu terakhir di Bulan Mei 2009 adalah hari bebas kendaraan bagi kawasan Jalan Sudirman dan Thamrin, Jakarta. Saya baru tahu saat tiba di kawasan Bundaran H.I. bahwa kemarin juga merupakan hari bebas tembakau sedunia. Ada apa saja yang seru pada car-free day kemarin?

 

- Ada Gubernur DKI Fauzi Bowo yang hadir di panggung Pemda DKI untuk memperingati hari bebas tembakau sedunia

- Ada yang nyanyi-nyanyi di atas panggung pemda DKI: Topodade pemenang Dreamgirls di GlobalTV dan penyanyi dangdut yang juga politisi gagal Saipul Jamil..! Oke, bulan lalu bahu saya bergoyang mengikuti alunan suara merdu Tompi, tapi kali ini, (alamak!) cengkok Saipul Jamil sebagai gantinya! harus joget apa dong gue? hahah

- Panggung live TVOne yang biasanya mangkal persis di depan Wisma Nusantara, jadi nggak ada. (Dilarang dengan hormat oleh pemda kali.. :p)

- Ada banyak sekali pengendara sepeda, siswa/siswi SMA yang berolahraga dengan gurunya, grup senam aerobik yang kelihatan senang banget loncat sana sini bisa aerobik di tengah Jalan Thamrin, juga mahasiswa/i berjaket alamamater yang membagikan flyer dan sticker bahaya merokok (yeah, nggak usah dibahas lebih lanjut untuk yg disebutkan terakhir.. :D)

- Ada komunitas Bike to Work, yang rombongannya kok banyakan buka lapak pernak-pernik sepeda ya?

- Ada.. (ini yang saya suka), komunitas sepeda onthel! Ampun deh, seru-seru, lucu-lucu, cuek-cuek, dan gokil-gokil anggotanya. Semua pakai kostum jadoel, yang nyeleneh pun nggak keitung. Lepas subuh mereka bergerak dari rumah masing-masing, kumpul di Thamrin, makan rame-rame dan kongkow-kongkow dengan kawan seperkumpulan. Nggak ketinggalan ada 1 gerobak dangdut yang mereka bawa, lagu dangdut distel kenceng-kenceng, dan joget asoy rame-rame. Tiap ada TransJakarta lewat, yang asyik joget tak pernah absen melambaikan tangannya ke arah penumpang didalamnya, ahahaha.. (dalam hati saya bersumpah, kalau punya sepeda (onthel) suatu hari nanti, gabungnya ke komunitas ini aja ah, males banget gabung ke bike to work!!! konsumtif! :D)

- Terakhir, ada Inut, Yoyok, Yudi dan Meli yang jalan bareng dari H.I. ke Sarinah bolak-balik sampai lanjut ke pasbar dan Antara. Kakiku pegel-pegel bow! xD

- Oh, dan ada 4 kamera analog yang dicoba mengabadikan car-free day kemarin, jadi digital cuma buat foto keluarga doang, hihi.

 

Terlepas dari segala macem kesemrawutannya, kalo lagi ngerasain enaknya nggak ada mobil, nggak ada polusi, nggak ada macet, saya rasanya makin cinta Jakarta!

 

{Mel, mau dong di-emal-in jadwal kegiatan rangkaian ultah Jakarta yg lo dpt kemaren, kita ubek-ubek Jakarta nyoook..}

---

Alamakjan, gw upload foto ke flickr apa nge-blog ya ini?? wakakakak

#Gosip Top :Cover Lagu, Suara Merdu Ariel Tatum Pukau Netizen1

SUBHANALLAH Qiroah Merdu Surat Ar-Ra'd Ayat 16 Negeri Indah Adil Makmur

"Di lorong kota itu masih ada tetamu

Setiap siang dan malam urusan manusia

Maharajalela oh serabutnya

Di lorong kota itu masih ada sendamu

Sedang bersyair merdu terus menyusuri

Oh fantasi ngeri sebelum nafas terhenti

Simpangan kota ini bangkitlah engkau dari mimpi-mimpi"

 

A Lyrics from a popular Malay song in 90's. My favorite band called Ukay's.

 

[5 hours of digital blending works. A vertorama with 2 horizontal frames and each frame contains 9 exposures]

 

Location: Kuala Lumpur, Malaysia

Blog: artisticslice.wordpress.com

Facebook: www.facebook.com/artisticslice

Purchase my eBook: HDR & Landscape Photography: Vol. 1

Tika ini,

Bersemadi kasih sepasang hati,

Mengisi segenap kotak hati nurani,

Dioles lembayung sinaran cahaya mimpi,

Dalam hati nan suci pasti,

 

Tika ini,

Ku sulam kasih seindah salju,

Melayang jiwa dek awan lalu,

Suara hati bergemersik merdu ,

Persis gemalai pungguk merindu,

Dua hati kian memadu,

Hanya dirimu dan aku,

Tersudut di puncak nan satu..

  

By: pheckaboo

 

Sejuknya Air Terjun Watu jonggol yang terletak di Desa Pageharjo, Samigaluh, Kulon Progo, bisa kamu nikmati di desa wisata tersebut.

 

Desa Wisata Nglinggo menyuguhkan pemandangan alam yang akan membuat wisatawan berdecak kagum, mulai pemandangan kebun teh yang hijau, gugusan perbukitan Menoreh yang menjulang tinggi, sampai Air Terjun Watu Jonggol.

 

Komplet deh, kalau kamu ingin berkunjung ke Desa Wisata Nglinggo.

 

Mentari mulai merangkak di langit timur, sinarnya yang hangat di balik dedauanan saat kami menapaki jalan curam menuju Air Terjun Watu Jonggol. Derasnya debit grojogan tersebut memecahkan suara hening di alam hijau itu.

 

Sungguh merdu nada dari setiap jatuhnya air dari setiap undakan yang ia lalui. Bongkahan batu pun tampak gagah, seakan-akan menjadi benteng untuk melindungi air terjun yang elok ini.

 

Rerumputan yang hijau dan semak belukarnya menambah elok “parasnya” si “anggun” dari aliran perbukitan Menoreh. Airnya yang dingin dan sejuk itu akan menggoda kamu untuk menceburkan diri untuk merasakan sensasinya.

 

Saran saya, jangan mandi!

 

Whattttttt? Are you kidding, Bro?!

 

Hahaha … bukan apa-apa sih, takutnya kamu nggak mau berhenti main air di sana. Kan jadi repot tuh nantinya.

 

www.asmarainjogja.id

#Gosip Top :Tiffany SNSD Pamer Suara Merdu di Sesi Latihan Vokal0

Ia pernah bermimpi menjadi imam di Masjidil Haram. Baru dua tahun kemudian mimpi itu menjadi kenyataan.

 

Pada suatu malam, kira-kira dua tahun silam, Syeikh Adil Kalbani bermimpi bahwa dirinya menjadi imam di Masjidil Haram, Makkah. Namun begitu bangun tidur, ia segera menepis mimpi tersebut dan menganggapnya sebagai kembang tidur dan godaan kesombongan.

 

Walau dikenal memiliki suara merdu, namun sang Syeikh berkulit hitam dan putra imigran miskin dari Teluk Persia. Menjadi imam shalat di Masjidil Haram adalah kehormatan yang luar biasa, dan biasanya menjadi jatah para imam berdarah Arab murni.

 

Wajar jika kemudian, akhir September tahun lalu, Kalbani kaget bukan kepalang ketika menerima panggilan telepon. Sebuah suara mengabarkannya bahwa Raja Abdullah memilihnya menjadi imam kulit hitam pertama untuk memimpin shalat jamaah di Masjidil Haram.

 

Dua hari kemudian ia berjalan ke ruang resepsi yang luas dan disambut oleh Pangeran Khalid al-Faisal, Gubernur Makkah. Syeikh Kalbani mencoba mengenalkan diri, namun sang pangeran mencegahnya sambil tersenyum dengan ucapan, “Anda sudah dikenal.”

 

Selanjutnya, Kalbani dibimbing menuju sebuah meja dimana ia duduk di samping Raja Abdullah dan para menteri yang lain. Ia agak malu berbicara langsung menghadap raja. Namun ketika meninggalkan ruangan, Kalbani menyalami raja dan mencium hidungnya. Sebuah ciuman tradisonal tanda penghormatan terhadap orang yang lebih tua.

 

Beberapa hari kemudian, suara bariton Kalbani yang dalam, bergema di Masjidil Haram dan disiarkan secara langsung oleh televisi satelit ke jutaan pemirsa Muslim di seluruh penjuru dunia.

 

Sejak itu pula, Syeikh Kalbani mendapat julukan bernada gurau, “Obamanya Saudi”. Para imam terkemuka di Saudi bagaikan selebritis, dan sebagian besar mereka menyambut pilihan Raja Abdullah atas Kalbani merupakan bukti usahanya membawa Saudi Arabia menuju keterbukaan dan toleransi yang lebih luas dalam beberapa tahun terakhir.

 

“Raja mencoba memberitahu tiap orang bahwa ia memerintah negeri ini sebagai sebuah bangsa tanpa rasisme dan diskriminasi,” kata Syeikh Kalbani kepada The New York Times. “Setiap orang yang layak dan memenuhi syarat, tak peduli apapun warna kulitnya, darimana asalnya, akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi imam. Demi kebaikannya dan kebakan negerinya,” lanjut pria berjenggot lebat yang telah 20 tahun lamanya menjadi imam tetap Masjid Riyadh ini.

