begini_aku
explore of red
Aku menunggumu : rindu-rindu yang menggantung sepanjanghari
yang bangkit dari makam purbaku
kemudian larut didalam kaleng biskuit
dan menjelma dibalik lanit-langit kamar
ada nyanyian kasmaran berdenting dawai
: gelisah
Aku menggenggam bara selepas magrib
Cinta meludahiku dengan hujan abu-abu
Aku pernah luruh
Dibawah pon durian
Yang pucuknya berhasrat merombengi matahari
Cabang dan rantingnya sibuk mencakari langit-langit
Akarnya seperti bandul jam
:melafalkan mantra dendam
Kupu-kupu lupa metamorfosis
sayapnya terjerat jaring laba-laba
Sebait puisi lepas dengan huruf-huruf penuh daki
Rindu-rindu yang menempel retak
Laba-laba merah bata bertapa
Dibalik wuwungan
Kemana perginya harap yang ditindih kecemasan
mensetubuhi resah
akupun pernah sembunyi dari kegelisahan rembulan
Yang merangkai bunga api
menuliskan syair api
maka mimpi purbaku pecah
:sakit !!!
Aku menunggumu : rindu-rindu yang tumpah dilantai
menciptakan genagan-genangan air mata
sebuah pelangi menempel didahi para pengembara
warnanya terlihat pudar
Impian pecah..!!
Pilihkan aku satu warna apa saja?
Taruh diatas nampan dengan sisa-sisa kerinduan yang masih ada
Itupun jika kau masih punya!
Biarkan aku melayang-layang lagi
Diantara kawat jemuran
Jinakan angin liar itu
Tahan bayang itu barang sebentar saja
Kepat sejengkal dihadapanku
Kuminta kantung-kantung nasib
Yang sejak kemarin terendam dilautan
Egoku berlagak tuli
Barang kali seperti seekor lalat tersesat diatas tahi kerbau
Aku tak ingat lagi berapa musim pergi
Kemana si penggembala membawa puisi-puisi cintanya
Kenapa setiap percintaan mesti melahirkan rindu
Yang mesti hancur
Sebelum Fajar Datang
Aduh...!
Jangan coba tanyakan padaku tentang kejujuran cinta
Menerkanya saja aku tak mampu
Aku ingin lumut untuk melulurkan tubuh
Dengan segenap wewangiannya turun ke bahu
Bercinta
Segila-gilanya
Sehancur-hancurnya
Hingga matahari tinggal semangkuk cendol
yang bisa kuhirup hingga kerongkongan
Seperti air liur mengalir
Cinta tidak datang seperti air kali ciliwung mengalir
Pungguk tenggelam dipanci menggantung
Kecuali gerah tanpa peluh mengeluh gamang
Aku hampir tak pernah menantinya
Walau musim yang aku tunggu akan habis
Jelanglah diujung muara kali
Atau pada bantarannya
Mungkin angin akan bersiul-siul
Hujan akan tersenyum
Bebatuan buta
Jari-jari waktu
Menepuk-nepuk dada
Dan ketika waktu pinjamkan catatan
Pada setiap karmanya
Dan di setiap titik embun yang jatuh
Sebab cinta tak perlu ditunggu
Disepanjang tepian sore menjelang
Kecuali asa berkarat
Dan sepi membatu
explore of red
Aku menunggumu : rindu-rindu yang menggantung sepanjanghari
yang bangkit dari makam purbaku
kemudian larut didalam kaleng biskuit
dan menjelma dibalik lanit-langit kamar
ada nyanyian kasmaran berdenting dawai
: gelisah
Aku menggenggam bara selepas magrib
Cinta meludahiku dengan hujan abu-abu
Aku pernah luruh
Dibawah pon durian
Yang pucuknya berhasrat merombengi matahari
Cabang dan rantingnya sibuk mencakari langit-langit
Akarnya seperti bandul jam
:melafalkan mantra dendam
Kupu-kupu lupa metamorfosis
sayapnya terjerat jaring laba-laba
Sebait puisi lepas dengan huruf-huruf penuh daki
Rindu-rindu yang menempel retak
Laba-laba merah bata bertapa
Dibalik wuwungan
Kemana perginya harap yang ditindih kecemasan
mensetubuhi resah
akupun pernah sembunyi dari kegelisahan rembulan
Yang merangkai bunga api
menuliskan syair api
maka mimpi purbaku pecah
:sakit !!!
Aku menunggumu : rindu-rindu yang tumpah dilantai
menciptakan genagan-genangan air mata
sebuah pelangi menempel didahi para pengembara
warnanya terlihat pudar
Impian pecah..!!
Pilihkan aku satu warna apa saja?
Taruh diatas nampan dengan sisa-sisa kerinduan yang masih ada
Itupun jika kau masih punya!
Biarkan aku melayang-layang lagi
Diantara kawat jemuran
Jinakan angin liar itu
Tahan bayang itu barang sebentar saja
Kepat sejengkal dihadapanku
Kuminta kantung-kantung nasib
Yang sejak kemarin terendam dilautan
Egoku berlagak tuli
Barang kali seperti seekor lalat tersesat diatas tahi kerbau
Aku tak ingat lagi berapa musim pergi
Kemana si penggembala membawa puisi-puisi cintanya
Kenapa setiap percintaan mesti melahirkan rindu
Yang mesti hancur
Sebelum Fajar Datang
Aduh...!
Jangan coba tanyakan padaku tentang kejujuran cinta
Menerkanya saja aku tak mampu
Aku ingin lumut untuk melulurkan tubuh
Dengan segenap wewangiannya turun ke bahu
Bercinta
Segila-gilanya
Sehancur-hancurnya
Hingga matahari tinggal semangkuk cendol
yang bisa kuhirup hingga kerongkongan
Seperti air liur mengalir
Cinta tidak datang seperti air kali ciliwung mengalir
Pungguk tenggelam dipanci menggantung
Kecuali gerah tanpa peluh mengeluh gamang
Aku hampir tak pernah menantinya
Walau musim yang aku tunggu akan habis
Jelanglah diujung muara kali
Atau pada bantarannya
Mungkin angin akan bersiul-siul
Hujan akan tersenyum
Bebatuan buta
Jari-jari waktu
Menepuk-nepuk dada
Dan ketika waktu pinjamkan catatan
Pada setiap karmanya
Dan di setiap titik embun yang jatuh
Sebab cinta tak perlu ditunggu
Disepanjang tepian sore menjelang
Kecuali asa berkarat
Dan sepi membatu