weddingbookjogja
rias-tradisional-jawa-yogyakarta-2
Rias dan Pernikahan Adat Tradisional Jawa –
www.narendraswari.com/rias-pengantin-tradisional/
Pernikahan merupakan peristiwa penting dan sacral dalam kehidupan manusia. Hampir semua pernikahan Adat Tradisional di Indonesia memang terkesan rumit dan ribet, namun memiliki makna ( Filosofi ) yang mendalam. Sehingga membuat banyak pihak yang tetap berupaya melestarikan (nguri-uri) dan menjaga tradisi warisan leluhur ini, ada pula yang muali menyederhanakan/meringkas dengan tetap memakai nuansa Adat masing-masing.
Demikian juga Tata cara Pernikahan Tradisional Adat Jawa. Tata cara Pernikahan dalam adat Jawa sendiri sebenarnya masih terbagi banyak versi menurut daerahnya, yang paling populer adalah Adat Pernikahan Jogja / Yogyakarta dan Adat Pernikahan Solo / Surakarta
Berikut adalah urutan Tata Cara Pernikahan Tradisional Adat Jawa secara umum/garis besarnya.
A. Tata cara sebelum hari “H”-nya:
Jadi agak jauh sebelum pelaksanaan pernikahannya sendiri, ada proses yang harus ditempuh, yaitu :
a. Nontoni
Dalam situasi modern seperti sekarang, mungkin acara ini tidak terlalu relevan lagi.
Nonton = melihat, jadi merupakan upacara untuk melihat calon pasangannya. Ini berkaitan dengan kebiasaan masa lalu, orang yang akan menikah tidak selalu sudah saling mengenal. Maka perlu ada proses untuk saling melihat siapa calonnya. Umumnya hal ini diprakarsai pihak calon pengantin pria. Keluarga si perjaka yang akan diperjodohkan melakukan penyelidikan diam-diam/rahasia ...(dalam bahasa Jawa : dom sumuruping banyu)... tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Setelah adanya “penyeldikan rahasia” dan jelas ttg kondisi gadis yg diincarnya.... diupayakan untuk “mempertemukan” kedua calon ini meski hanya sekilas. Calon Pria bersama keluarga akan bertamu pada keluarga calon wanita... pada saat itu gadis yang diincarnya akan muncul sambil menghidangkan minuman... Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
b. Lamaran
Tahap inilah secara resmi, keluarga/orang tua perjaka calon pengantin melamar atau meminang gadis pilihannya (jaman dulu pilihan orang tuanya sih..) Pada masa sekarang mungkin acara ini tinggal formalitas saja, karena perjaka dan gadis biasanya sudah saling mengenal dan berpacaran.
Pada kesempatan inilah bertemu kedua pihak keluarga dan dibicarakan rencana untuk meresmikan pernikahan , menentukan “hari baik”.
Tatacaranya kurang lebih sebagai berikut:
Hari dan tanggal yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan, utusan dari pihak calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai putri dengan membawa buah tangan berupa jajan/penganan yang terbuat dari ketan (wajik, jadah, rengginang, jenang dsb), yang mengandung makna agar seperti ketan yang lengket sehingga dua pihak ini ke depan menjadi lebih dekat dan akrab....
Setelah duduk dengan tenang, maka wakil dari pihak pria menyampaikan maksud kedatangannya yaitu untuk melamar putri dari keluarga ini. Bila lamaran diterima maka kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan acara selanjutnya yaitu upacara peningsetan.
c. Peningsetan
Peningsetan atau singsetan berasal dari kata “singset” (Jawa) artinya ikat kuat, jadi peningsetan dimaksud sebagai upacara pengikat kedua belah pihak terhadap rencana yang disepakati.
Tatacaranya kurang lebih :
Pihak keluarga pria datang ke keluarga pihak putri dengan menghantar/membawa tukon, berupa : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang sesuai dengan kemampuan ekonominya, juga makanan/jajanan seperti pada waktu lamaran : jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup.
Dalam uapacara meriah, untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Pada acara inilah penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Pada zaman sekarang ketiga tahap ini mungkin sudah banyak diringkas dan disederhanakan, namun harapannya maknanya tetap selalu diingat.
B. Tatacara sekitar hari “H”
Dimaksudkan adalah Acara pada tahap pelaksanaan pernikahan itu sendiri, biasanya dimulai 1 hari sebelum Ijab kabul sbb
a. Pasang Tarub
Mantu atau menikahkan anak atau pernikahan adalah hari yang penting dan bahagia, biasanya tuan rumah akan mengundang orang lain untuk ikut mendoakan dan merasakan kebahagiaan itu. Karena akan banyak yang datang maka harus ditambah tempat berupa tratag/tenda. Karena ini hari bahagia, maka tenda/rumah haruslah dihias dengan meriah dan penuh makna. Pada kesempatan inilah orangtua melakukan upacara pasang tarub yaitu dengan memasang “bleketepe”/anyaman daun kelapa yang biasanya utk atap dan perhiasan yang lain, tentu saja secara simbolis, karena seterusnya akan diselesaikan oleh petugas lainnya. Secara adat yang dipasang untuk menghiasi tempat pesta antara lain terdiri dari: Dua batang/ tandan pisang raja yang sudah tua (mulai masak), 2 tandan kelapa gading, untaian padi, tebu hitam/wulung, daun beringin, daun dadap srep, daun lang-alang dsb.