 

Secara resmi, karena kemampuannya dalam tilawah al-Qur’an –sebagaimana delapan imam lainnya– yang membuat Kalbani dipercaya menjadi imam Masjidil Haram. Ia menjadi imam khusus di bulan Ramadhan saat shalat tarawih berjamaah. Walau demikian, tetap saja ada suara-suara sumbang yang menganggap raja bersikap rasis atas pilihan terhadap Kalbani.

 

Syeikh Kalbani, sebagaimana mayoritas orang-orang Saudi, dengan tanggap memperingatkan bahwa tiap rasisme di Saudi bukanlah kesalahan Islam, karena Islam sebenarnya menyebarkan egalitarianisme. Nabi Muhammad saw sendiri memiliki sahabat-sahabat berkulit hitam. “Sejarah Islam kami memiliki banyak sekali orang-orang berkulit hitam yang terkenal. Tidak seperti di Barat,” tegas pria 49 tahun ini.

 

Memang benar, etnis dan kesukuan di Saudi Arabia jauh lebih beragam dibanding kebanyakan negara-negera Barat. Orang-orang Saudi, Malaysia atau Afrika merupakan pemandangan umum di sepanjang jalan pantai barat. Mereka adalah keturunan para jamaah haji yang datang berabad-abad lampau, yang tinggal dan menetap hingga kini. Sebagian besar mereka telah hidup makmur bahkan meraih posisi tinggi melalui hubungan dengan keluarga kerajaan. Bandar bin Sultan, mantan Duta Besar Saudi Arabia untuk AS, adalah putra Pangeran Sultan dari selirnya yang berkulit hitam.

 

Perbudakan memang berlaku di Saudi, namun dihapuskan pada tahun 1962. Kebanyakan orang-orang Arab tradisional dari Nejd –asal penguasa Saudi– dulu menyebut orang luar sebagai “tarsh al-bahr”, muntah laut. Orang-orang keturunan Afrika masih mengalami diskriminasi seperti kebanyakan imigran lainnya. Bahkan imigran dari negara-negara Arab lainnya juga mengalami hal yang sama. Sebagian besar orang-orang Saudi mengeluhkan pemerintah kerajaan yang masih didominasi Nejd, tanah air keluarga kerajaan.

 

“Nabi mengatakan kepada kita bahwa status sosial akan tetap eksis karena sifat alami manusia,” kata Kalbani getir. “Ini merupakan bagian dari praktek-praktek pra-Islam yang masih bertahan.”

 

Kulit hitam bukanlah satu-satunya kendala sosial yang telah diatasi Syeikh Kalbani. Ayahnya datang ke Saudi Arabia tahun 1950-an dari Ras al-Khaima –kini menjadi Uni Emirat Arab– dan memperoleh pekerjaan sebagai pegawai pemerintah tingkat rendah. Keluarganya memiliki sedikit uang, dan setelah menyelesaikan sekolah menengah, Kalbani bekerja di Saudi Arabian Airlines sambil kuliah malam di King Saud University.

 

Beberapa lama kemudian ia belajar agama, tekun menghafal al-Qur’an dan belajar hukum Islam. Pada tahun 1984 ia lulus ujian pemerintah untuk menjadi imam, dan bekerja sebentar di masjid bandara Riyadh. Empat tahun kemudian ia mendapatkan posisi yang lebih menonjol sebagai imam di Masjid Raja Khalid. Sebuah masjid dengan bangunan tinggi berwarna putih yang tidak jauh dari salah satu kantor Departemen Intelijen Saudi.

 

Secara teologis, Syeikh Adil Kalbani mencerminkan evolusi umum pemikiran Saudi dalam dua dekade terakhir. Pada tahun 1980 dia bertemu Osama bin Laden dan Abdullah Azzam, seorang pemimpin jihad melawan Uni Soviet di Afghanistan. Awalnya, Kalbani bersimpati dengan posisi radikal dan kemarahan mereka terhadap Barat. Namun, kata Kalbani, ia mulai menemukan bahwa pandangan mereka sempit, terutama setelah serangan 11 September di AS.

 

Kini, Kalbani menerima dengan hangat inisiatif baru Raja Abdullah yang berupaya memoderatkan kekuasaan dan sikap keberagamaan yang keras untuk memodernisasi peradilan dan pendidikan Saudi. Di sela-sela waktu luangnya, Kalbani gemar membaca al-Watan, sebuah surat kabar liberal. “Beberapa orang di negeri ini menginginkan semua orang menjadi kertas karbon. Ini bukan cara berpikir saya. Anda dapat belajar dari orang yang mau mengkritik, yang memberikan berbagai sudut pandang,” ujarnya.

 

Kehidupan Kalbani, sebagaimana kebanyakan para imam, mengikuti alur yang dianggap kaku oleh orang luar. Ia memimpin shalat jamaah lima waktu di masjid, lalu pulang ke rumahnya yang ia tempati bersama dua istri dan 12 orang anaknya. Tiap pekan ia menyampaikan khutbah Jumat.

 

Kini suara merdu dan berat Syeikh Kalbani dapat dinikmati kaum Muslimin di seluruh dunia, terutama dalam Bulan Suci Ramadhan. “Melantunkan ayat suci al-Qur’an di hadapan ribuan orang, bukan masalah bagi saya. Tapi tempat ini (Masjidil Haram), kesuciannya dan kesakralannya, berbeda dengan shalat di tempat lain. Di tempat suci itu, ada raja, presiden dan orang-orang biasa. Semuanya dipimpin oleh anda yang menjadi imam. Hal ini mendatangkan kehormatan, juga ketakutan kepada Allah SWT,” kata Kalbani.

 

Islam tidak mengenal kasta. Siapa pun layak menjadi imam di Masjidil Haram, asal mumpuni dan memenuhi syarat. Dan Syeikh Adil Kalbani telah membuktikannya.

Berita diambil dari: chairulakhmad.wordpress.com, Foto dari Suara Media

  

Cantik. Kata itu akrab di telingaku. Sejak aku kecil, orang-orang di sekitarku selalu melontarkan kata itu, termasuk mamaku. Ia sering mengatakan begitu dan mengakhiri dengan tawa atau senyum manis.

 

Rambut hitam lebat, mata bulat, hidung mancung, dan bibir tipisku menjadi hal yang lucu. Belum lagi tulang dagu lancip, bulu mata lentik, proporsi tubuh seksi.

 

Namun papaku tak pernah berkomentar apa-apa. Bahkan sekadar tertawa bersamaku pun dia enggan.

 

Saat aku dewasa di lingkungan baru, temanteman juga acap mengatakan hal serupa. Menurut mereka, aku cantik. Namun tak semua orang senang berdekatan denganku. Banyak pula yang membenciku. Bahkan menghujatku. Aku jadi sering bertanya-tanya, apa yang salah dengan paras cantikku?

 

***

 

Sore ini aku menikmati bau petrikor. Itulah aroma khas seusai hujan di taman belakang di samping kolam di rumah salah seorang anggota kelompok sosialita kami. Sudah setahun ini kami mengadakan arisan rutin sebulan sekali di tempat berbeda-beda. Kadang di bar, kadang di rumah salah seorang anggota. Namun yang paling sering di sebuah vila.

 

Kami arisan untuk menjauhkan diri dari hirukpikuk kota dan melupakan sejenak tumpukan kerja. Kali ini, Mery jadi tuan rumah. Aku belum lama kenal dia.

 

Mery korban pemerkosaan menjelang keruntuhan Orde Baru. Dia melarikan diri, mengungsi ke pesisir utara, sebelum akhirnya pindah dan menetap di Bali. Lalu, melanjutkan pendidikan di bidang seni.

 

Dia menyelenggarakan arisan di rumahnya, di tengah kota di kawasan pecinan. Sebelum arisan berlangsung, kami saling melepas kerinduan. Maklum, kami tinggal di kota-kota berbeda.

 

Tiba-tiba telepon di sakuku bergetar. Kurogoh telepon dan terpampang nama Ilham. Lelaki itu kukenal di dunia maya baru sebulan ini. Aku tak pernah tahu tampangnya.

 

Awalnya aku enggan membalas pesan dia. Aku tak suka bersinggungan dengan orang yang belum pernah kujumpai. Namun suatu ketika aku mendengar dia menyanyikan sebuah lagi dalam unggahannya. Cuma satu menit. Suara berat itu sungguh merayuku, membiusku.

 

“Lana, kau jadi arisan hari ini?” ujar dia menyadarkan aku.

 

“Jadi dong. Ini udah di tempat arisan, Ham.”

 

“Baiklah, aku tunggu sampai urusanmu selesai.”

 

“Sampai jumpa, Ham.” Telepon mati. Mery sudah berada di sampingku sambil cengar-cengir.

 

“Ihir! Udah ada gebetan nih sekarang,” katanya menggoda.

 

“Baru kenal. Belum lihat wajahnya,” sahutku santai.

 

“Lo? Terus?” Dia terkejut.

 

“Iya, cuma dengar suaranya. Ngerti kan, aku gampang terbius oleh suara merdu. Ha-haha.” Aku tertawa puas.

 

“Ya udah deh. Semoga oke. Yuk, masuk. Temen-temen udah nunggu di dalam.”

 

Aku dan Mery masuk ke ruang tengah. Setelah saling bergurau, acara pun kami mulai.

 

Bulan ini, aku tak begitu berharap memenangi arisan. Namun ternyata ketika dikocok, namaku yang keluar. Semua bertepuk tangan, bersorak. Aku seperti juara sebuah kompetisi.

 

“Asyik, Lana yang dapet. Tercantik dari yang cantik-cantik. Hadiah undian kita bulan ini keren lo, Lan. Artis terkenal. Macho. Nanti kalau udah ngewe, ih nggak kebayang,” goda Devina, diikuti gelak tawa kawan-kawan.

 

Semua menatapku dengan tampang menggoda. Aku cuma tersenyum malu-malu. “Sial! Aku belum siap,” batinku.

 

***

 

Tiba di Bali, aku dijemput taksi online, ke hotel tak jauh dari bandara. Ah, kamar yang cantik. Aku bisa melihat pantai, bahkan sambil berenang di kolam belakang kamar. Namun lantaran lelah, aku memutuskan beristirahat dulu sebelum bertemu lelaki hasil undian arisan.

 

Pukul 17.00, aku ke restoran di tepi pantai. Aku menunggu lelaki itu sambil menikmati saat matahari tenggelam. Tiba di meja yang sudah terpesan, lelaki itu belum datang. Kunikmati suasana, sesekali memotret dan mengunggah gambar ke Instagram.

 

Telepon masuk. Ilham. “Lana, kamu di mana?

 

Kamu nggak kasih kabar seharian ini,” suaranya memperdengarkan kekhawatiran.

 

“Maaf, Ham, aku lagi di Bali. Baru saja sampai.”

 

“Lo, ngapain?” Suaranya mengencang.

 

“Cuma jalan-jalan. Lagi penat sama suasana Ibu Kota. Maaf, nggak kasih kabar.”

 

“Di hotel apa? Kirim alamat. Nanti aku samperin setelah urusanku selesai.”

 

“Serius? Kamu di Bali?”

 

“Iya. Udah dulu ya, nanti kita sambung lagi. Jangan lupa kirim alamat dan nama hotelmu.”

 

Tiiit! Telepon mati.

 

Tiba-tiba ada seorang lelaki menghampiriku. Lelaki yang tak asing dalam penglihatanku. Azriel, idola para gadis saat ini. Penyanyi band yang sedang naik daun.

 

Aku bingung. Diakah lelaki yang Devina pesan? Atau, salah orang?

 

Lelaki itu melambaikan tangan di hadapanku, sehingga membuatku tersadar. “Lana?” sapa dia sambil tersenyum manis.

 

“Iya, aku Lana.”

 

“Oh, berarti bener. Boleh aku duduk? Sudah tahu siapa aku kan?”

 

“Boleh. Iya, aku tahu. Kau kenal Devina?”

 

“Iya. Devina yang memintaku ke sini. Ternyata benar, Devina nggak bohong. Kau cantik,” ujar dia sembari menelisik mataku.

 

Aku tersenyum. Malu.

 

“Kita nikmati matahari terbenam dulu ya, lalu kita kembali ke hotel. Sore ini cantik, seperti perempuan di depanku,” katanya sambil melempar pandang ke pantai.

 

***

 

Tiba di hotel, aku dan Azriel melanjutkan perbincangan. Saat dia ke kamar mandi, aku mengirim pesan pada Ilham; alamat hotel tanpa nomor kamar. Aku tak mau Ilham tahu aku sedang bersama seorang lelaki.

 

Azriel cukup lama di kamar mandi. Karena pesanku tak segera tersambut, aku menelepon Ilham. Namun dia tak mengangkat. Saat bersamaan telepon Azriel di meja berdering.

 

Aku melihat layar teleponnya. Muncul nama Geulis. Aku kembali menelepon Ilham. Lagi-lagi telepon Azriel berdering. Dia keluar dari kamar mandi, mengambil telepon, menjauh beberapa langkah dariku, dan menerima panggilan.

 

Suara berat yang acap kudengar di telepon itu begitu nyata. Aku dan Azriel saling pandang beberapa saat. Saling tatap, saling menelisik. Akhirnya dia mendekat, lalu memelukku. Erat.

 

“Lana?”

 

Wajahnya memancarkan rona kegembiraan.

 

“Ilham?”

 

“Mengapa aku tak mengenalimu sejak awal? Pantas saat kau bicara, aku merasa tak asing dengan suaramu.”

 

“Aku juga tak menyangka bakal bisa sedekat ini denganmu yang lagi naik daun. Aku.”

 

“Sudahlah, kita nikmati saja malam ini.”

 

Dia kembali memelukku. Tiba-tiba dia mendorongku ke dinding dan menciumku. Ia bukan pemain biasa. Andal. Dia hendak melepas semua yang kukenakan. Kulihat dia sangat bergairah. Namun aku mencegah.

 

Dia bingung, menatapku, mengisyaratkan permohonan agar aku menanggalkan pakaian.

 

Aku membalas dengan senyuman. Dia terlihat gemas, lalu bersegera membopongku ke ranjang. Aku benar-benar tak berdaya. Aku memang menginginkan.

 

Namun aku takut dia tahu siapa aku sebenarnya. Sungguh, aku takut. Namun rasa takut itu kalah oleh berahi. Wajahnya memelas. Aku makin iba dan gemas. Aku menyerah.

 

Cepat-cepat dia melolosi pakaianku, dari atas ke bawah. Awalnya dia amat menikmati percumbuan. Namun mendadak dia mendorongku keras-keras.

 

“Bajingan! Pedang!”

 

Dia marah, sangat marah.

 

Aku menangis. Apa salahku? Mengapa dia begitu kejam? Dia menghantam pipiku sebelum berpakaian kembali. Sayup-sayup, sebelum pingsan, aku mendengar dia bicara lewat telepon. Beleguk! Temen lu banci, Dev!

 

Entah berapa lama aku terkapar. Ketika aku mendusin, Azriel sudah menghilang. Aku menangis. Aku geram. Pelan aku menuju ke meja rias. Kubuka laci, menggagapi dasar laci, mencari sesuatu. Kucekau sebilah cutter. Kutatap wajahku di dalam cermin. Lalu, secepat bisa kupotong penisku. Sakit, teramat sakit. Kemudian gelap, amat-sangat gelap. (28)

 

Semarang, 23 November 2018

 

Lana Savira KD, mahasiswi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang menggilai seni.

 

[1] Disalin dari karya Lana Savira KD

[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” Minggu 9 Desember 2018

 

The post Kecantikan Itu Melukaiku appeared first on Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara.

 

via Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara bit.ly/2RRcdGV

  

KAU pernah bilang, apa pun di dunia ini tidak mampu untuk membunuhmu. Bahkan, kematian itu sendiri tidak sanggup membunuhmu sebab apa? Karena kesepian menjadi pelindungmu. Tuhan tidak sanggup menurunkan kematian untuk lelaki kesepian sepertimu. Itulah sebabnya, kau tetap hidup dengan napas bara kesepian. Dingin dan kegelapan.

 

“Tuhan itu aneh. Dia mencabut nyawa orang baik secepat kereta api listrik. Dia malah membiarkan nyawa orang biasa-biasa saja untuk hidup lama. Tidakkah itu menjengkelkan?” gerutumu.

 

Ya, begitulah dirimu. Kau ini lelaki yang kesepian. Segala kesepian melekat padamu. Dari pagi hingga ke pagi lagi. Rutinitasmu mudah dihafalkan. Jika kau tidak bekerja, kau pasti tidur. Jika kau tidak tidur, kau pasti bekerja. Hanya itu. Pekerjaanmu sebagai penjaga jalan lintasan kereta api semakin menguburmu ke dalam dasar kesepian.

 

Kau sangat bangga ketika mengatakan kematian pun tidak sanggup membunuhmu, tetapi baru saja, kau bilang ada yang mampu membunuhmu. Ini kedengaran lucu. “Senja itu mampu membunuhku. Warna jingga keemasan yang berkilau itu mampu meledakkanku menjadi abu. Sebelumnya mataku akan lebih dulu buta karena silaunya. Senja yang singkat itu, mampu meremukkanku dalam sekejap. Secepat mata mengedip,” tuturmu.

 

Lagi-lagi ini kedengaran lucu jika kau yang mengucapkannya. Kau ini lelaki dewasa, tetapi bicaramu begitu melankolis seperti anak remaja tanggung yang baru melepas masa kanak-kanaknya. Kau meledak-ledak seperti baru mengalami masa pubertas.

 

Bagi lelaki dewasa sepertimu, agaknya senja tidak lagi melambangkan romansa. Senja hanya menyisakan luka menganga yang lebar dan dalam. Menyayat bagian terdalam tubuhmu tanpa belas kasih sekalipun kau meminta ampun. Senja telah meluluhlantakkan harapanmu. Ya, harapanmu akan cinta.

 

“Ketika dia meninggal, senja telah membunuhku. Aku tidak lagi merasakan apa-apa sejak senja pertama hilang setelah kepergiannya. Sekarang hanya ada tubuh, tanpa jiwa,” ucapmu.

 

Kau menyedihkan. Tidak hanya jiwamu yang kosong. Perasaanmu juga membeku. Mati dan tidak merasakan apa-apa. Sekarang kau lebih cocok disebut sebagai lelaki dewasa melankolis yang kesepian. Wajah kakumu bertolak belakang dengan ucapan puitismu. Wajah yang walaupun tersenyum atau lebih tepatnya merentangkan urat bibirmu, tetap tidak kelihatan sebagai senyuman. Itu hanya sebuah tarikan bibir, tanpa remah-remah ketulusan.

 

Dulu kau jauh dari kata melankolis. Sungguh ini bukanlah kebohongan. Lantas suatu senja, dia—perempuan dengan dekik curam di kedua pipinya–datang. Bukan, dia tidak menemuimu. Dia hanya datang kala senja dan pergi setelah senja hilang. Parahnya lagi, dia hanya duduk diam di bangku panjang di belakang pos penjaga jalan lintasan kereta api, tempatmu bekerja. Tatapannya hanya fokus pada satu hal. Pada senja yang mengudara.

 

Kau tak tahu kapan pastinya dia datang. Hari Senin kah? Hari Minggu kah? Kau tidak dapat memastikannya. Kau hanya tahu, dia datang ketika senja. Menurutmu, dia perempuan yang cantik. Dekik di kedua pipinya menggemaskan. Ketika dia tersenyum, manisnya mengalahkan madu murni yang baru dipanen dari sarang lebah. Sinarnya lebih menyilaukan daripada senja. Perempuan macam dia, mungkin hanya ada di cerita fiksi.

 

Kau dengan dia adalah dua kutub magnet yang berbeda. Barangkali itu yang membuat kalian tertarik satu sama lain. Tidak, menurutmu, hanya kau yang tertarik padanya. Perempuan semenawan dia, tak mungkin menyukai lelaki kesepian yang kaku.

 

Sejak kehadirannya di belakangmu, kau diam-diam mencuri pandang padanya. Tingkahmu begitu menggelikan. Setiap kau ingin melihat wajah senjanya, kau bergerak aneh. Kadang kau berdiri tegak seolah mengawasi jalannya lalu lintas di depanmu, tetapi setiap 10 detik, kau akan menengok ke belakang. Kadang juga kau pura-pura bersin, padahal kau mengawasinya, dan sederet tingkah unik yang kau lakukan.

 

Entah kau mendapat ide dari mana, kau menaruh cermin berukuran sedang di sampingmu sewaktu bekerja. Cermin ini diletakkan di posisi yang tepat agar bisa melihat pantulan dirinya. Sungguh ide yang gemilang. Kau tak perlu lagi bertingkah aneh. Sambil bekerja, kau setiap saat bisa melihat wajah dan dekik curam manisnya.

 

Ketika kau kebagian shift kerja pagi hari, kau tidak langsung pulang. Dulu kau akan mengeluh lelah dan berkata akan tidur setelah sampai di rumah, tetapi kini kau malah duduk di bangku itu selama berjam-jam. Menunggu senja datang. Terutama dia. Kau sangat gugup hanya melihat dirinya dari kejauhan. Dia menuju ke tempat ini dengan berjalan kaki. Kegugupanmu terang adanya di wajahmu. Wajah kakumu sungguh menggelikan.

 

Kau tidak tahu caranya untuk membuka pembicaraan dengan perempuan dewasa. Lantas kau hanya diam ketika dia duduk di sampingmu. Kau diam dan dia juga. Dia seakan tidak merasa terganggu. Matamu bergerak ke sana ke mari. Kau pasti ingin mengajaknya mengobrol, tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutmu sampai senja hilang. Dia pun pergi. Kau menyesali sikap pengecutmu.

 

“Lihatlah, besok aku akan berani. Aku pasti bisa,” janjimu.

Kau sangat yakin ketika dia tidak ada. Esok senja, kau tetap diam dan hanya mencuri pandang. Di mana janjimu itu? Hingga suatu senja–entah senja yang ke berapa kalinya–dia lebih dulu membuka pembicaraan.

 

“Sudah berapa lama kau bekerja sebagai penjaga jalan lintasan kereta api?”

 

Kau terbuai dengan suara merdu dan lembutnya. “Ah iya? Saya sudah enam tahun bekerja sebagai penjaga jalan lintasan kereta api.”

Mata sipitnya melebar. “Lama juga. Apa selama enam tahun, kau pernah merasa bosan bekerja sebagai penjaga jalan lintasan kereta api?”

 

“Tidak. Tidak pernah. Mana mungkin saya merasa bosan jika menjadi penjaga jalan lintasan kereta api adalah impian sejak kecil. Menjaga lintasan demi keselamatan banyak orang,” jawab kau berapi-api. Ciiih, yang benar saja. Kau malah bosan setiap detiknya.

 

“Kau sangat keren,” pujinya.

 

“Terima kasih,” jawabmu malu-malu.

 

“Karena aku telah memujimu, kau harus menjadi kekasihku,” titahnya.

Kau kaget. Sampai kau terjengkang ke belakang. Itu bukan permintaan, melainkan perintah. Ini kali pertama kau mendengar perempuan ingin menjadi kekasihmu. Kau berdiri malu-malu dan menerimanya.

 

Kalian resmi menjadi sepasang kekasih dengan disaksikan senja dan kereta api yang melintas. Sejak kau pacaran, wajah kakumu pelan-pelan memudar. Kau bisa tersenyum dengan tulus. Bahagia. Kata yang jarang kau alami, dulu. Sekarang hanya ada kebahagiaan dan masa depan cerah di wajahmu.

 

Kau dan dia pasangan kekasih yang aneh. Pacaran di belakang kantormu. Tempat yang jauh dari kata romantis sebab debu-debu dan polusi dari jalan raya menjadi santapan empuk setiap hari. Ketika senja, malah lebih parah. Kala itu asap kotor dari kendaraan, lebih banyak karena bertepatan dengan waktu pulang kerja, tetapi kalian tidak menghiraukannya. Kalian tetap asyik menikmati senja sembari menjilat es krim.

 

“Aku bahagia bersamamu,” ucapnya.

 

“Aku jauh lebih bahagia,” balasmu. “Kenapa kamu mencintai lelaki kaku dengan pekerjaan terlewat biasa ini? Menjadi kekasih seorang masinis jauh lebih menyenangkan. Kau bisa bepergian mengejar senja, sedangkan aku? Aku hanya penjaga jalan lintasan kereta api dekat Stasiun Senja.”

 

“Aku tidak bisa menolak pesonamu. Lelaki yang menjaga senja setiap hari tidak bisa kutolak. Itu adalah cintaku,” ungkapnya.

 

Seketika kau melamarnya. Kau bilang, tidak ingin lama-lama melajang. Perempuan yang mencintaimu setulus hati tidak boleh dibiarkan tanpa ikatan yang jelas. Itu katamu. Lamaran itu tidak mungkin ditolak karena kau melamarnya di bawah guyuran senja.

 

“Ini lamaran yang paling kuidamkan,” ucapnya terharu.

 

Lantas keesokan harinya, kau menemui orangtuanya. Meminta izin untuk menikahi putrinya. Lamaran berjalan lancar. Tanggal pernikahan pun ditentukan hari itu juga. Satu bulan. Itu waktu untuk menyiapkan pernikahan.

 

Seharusnya ini kisah cinta yang berakhir bahagia. Akan tetapi, Tuhan itu aneh. Tuhan itu menjengkelkan. Bagaimana bisa sepasang kekasih yang saling mencintai harus dipisahkan? Ini skenario yang kejam. Inilah takdir di dunia ini. Dia meninggal ditelan oleh senja dan tercabik-cabik oleh kereta api.

 

Lantas kau berakhir dengan kesepian yang semakin menyiksa. Kau tetap harus melanjutkan hidup. Bekerja sebagai penjaga jalan lintasan kereta api. Berjumpa dengan senja dan kereta api yang telah merenggutnya. Begitulah akhir dari cerita pendek ini dan senja yang tidak melulu soal romantisme. (M-2)

   

[1] Disalin dari karya Umi Salamah

[2] Pernah tersiar di surat kabar “Media Indonesia” Minggu 17 Februari 2019

 

The post Senja itu Membunuh Kalian appeared first on Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara.

 

via Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara klipingsastra.com/id/senja-itu-membunuh-kalian.html

hariii mulai malam, terdengar burung hantuu.. suaranya merdu.. kuuk .. kuk.. kuuk . kuk

 

salam sore dari Ciputat teman2..

suara merdu anditiaputra di inul vista with adhitya cynthia griya kukuh

  

KABAR itu seperti ikut terbawa daun-daun yang dihembuskan angin segala arah. Kabar tentang pintu yang tiba-tiba ada di pinggir hutan belantara, pintu yang dapat membawamu ke tempat yang kauinginkan.

 

Orang-orang di sekitar tempat itu kemudian segera teringat bila beberapa hari sebelumnya, ada seorang laki-laki yang melintasi desa sambil menyeret sebuah pintu besar dengan tali yang dikalungkan di dadanya. Ia tak bicara apa- apa. Tapi beberapa orang yang melihatnya menyimpulkan kalau ia hanyalah orang gila yang kebetulan lewat.

 

Tapi tentu saja ia bukan orang gila. Ia memang memutuskan tak banyak bicara, karena yang dibawanya memang bukanlah pintu biasa. Itu adalah pintu yang dikabarkan oleh kabar angin hari ini. Pintu yang dapat membawa siapa pun ke tempat yang diinginkannya.

 

\Bertahun-tahun, laki-laki itu tak pernah tahu kalau pintu yang diletakkan begitu saja di halaman rumah, bukanlah pintu biasa.

 

Ayahnya tak pernah membicarakan apa-apa tentang pintu itu. Rasanya ada banyak hal yang lebih perlu dibicarakan ketimbang sekadar itu. Walau sebenarnya keberadaannya cukup menimbulkan tanda tanya. Ukurannya sedikit lebih besar dari pintu-pintu rumah pada umumnya, dan posisinya yang dibiarkan berdiri begitu saja dengan kondisi tergembok dengan rantai besi yang mulai berkarat.

 

Tapi, itu seperti dibiarkan seakan bukan suatu yang penting. Saat ia berusia 10 tahun, ayahnya malah lebih memilih menceritakan tentang jati dirinya, kalau ia bukanlah anak kandungnya.

 

“Kau tahu, aku tak pernah menikah, jadi aku tentu tak akan memiliki anak,” ujar ayahnya. “Sejak muda, aku tahu kalau aku ditakdirkan untuk hidup sendirian. Tapi, Yang Kuasa berbaik padaku. Melalui burung besar yang kerap melintasi gunung ini, ia mengirim dirimu ke sini. Dan aku merawatmu hingga sekarang.”

 

Laki-laki itu mengingat sekali kisah itu. Itulah yang membuatnya merasa kalau sejak kecil ia sudah mengalami kisah luar biasa. Apalagi sampai sekarang, ia masih melihat burung besar itu mampir ke sekitar rumah ini ditemani kawanannya. Ia akan hinggap di pohon besar di sebelah kursi panjang di mana ayahnya selalu duduk. Kadang ia membawa sesuatu di paruhnya yang dilemparkan begitu saja di dekat kaki ayahnya.

 

Seingatnya, barang-barang yang pernah dibawa burung-burung besar itu bukan barang sembarangan. Sebagian tak pernah ia lihat sebelumnya, seperti: ular penuh warna, sejenis buah berbentuk tangan manusia, atau akar pohon yang menguarkan aroma amis.

 

Barang-barang ini sangat dibutuhkan ayahnya. Tak banyak yang tahu, bila ayahnya sebenarnya adalah seorang tabib, tapi ia menolak untuk mengobati siapa pun, karena dulu pernah gagal saat mengobati adik kesayangannya. Maka hari-harinya hanya dipenuhi dengan membuat ramuan. Bila didengarnya di sebuah desa terjangkit penyakit tertentu, ia akan datang ke sana sambil membawa ramuannya.

 

Barulah ketika ia berusia 15 tahun, ayahnya mulai menceritakan perihal pintu itu. “Kau mungkin sejak dulu bertanya-tanya kenapa pintu itu berdiri di situ. Tapi aku tak pernah mau menjawabnya. Kini kupikir, waktuku untuk menjawab semuanya. Pintu ini… bukanlah pintu biasa. Itu pintu yang dapat membawamu ke manapun kau mau. Ayahku membawanya ke sini, untuk menjaganya. Karena bila pintu ini ada di tangan orang yang salah, aku tak bisa membayangkan malapetaka yang akan terjadi.”

 

Laki-laki itu sebenarnya tak terlalu yakin dengan apa yang ditangkap telinganya. Tapi ayahnya kemudian berkata, “Coba kau masuk ke dalamnya! Bayangkan suatu tempat yang kau inginkan lebih dahulu, sebelum kau masuk.”

 

Laki-laki itu membayangkan sebuah pantai yang indah dengan perahu-perahu nelayan berderet di tepiannya. Setelah menyingkirkan gemboknya, ia mulai membuka pintu. Dan begitu kedua kakinya melewati ambang pintu, yang dilihatnya di depan matanya adalah sebuah pantai seperti yang dibayangkannya.

 

Ia buru-buru keluar dengan tatapan tak percaya. Ia kemudian mencoba untuk kedua kalinya. Kali ini dibayangkan sebuah kota besar di mana jalanannya dipenuhi orang-orang. Dan kembali, begitu kakinya melewati ambang pintu, dilihatnya sebuah kota seperti yang dibayangkannya.

 

“Ayah ini menyenangkan,” serunya. “Semua bisa jadi lebih mudah karena pintu ini. Tapi kenapa ayah bilang tadi, tak bisa membayangkan malapetaka yang akan terjadi?”

 

Ayah menarik napas panjang. “Sebelum pintu ini dibawa ke mari, pintu ini ada di sebuah kota. Penguasa kota membiarkan orang-orang bebas memakainya. Kau tahu apa yang kemudian terjadi? Beberapanya memang hanya mencoba mencari tempat-tempat yang indah. Namun beberapa di antaranya, memanfaatkan pintu ini untuk mengambil barang-barang berharga di tempat yang dibayangkannya. Itulah kenapa penguasa kota itu kemudian menyuruh ayahku membawa pintu ini pergi sejauh mungkin, dan menjaganya agar tak dimanfaatkan orang lain.”

 

Dan kini, telah hampir 10 tahun lebih sejak perbincangan itu. Ayahnya telah lama meninggal. Laki-laki yang awalnya mencoba meneruskan menjaga pintu itu, merasa tak bisa terus begini. Orang- orang terus beranak-pinak, desa-desa kecil di sekitar gunung yang awalnya hanya ditinggali segelintir orang, terus tumbuh. Beberapanya bahkan sudah ada yang pernah datang ke sini.

 

Sungguh, ia tak berani membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

 

Laki-laki itu memutuskan untuk membawa pintu itu pergi dari gunung. Ia teringat ucapan gurunya di hari-hari terakhirnya. “Satu- satunya jalan agar tak pernah terjadi kejadian mengerikan seperti dulu adalah menghancurkan pintu ini. Dan tempat yang bisa menghancurkannya hanyalah Sumur Akhirat.”

 

Sumur Akhirat adalah semacam lubang raksasa di mana lahar gunung bersemayam sejak beratus-ratus tahun lalu. Di situlah pintu ini harus dilemparkan agar hancur. Karena pintu itu memang tak mempan dihancurkan dengan cara biasa.

 

Tapi tentu, itu bukan perjalanan yang mudah. Jaraknya begitu jauh. Bahkan tak terlukis di peta yang dimiliki ayahnya. Terlebih pintu itu juga begitu berat.

 

Laki-laki itu kemudian mengikat pintu itu dengan tali yang ujung lainnya dikalungkan di dadanya. Di jalan yang lurus, cara ini nampak mudah. Namun di jalan berbatu dan yang dipenuhi pohon, tentu ini bukan cara yang mudah.

 

Baru melintasi sebuah desa saja, tubuh laki- laki itu terasa remuk. Ditambah lagi gangguan orang-orang yang nampak ingin tahu. Tapi ia mencoba tak peduli dengan ucapan- ucapan itu. Ia berpikir, begitu ia berusaha akrab, orang-orang itu akan semakin banyak bertanya. Dan ia takut salah bicara.

 

Berhari-hari kemudian dilewatinya. Ia merasa perjalanannya seperti tak pernah berakhir. Namun di sepanjang jalan, saat ia merasa begitu kesepian, ia mencoba menghibur dirinya. Diam- diam ia akan menegakkan pintu dan membuka gembok pintu. Ia kemudian membayangkan tempat-tempat tertentu yang ingin didatanginya. Di sebuah istana milik penguasa kota, di sebuah restoran tempat di mana makanan paling enak dibuat, bahkan di tempat yang seharusnya tak pernah dipilihnya: di sebuah tempat di mana seorang gadis jelita yang dicintainya berada.

 

Dan pintu itu benar-benar membawanya ke sana. Gadis itu benar-benar melampaui apa yang dibayangkannya. Tubuhnya tinggi semampai, senyumnya merekah bagai cawan kehidupan yang selalu ingin diteguknya, dan suaranya saat mendendangkan sebuah lagu terdengar begitu merdu. Sungguh ia adalah gadis paling jelita yang pernah ditemuinya.

 

Laki-laki itu mengamatinya sepanjang hari. Dari saat ia menjemur pakaian, memasak makanan, hingga akhirnya ia pergi ke arah sungai untuk mengambil air.

 

Saat itulah laki-laki itu memutuskan menghampiri gadis itu. Ia menawarkan diri menolong membawakan kendi air gadis itu. Tapi sepanjang perjalanan tak ada yang bicara. Laki-laki itu hanya bisa melirik gadis itu berkali-kali. Hingga keduanya tiba di depan rumah gadis itu.

 

Saat gadis itu masuk, laki-laki itu hanya berdiri termangu. Ia mulai ragu untuk kembali ke arah pintu. Terlebih saat gadis jelita itu muncul di jendela dan tersenyum padanya. Ia seperti terbang ke awang- awang. Sungguh, sepanjang hidupnya ia tak pernah mengalami perasaan seperti ini.

 

Ia menyadari kalau tak seharusnya di sini. Ayahnya akan marah bila ia mengesampingkan tugas ini. Tapi sisi batinnya yang lain mencoba membela diri. Sekian lama ia menjadi anak yang penurut, tak pernah sekali pun ia mengecewakan ayahnya, walau sebenarnya ia hanyalah anak angkat. Kini, saat sebuah bayangan tentang kebahagiaan terpampang jelas di hadapannya, ia benar-benar tak ingin meninggalkannya.

 

Sambil meminta maaf dalam-dalam pada ayahnya, ia memutuskan untuk tak kembali.

 

Pintu itu ditinggalkan begitu saja di tepian hutan itu. Seorang pemburu melihatnya dan mencoba membukanya. Saat itu ia sedang membayangkan sebuah tempat berburu yang dipenuhi rusa dan babi liar. Dan betapa terkejutnya ia saat melangkahi ambang pintu itu, ia menemukan tempat seperti yang dibayangkannya.

 

Ia segera menyebarkan apa yang dialaminya itu pada kawan-kawannya. Dan kabar itu bagai menjadi daun-daun luruh yang terhempas angin tak tentu arah. Hanya sehari berselang, orang-orang di sekitar hutan itu mulai berdatangan.

 

Semakin hari orang-orang semakin menyemut. Satu persatu mulai mendekati pintu itu. Namun di saat seorang yang berada paling dekat mulai meraih gagang pintu itu, seekor burung besar tiba-tiba muncul di sana. Dengan cengkeramannya, ia segera menarik pintu itu dan membawanya pergi entah ke mana… ***

 

Yudhi Herwibowo. Menulis beberapa buku. Buku terbarunya: Sang Penggesek Biola, sebuah roman tentang Wage Rudolf Supratman (Imania).

   

[1] Disalin dari karya Yudhi Herwibowo

[2] Pernah tersiar di surat kabar “Media Indonesia” edisi Minggu, 23 September 2018

 

The post Laki-Laki yang Menyeret Sebuah Pintu appeared first on Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara.

 

via Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara bit.ly/2DyOcC6

Merdu Silta.

 

She asked for my help to get a photo of herself levitating before i went to other city.

At first i don't have the confidence to do it since i'm new to "Levitation Photography" but in the end we did it. I think it's not bad :D

 

.

Burung Merbah dijadulikan sebagai suatu pertandingan yang merupakan permainan tradisional masyarakat di Kelantan. Burung ini boleh mencecah umur selama 4 tahun. Harga bagi setiap seekor burung merbah yang berkualiti tinggi mencecah 10 ribu ringgit. Bunyinya yang merdu penentu kepada kemenangan sesuatu pertandingan.

Banyak pilihan objek wisata di DI Yogyakarta. Itu tergantung minat sahabat muda, lebih suka objek wisata seperti apa?

 

Jika sahabat muda mencari tempat liburan yang menyenangkan yaitu wisata alam? Tidak ada salahnya, jika ke Air Terjun Cibiru.

 

Kenapa ke Curug/Air Terjun Cibiru?

 

Bagi kamu yang tidak terlalu suka dengan kepadatan pengunjung, dan suara berisik sesama pengunjung, maka bergegaslah ke Air Terjun yang terletak di Dusun Ngetak, Desa Pageharjo, Samigaluh, Kulon Progo.

 

Kicauan burung merdu di balik dedauanan menyambut kami saat berkunjung ke sana. Dipayungi alam hijau meneduhkan kami di jalan setapak menuju lokasi air terjun tersebut.

 

Tidak jauh dari area parkir, sekitar 15 menit, gemericik air menyahdukan telinga. Nada-nada alam mulai terasa, menenangkan hati dan pikiran. Sungguh damai, bro!

 

Wisata alam Air Terjun Cibiru cocok bagi kamu yang sedang galau, stress, atau juga frustrasi. Apakah sekarang kamu sedang mengalaminya seperti saya? Hahaha …

 

Jujur saja nih teman-teman, saya pribadi pun lebih suka liburan ke alam. Alasannya sederhana, karena liburan seperti itu membuat saya tenang. Rileks, guys, jadinya!

 

Sebab itu pula liputan objek wisata di asmarainjogja.id lebih banyak tentang wisata alam dibandingkan wisata jenis lainnya. Dan juga penulis tidak suka kebisingan, tidak terlalu tertarik wisata yang mainstream, dan tidak suka wisata yang terlalu padat wisatawan.

 

Kok egois banget, ya? Hahaha …

 

Nah, di Air Terjun Cibiru kamu bisa basah-basahan dengan airnya yang sejuk. Merendamkan diri di air ke warna kebiruan, itu sensasi yang luar biasa, bukan?

 

Air terjun tersebut tidak terlalu tinggi, sekitar 40 meterlah. Tapi cukup eksotis bagi kalian yang "gila" selfy berlatar belakang air terjun. Hahaha ... saya juga dulu suka selfy, tapi sekarang sudah mulai berkurang. Senangnya malah fotoin objek.

 

Di sekitar air terjun juga terdapat bebatuan besar. Kami lihat anak-anak warga sekitar bersalto, layaknya atlet beneran kayak di teve. Senang sekali mereka bermain-main di curug itu.

 

www.asmarainjogja.id

Alat muzik ini dipanggil Sape'@sapek yang merupakan alat muzik Kaum Orang Ulu. Bunyi yang dihasilkan sungguh merdu dan menghiburkan. Gambar ini diambil semasa Pesta Kaul Mukah yang menghimpunkan pelbagai kaum di perkelahan terbesar Komunit yang dikenali sebagai Gerai Komuniti. Sesiapa yang belum pernah sampai ke Pesta ini kita jemput untuk hadir pada April 2011.. Jumpa anda di sana..

Hang Tuah ialah seorang pahlawan legenda berbangsa Melayu pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka di abad ke-15 (Kesultanan Melayu Melaka) bermula pada 1400-1511. Menurut rekod sejarah, beliau lahir di Kampung Sungai Duyong, Melaka, kira-kira dalam tahun 1444. Bapanya bernama Hang Mahmud manakala ibunya pula ialah Dang Merdu Wati. Bapanya juga pernah menjadi hulubalang istana yang handal suatu ketika dulu, begitulah juga ibunya yang merupakan keturunan dayang di istana. Hang Tuah ialah Laksamana yang terkenal dengan kesetiaannya kepada Sultan dan merupakan petarung silat yang amat handal dan tiada tolok bandingnya.

 

Hang Tuah bersama empat orang kawannya: Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu menuntut ilmu bergurukan Adiputra di Gunung Ledang. Selepas selesai menuntut ilmu, mereka berlima kembali ke Kota Melaka.

 

Pada suatu hari, mereka berjaya menyelamatkan seorang Dato' Bendahara (iaitu Perdana Menteri) daripada seorang lelaki yang sedang mengamuk. Dato' Bendahara kagum dengan ketangkasan mereka lalu menjemput mereka semua ke rumahnya dan seterusnya mengambil mereka untuk bertugas di istana.

 

Sejak itu Hang Tuah dan sahabat-sahabatnya amat disayangi oleh Sultan hinggalah Hang Tuah mendapat gelar Laksamana. Semasa mengiringi Sultan Melaka ke Majapahit di tanah Jawa, Hang Tuah telah berjaya membunuh seorang pendekar Jawa bernama Taming Sari. Dalam pertarungan itu, Taming Sari yang merupakan seorang pendekar yang kebal yang tidak dapat dilukakan. Tetapi Hang Tuah mengetahui bahawa kekebalan Taming Sari terletak pada kerisnya. Oleh itu, Hang Tuah berjaya merampas keris berkenaan dan membunuh Taming Sari. Keris itu kemudiannya dianugerahkan oleh Betara Majapahit kepada Hang Tuah. Pemilik keris ini akan turut menjadi kebal seperti pendekar Jawa Taming Sari.

 

Hang Tuah telah diutuskan ke Pahang bagi mendapatkan Tun Teja untuk dijadikan permaisuri Sultan Melaka. Ketika Hang Tuah ke Pahang, Melor turun dari Gunung Ledang mencari Hang Tuah. Melor telah ditawan oleh Tun Ali atas hasutan Patih Karma Vijaya bagi dijadikan gundik Sultan. Atas muslihat Tun Ali juga, Hang Tuah yang kembali dari Pahang akhirnya dapat berjumpa Melor, tetapi Sultan juga turut menyaksikan perbuatan Hang Tuah itu. Melor dan Hang Tuah dihukum bunuh kerana difitnah berzina dengan Melor yang telah menjadi gundik Sultan. Namun, hukuman mati tidak dilaksanakan oleh Bendahara sebaliknya Hang Tuah disembunyikannya di sebuah hutan di Hulu Melaka.

 

Hang Jebat telah dilantik oleh Sultan menjadi Laksamana menggantikan Hang Tuah dan keris Taming Sari telah dianugerahkan kepada Hang Jebat. Hang Jebat sebagai sahabat karib Hang Tuah, menyangka bahawa Hang Tuah telah teraniaya dan telah menjalani hukuman mati. Hang Jebat (menurut Hikayat Hang Tuah) atau Hang Kasturi (menurut Sejarah Melayu), bertindak derhaka kepada Sultan dan mengambil alih istana. Tidak ada pendekar atau panglima di Melaka yang dapat menentang Hang Jebat (atau Hang Kasturi) yang telah menjadi kebal kerana adanya keris Taming Sari di tangannya.

 

Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri dan berlindung di rumah Bendahara. Pada masa itu baginda baru menyesal kerana membunuh Hang Tuah yang tidak bersalah. Inilah masanya Bendahara memberitahu yang Hang Tuah masih hidup. Hang Tuah kemudiannya telah dipanggil pulang dan dititahkan membunuh Hang Jebat. Setelah tujuh hari bertarung, Hang Tuah akhirnya berjaya merampas semula Taming Sarinya daripada Hang Jebat dan membunuhnya.

 

Dalam pertarungan yang sedih ini, Hang Jebat telah cuba membela sahabatnya yang telah difitnah. Namun begitu, Hang Tuah telah membantu sultan yang sebelum itu menghukumnya tanpa sebarang alasan. Sedangkan Abu Bakar Siddiq R.A juga berkata kepada orang Muslim bahawa jika dia bersalah, rakyat boleh menjatuhkannya. Ternyata, kesilapan Hang Tuah yang tidak berfikir bahawa Allah S.W.T lebih berkuasa dari sultan dan memang tidak salah Hang Jebat cuba menegakkan kebenaran. Tragedi ini masih menjadi perbalahan orang melayu sampai sekarang.

 

Namun begitu, ada juga yang menyokong Hang Tuah. Ini kerana Hang Jebat bukan saja derhaka kepada sultan bahkan telah membunuh ramai orang/rakyat Melaka yang tidak berdosa dengan mengamuk di dalam istana dan seluruh Melaka. Tindakan Hang Tuah yang membunuh Hang Jebat mungkin satu tindakan yang berupa hukuman mati terhadap pembunuh.

 

Sumpah yang terkenal daripada Hang Tuah ialah "Tak Melayu hilang di dunia" yang bererti bangsa Melayu tidak akan punah di bumi ini.

Ingin ku milik kasih

Ayu jelita

Wajah cantik berseri

Sinar cahaya

 

Sopan santun berbudi

Bergaya sederhana

Halus tutur bahasa

Sungguh mulia

 

Rambut panjang terurai

Bagai sutera

Hias bunga sekuntum

Tambah jelita

 

Bibir merah delima

Merdu alun suara

Penambat jiwa nan lara

Rasa bahagia

 

( korus 1 )

Pipi pauh dilayang

Alis matanya lentik

Sekali mataku memandang

Hati tertawan

 

( korus 2 )

Wajahnya mempersona

Tiada lagi tandingan

Bagai dewi menjelma

Jadi temanku

 

Datanglah wahai pujaan

Datang padaku

Lukisan wajah kasih

Di ruangan mata

 

Kalung dirimu sayang

Dengan cinta nan mesra

Wajah kesayangan hamba

Kini ku jumpa

Air Terjun Goheba berada di daerah puncak, tepatnya di Kelurahan Kalaodi, Kecamatan Tidore. Kedua tempat wisata ini berada dalam satu aluran sungai dikelilingi bebatuan yang indah dan pepohonan yang hijau disertai dengan kicauan burung yang merdu. Lokasi wisata ini telah ditata dengan baik sebagai tempat kunjungan wisata. Jarak tempuh menggunakan kendaraan roda dua dan empat sekitar 1 jam dari Pelabuhan Rum (foto : Om Gogo)

Semilir angin kian lembab

Lahirkan titik titik embun diujung dedaunan

Jangkrik bersiul merdu

Sayup suara Ku si burung hantu

Suasana malam yang kian pekat nan senyap

Temaniku dalam pilu

Aku tergugu, Gejolak rindu seolah membeku

Rembulan yang tinggal separuh Mengintip dari celah jendela kamarku

Dia pun terlihat agak sendu Meski tetap tersenyum merayu

Seolah dia tahu gundahku...

 

Oh rembulan tahukah engkau...

Diujung langit mana dia terbang?

Tak satupun nampak jejak juga bayang

Masihkah rindu ini harus ku genggam

Hingga sampai saat itu menjelang

Aku mencintainya sepenuh hati

Amat merinduinya meski telah pergi

Ku hanya ingin bertatap Walau hanya sekejap

Namun itu takkan mungkin terjadi

Tidakkah seharusnya rasa ini telah mati

Dan sirna dari hati ini...

Namun dia tetap bertahta di palung sanubari...

Keranamu sahabat,aku berubah....

 

Jika dulu aku seorang yang lalai dalam mengerjakan suruhan ALLAH, kini tak lagi.

 

Aku dahulukan suruhan Allah,sedikit demi sedikit aku jauhi kemungkaranNYA.

 

Ini bukanlah bermakna aku seorang yang suka melanggar perintah ALLAH,cuma aku seorang yang jahil,suka melengah-lengahkan waktu solat.Dalam sehari ,solatku x mencukupi 5 waktu,hanya 1 atau 2 waktu aje. Aku bukanlah seorang yang suka berpeleseran ataupun suka merayau ke sana sini. Kehidupan aku hanyalah di rumah dan di sekolah aje. Pagi berada di sekolah manakala petang berada di rumah. Begitu juga bila musim cuti sekolah menjelang,rumahlah tempatku beristirehat. Pendek kata kebanyakkan masaku dihabiskan di rumah. Rumahku Syurgaku.

 

Keranamu sahabat,aku berubah.....

 

Jika dulu aku seorang yang bahagia dengan kehidupan dunia,kini tak lagi.

 

Sebab ku tahu bahagia di dunia hanya sementara,akhirat jua kekal abadi.Kini kebahagiaan akhirat yang ku kejar,sedikit demi sedikit ku tinggalkan keseronokkan duniawi. Syurga ALLAH menjadi matlamatku kini.Solatku mencukupi 5 waktu sehari semalam dan disamping itu,aku alunkan irama merdu dari AL-QURAN setiap hari. Terasa damainya hati,ketenangan milikku jua. Dulu aku bahagia,kini aku lebih bahagia kerana hatiku telah ke serahkan kepada ALLAH. Cintaku kepadaNYA melebihi cintaku kepada diriku sendiri.Nikmatnya jatuh cinta kepada PENCIPTA,tiada tandingannya.

 

Keranamu sahabat,aku berubah.....

 

Jika dulu aku seorang yang gembira dengan apa yang aku miliki,kini tak lagi.

 

Sebab ku tahu gembira di dunia takakan membawaku kemana-mana,aku mahu gembiraku membawa diriku hingga ke syurga ALLAH. Aku sebagai insan biasa, serba kekurangan,ku sedar semua itu. Aku terlalu hina di sisiNYA. Seringkali ku alpa dengan nikmat dunia, aku tak mampu jadi yang terbaik..Aku menangisi hidupku yang sia-sia selama ini.Aku terlalu leka dengan nikmat dunia,sehingga ku terlupa pada kekasihku yang satu.Tapi DIA tak pernah buangkan aku jauh dari sisiNYA. DIA tetap sayangkan aku sebagai hambaNYA.

 

Keranamu sahabat,aku berubah....

 

Terima kasih sahabat, keranamu aku berubah. Sahabat yang sentiasa memberi peringatan padaku tentang solat. Solat yang wajib di tunaikan dengan segera.Sahabat yang se ntiasa mengingatkan aku dengan amaran-amaran ALLAH.Sahabat yang sentiasa memberi nasihat untukku tanpa jemu-jemu. Sahabat yang sabar melayani kerenahku.Moga ikatan ukhwah antara kita berkekalan sepanjang hayat

 

UNTUKMU SAHABAT..

 

Ya Allah,

 

Kau berkatilah ukhwahfillah kami....

 

Kami hanya insan-insan kerdil yang menumpang buat sementara di atas muka bumi ini..

 

DariMu kami datang dan dariMu jualah kami kembali...

 

Ya Allah,

 

Ukhwahfillah yang kami bina ini...

 

Adalah dengan izinMu...

 

Andai ada di antara kami yang terpesong....

 

Maka kembalikanlah kami ke jalan kebenaran...

 

Dan jalan yang Engkau redhai.....

 

Ya Allah,

 

Engkau titipkanlah dalam hati kami...

 

Sifat saling hormat-menghormati...

 

Saling sayang-menyayangi....

 

Saling kasih-mengasihi....

 

Agar ikatan ukhwahfillah ini...

 

Tidak akan terlerai....

 

Biarkan ianya tersimpul.....

 

Ya Allah,

 

Hanya takdirMu yang akan...

 

Memisahkan ikatan ukhwafillah....

 

Yang kami bina ini...

 

Andai itu telah tersurat...

 

Kami pasrah.....ya Allah

 

AMIN YA RABBAL 'ALAMIN.

 

Sahabat....

 

Seandainya hatimu terluka dan tercalar keranaku.......

 

Ampun dan maaf ku pohon........

 

Sahabat......

 

Terima kasih kuucapkan.....

 

Kerana memilihku sebagai salah seorang sahabatmu......

 

Kerana sudi luangkan masamu bersamaku......

 

Kerana sudi menjadi pendengar setiaku.....

 

Kerana sudi berkongsi suka dan duka denganku.....

 

Kerana sudi melayan setiap kerenahku....

 

Yang entah apa-apa.....

 

sahabat.....

 

Ketahuilah olehmu.....

 

Kau adalah di antara insan.....

 

Yang paling ku sayangi dan ku rindui.....

 

Hilangmu tak mungkin ada penggantinya.....

 

Sahabat.....

 

Sepimu tanpa sebarang berita.....

 

Membuatku tertanya-tanya.....

 

Apakah salahku kepadamu.....

 

Ku sedar siapa diri ini.....

 

Insan yang tak punya apa-apa....

 

Insan yang serba kekurangan.....

 

Sahabat.....

 

Seandainya takdir memisahkan kita.....

 

Ku pasrah segalanya.....

 

Andai itu telah tersurat.....

 

Maafkan aku wahai sahabat.....

 

Sesungguhnya aku amat menyayangi dan merinduimu.....

 

Kini dan selamanya.....

 

Sahabat.....

 

Doa dariku sentiasa mengiringi setiap langkahmu....

 

Dalam mengharungi liku-liku perjalanan hidup....

 

Moga kau beroleh kebahagiaan....

 

www.iluvislam.com/tazkirah/nasihat/2600-terima-kasih-saha...

Kalo kita sering nonton televisi, pasti sering melihat iklan provider seluler dengan berbagai macam nyanyian dan ide kreatif. Tapi dari banyakya iklan sim card

seluler indonesia ada salah satu iklan yang mebuat aku kaget, yaitu iklan dengan lirik lagu kurang lebih seperti ini: “nelpon lagi, nelpon terus, sampai lima

kali.. nelponku sekarang gratis..” awalnya sih biasa, tapi setelah denger lagu asli dari iklan itu perasaanku bercampur aduk antara kaget, ngga percaya dan

bangga.

Ternyata eh ternyata.. lagu itu adalah lagu dari band WARTEG BOYZ asal kota kelahiranku TEGAL. Ketidak percayaanku dari prestasi itu bukan karena aku ragu

dengan kemampuan bermusik para seniman lokal yang terus berdatangan dan bergatian menghilang di kancah musik TEGAL, tapi karena aku merasa persaingan dunia

musik di kancah nasional saja sudah begitu ketat, kok bisa sih lagunya orang tegal mejeng di tekivisi dan disaksikan oleh jutaan penonton.?!. Apalagi sekarang

katanya video klip lagu dari WARTEG BOYZ ini sudah sering nongol di acara musik INB*X di SCT*. Bener bener bangga aku.!

Di sekitar tegal, lagu itu mendadak heboh dan terkenal, sampai sampai anak kecil, remaja dan orang tua sering menggunakan kalimat dari judul lagu itu (okelah

kalo begitu) dalam percakapan sehari hari mereka, termasuk aku he..he..

Maju terus deh buat WARTEG BOYZ dan terutama buat para seniman di kota TEGAL yang lain. KITA PASTI BISA.!

Sebelumnya, di kota tegal dan sekitarnya pernah ngeHIT lagu lagu dari band lokal tegal yang mencoba membuat album indie dan mempromosikan lagu mereka lewat

radio radio di tegal dan kota sekitarnya, Seperti lagu “cemburu” milik R BAND, dimana lagu itu seperti lagu wajib bagi band band lokal yang lain dan hampir

semua pengamen di tegal pun bisa dengan merdu menyanyikan lagu soft pop tersebut.

Setelah itu, remaja kota tegal kembali dihebohkan oleh band lokal yang berhasil ke dapur rekaman MAJOR LABEL dengan album berjudul SEBUAH MUKJIZAT dari JIM

BAND yang waktu itu video klipnya sering nongkrong di MTV. Tapi sekarang band itu telah dirombak dengan berganti vokalis dan sekaligus mengganti namanya

menjadi MOZAS BAND.

Kemudian, giliran rapper kota tegal yang menghebohkan sampai ke luar negeri. dengan album indie dan video klip garapanya sendiri ternyata OPHIE benar benar

membius warga kota tegal dan sekitarnya, Hampir setiap acara band lokal di radio, lagu lagu OPHIE adalah yang paling banyak ditunggu dan di request oleh

pendengar di tegal dan sekitarnya. Bukan hanya itu, dengan tingkah gayanya yang khas dan lucu di video klipnya dan penggunaan bahasa tegal yang terkesan sangat

unik disemua lagu rapnya ternyata pria muda ini banyak mendapat tanggapan positif melalui emailnya dan begitu banyaknya request melalui internet dari para TKI

asal kota tegal dan sekitarnya yang berada di brunei, malaysia, arab saudi dll.

WAH..!! HEBAT.. HEBAT...

SO.. WHO NEXT THE STARS FROM TEGAL.?

  

peristiwa

 

di angin berlendanglendang

pada celah antara riang dan bimbang

kulihat engkau menari sembari berdendang

dan sesekali memanggilku, “hai, Sayang!”

 

belum menjelang tengah hari ketika itu

tetapi senja sudah membayang di ambang pintu

kupikir sebentar lagi malam membiru

entah bagaimana saat itu engkau tersedu

 

kekasihku,

jika pandang mata dan puisi tak menentramkanmu

jika senyum dan sajak tak meluruhkan gelisahmu

apa lagikah yang bisa kuberi selain hatiku?

 

lalu benar senja tiba

sesudahnya malam tak membiru ternyata

dan bulan mengapung dengan warna kesumba

cuma sekilan jaraknya dari kepala

 

“kemarilah,” katamu. “duduklah di sampingku.

aku ingin memelukmu

dan lalu menyelinap masuk ke debar degab jantungmu

melalui sela tulang igamu.”

 

aku, malumalu, mendekat

engkau, penuh gairah, melekat

itulah kali pertama urat dan riwayat

mulai sering bercakap tentang Jerat

 

sampai Kini

…..

 

jatuh cinta

 

padahal kusenandungkan

lagu kesukaanmu

sebatas dalam hatiku.

tapi kamu

yang semula mengarahkan pandang

ke mbuh mana menatap entah apa

menoleh kearahku.

memandang dengan tatapan sajak gimana gitu,

tersenyum dan sesudahnya berucap

yang meski lirih bisa masih kudengar

cukup jelas, “alangkah merdu.”

 

apakah kamu

sedang jatuh cinta

padaku?

hingga tahu

yang walau sudah kusimpen primpen

di hatiku.

 

mungkin, harusnya,

seperti yang dikata ebiet g. ade

dalam salah satu lagunya, “…mestinya aku berdiri,

berjalan ke depanmu…”

namun toh kupilih mencecap pahit kopiku

yang manisnya

bikin seluruh bagian dunia seolah bergula.

 

“ayu, ya…” kata mata.

aku tertawa.

 

“godaan memang selalu nampak jelita…” sahut hati.

“betulkah itu godaan?” tanya benak. “bagaimana

kalau ternyata wujut anugerah

setelah bertahun bisa tak tergoda?”

 

desir mendesau

senyari di bawah pusar

aku ngaceng.

 

“tak usah regejegkan

itu memang godaan.” kataku pada benak,

dan hatiku nimbrung maido utek, “lhaaa… yaaa… taaaa…”

 

seperti jatuh cinta

bagiku

tanda selalu terang

…..

 

namun tak sampai menyilaukan

 

jadi jelas

: itu Bukan

…..

 

Timur Sinar Suprabana, penyair, tinggal di Semarang

 

[1] Disalin dari karya Timur Sinar Suprabana

[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” Minggu 2 Desember 2018

 

The post Peristiwa – jatuh cinta appeared first on Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara.

 

via Kliping Sastra Indonesia | Literasi Nusantara bit.ly/2SsIx31

📷@jiji.i - Bisikan Merdu

 

#cafetakeover #caferacerworld #streettracker #bratstyle #vsco #16x9photography #streetstyle #sixteenbynine #caferacerxxx #bikersofinstagram #bikeexif #caferacersofinstagram #croig #classicsdaily #motorcycleculture #motoinmode #justgoshoot #Regrann

 

222 Likes on Instagram

 

2 Comments on Instagram:

 

mattthetrilla: @joewinter272

 

jonharrris: great !

  

e-wonosobo - Penampilan pedangdut Rhoma Irama bersama Soneta grup pada Sabtu (14/7) malam, di Alun-Alun Wonosobo mampu obati kerinduan para fans beratnya. Sedikitnya 20 lagu populer ciptaan digeber bang haji-sapaan Rhoma, mampu menghipnotis puluhan ribu penonton.

Pun kedatangan Rhoma ke Wonosobo juga mengobati romantisme, bagi Rhoma Wonosobo mempunyai kedekatan emosional karena salah satu anaknya, Barry Irama semasa SMA belajar dan tinggal di Wonosobo, tepatnya di Rumah Wakil Bupati Wonosobo Maya Rosida.

“ Bagi saya Wonosobo ini bukan kota yang asing, karena salah satu anak saya dulu sekolah di sini, bahkan stay di rumah ibu Maya,” ungkap Rhoma usai membawakan satu lagu pembuka bertajukselamat malam.

Pementasan Rhoma, cukup memberikan obat pagi penggemarnya, deretan lagu populer dibawakan, seperti adu domba, Mirasantika, Menunggu serta deretan lagu lain. Pertunjukan semakin ramai saat Wakil Bupati Wonosobo Maya Rosida naik panggung serta bernyanyi diiringi Rhoma Irama dan Soneta Grup, membawakan lagu Sekuntum Mawar Merah. Pemetasan perempuan berkerudung yang mempunayi sauar cukup merdu ini, membuat malam mendung Wonosobo kian tak terasa.

Tak lama, setelah Rhoma menyanyikan dua lagu lagi, giliran Bupati Wonosobo Abdul Kholiq Arif menyumbangkan suara emasnya menyanyikan lagu Syahdu, dengan suaranya yang apik, pementasan Kholiq disambut riuh tepuk tangan penonton. Bahkan saking panasnya, para penonton berkali-kali teriak meminta disiram air.

Sebagai puncak acara perayaan menyambut Hari Jadi Wonosobo ke 187 ini, dipungkasi dengan penyalaan kembang api. Suasana semakin meriah, bahkan yang datang tidak hanya dari Wonosobo, berbagai komunitas pecinta Bang Haji ikut memadati Alun-Alun Wonosobo. meski begitu sepanjang pertunjukan berjalan aman.

Bupati Wonosobo Kholiq Arif mengatakan, pementasan Rhoma Irama bersama Soneta ini sebagai bentuk persembahan Pemerintah Kabupaten kepada warga Wonosobo yang mencintai musik dangdut. Harapan menghadirkan Rhoma ini sudah dua tahun, namun baru bisa terpenuhi karena pada tahun sebelumnya jadwal pentas Rhoma padat.

“ Saya menerima banyak sms dari warga Wonosobo, intinya menginginkan Rhoma pentas di Wonosobo, hari ini sudah kami penuhi,”katanya.

Ke depan, kata Kholiq, sejumlah warga menginginkan didatangkan grup Slank. Direncanakan pada akhir tahun ini akan dihadirkan, namun formatnya Sholawat bersama Slank.

“Insya Allah Desember, kita akan sholawat bareng Slank,” pungkasnya. (rase)

 

#Gosip Top :  Suara Merdu Zayn Malik Muda Nyanyi Lagu Taylor Swift1

The Peak Hotel and Apartment

Menara Dang Merdu Bank Riaukepri

>> Surabaya Sore itu <<

 

Senandung sore sang mentari,

Merengkuh rona jingga penghujung hari,

Menanti rembulan berganti menyinari,

 

Rajut rindu berbalut rasa,

Menggelora di keheningan senja,

Mereguk alunan asa.

 

Beriring hiruk pikuk kendaraan,

Merenungkan sejuta kenangan,

Membisikan cerita tak berkesudahan.

 

Bibir bersenandung merdu,

Melayangkan pendam hasrat nafsu,

Lembayung suka duka cerita masa lalu.

 

Surabaya sore itu,

Membangkitkan Hasratku,

Mengilhami jiwaku.

  

Goresan Tangan Nikonian...

~ Reza Ayomi ~

People in Teluk Aur called it Tinjau bird. These birds can sound melodious that can calm the mood.

 

Warga Desa Teluk Aur menyebutnya burung tinjau. Burung ini dapat mengeluarkan suara merdu dan menjadi obat penyejuk jiwa.

 

©WWF-Indonesia/Panda Click/Edi Suhadi

 

1 3 4 5 6 7 ••• 9 10