Kalau mau dituruti, masih banyak “uba-rampe” yang disediakan dalam upacara ini, semua mengandung makna, nasehat, doa dan harapan.
b. Nyantri
Nyantri = menjadi santri, yaitu calon pengantin pria dititipkan untuk tinggal dekat dengan keluarga pihak putri. Ini dimaksudkan agar nanti pada saat upacara di hari “H” itu berjalan lancar karena pengantin prianya sudah siap. Disamping itu juga agar calon pengantin pria mengenal lebih dekat dengan keluarga pengantin putri.
c. Upacara Siraman
Siraman berasal dari kata siram yang berarti mandi. Maka siraman adalah memandikan calon pengantin dengan maksud untuk membershkan diri agar menjadi suci dan murni untuk menyambut atau mengahdapi uapacara pernikahan yang sakral itu.
Biasanya disediakan tempat khusus yang didekorasi sedemikian rupa untuk upacara siraman ini, ditempatkan di situ temapayan/gentong/bejana besar berisi air kembang dan siwur/gayung , tempat duduk utk calon mempelai. Sediakan pula kendi yang berisi air nanti untuk membilas siraman oleh kedua orang tua calon memempelai.
Tata Upacaranya kurang lebih:
Calon mempelai/pengantin melakukan sungkeman kepada orang tua (pinisepuh),
Kemudian diantar ke sendang/tempat siraman yang telah disediakan
Satu persatu, bergantian pinisepuh menyirami calon pengantin dengan air bunga setaman dari bejana yang tersedia. Yang terakhir adalah orang tua kandung dan membilas dengan air kendi, setelah itu kendi dibanting hinga pecah oleh orang tua dengan berkata: “Wus pecah pamore !”
Usai Siraman Calon pengantin ini dibawa kembali ke kamar rias dan mulai dipingit. Oleh perias calon pengantin ini akan dipotong/dicukur “sinim”nya. Sinom = rambut lembut di kening....
d. Dodol dhawet
Usai Siraman dan pemotongan sinom, dilanjutkan dengan acara Dodol Dhawet= jualan dhawet/cendol oleh kedua orang tua calon mempelai putri. Pembelinya adalah seluruh hadirin dan panitia yang ada disitu. Maksudnya acara ini kurang lebih: agar Acara pernikahan yang akan dilaksanakan berjalan lancar, meriah seperti orang minum dhawet....
e. Midodareni
Malam menjelang Ijab sering disebut dengan Midodareni, berasal dari kata widadari atau bidadari. Biasanya diadakan kenduri dan tirakatan. Jaman dulu pengantin putri dirawat kecantikanya secara menyeluruh... Maksudnya sebenarnya mempersiapkan diri secara total lahir dan batin.
Upacara Ijab
Yaitu pengesahan pernikahan sesuai dengan agama yang dianut pengantin, dalam Islam: Ijab Kabul, dalam Kristen Katolik : Sakramen Perkawinan dsb. Inilah upacara yang paling sakral sebenarnya dalam upacara pernikahan.
. Panggih/Temu manten
Acara menggambarkan pertmuan pengantin pria dan pengantin putri. Setelah Ijab, pengantin pria kembali ke tempat penantian, pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Dilakukan persiapan seperlunya. Setelah siap, maka dilakukan acar ini. Pengantin Putri menunggu dari dalam gerbang, pengantin pria datang dari luar dengan iringan gendhing Kodok Ngorek, lalu:
• Balangan suruh (lempar sirih)
Mempelai saling melempar sirih
• Wiji dadi, Injak telor
Pengantin Pria menginjak telur dan Pengantin putri kemudian mencuci kaki pengantin pria
• Timbang/pangkon,
Kedua mempelai dipangku oleh ayah mempelai putri, ditimbang, ternyata sama beratnya, artinya, sejak saat ini tidak ada pilih kasih lagi
• Tanem
Mendudukkan kedua pengantin di tahta yang tersedia, diberi kepercayaan untuk hidup mandiri sebagai keluarga.
Tampa kaya/Kacar-kucur
Pengantin pria menuangkan biji-bijian ke pangkuan pengantin putri, lambang penyerahan dan tanggungjawab pengantin pria terhadap keluarganya.
• Dhahar klimah
Saling menyuapi,... saling melayani untuk setia dalam suka dan duka.
• Sungkeman/Ngabekten
Sungkem kedua mempelai kepada orang tua.
Narendraswari Rias Pengantin – di Jogja / Yogyakarta
CP. 0856 4333 0420 / 0811 255 608
Beralamat di Jl. Srandakan KM. 1 Jodog RT. 04 Pandak, Bantul Yogyakarta, Indonesia
Bekerjasama dengan :
FOTO & VIDEO PROSESI ADAT PERNIKAHAN KLASIK TRADISIONAL JAWA bersama UWASIS PHOTOGRAPHY dan CHAN ANDI PHOTO – Melayani Moment Pemotretan Pernikahan Adat Jawa di Seluruh Indonesia – CP : 0857 4359 8263 | 0852 0088 4609 ) www.weddingbookjogja.com
rias-tradisional-jawa-yogyakarta-2
Rias dan Pernikahan Adat Tradisional Jawa –
www.narendraswari.com/rias-pengantin-tradisional/
Pernikahan merupakan peristiwa penting dan sacral dalam kehidupan manusia. Hampir semua pernikahan Adat Tradisional di Indonesia memang terkesan rumit dan ribet, namun memiliki makna ( Filosofi ) yang mendalam. Sehingga membuat banyak pihak yang tetap berupaya melestarikan (nguri-uri) dan menjaga tradisi warisan leluhur ini, ada pula yang muali menyederhanakan/meringkas dengan tetap memakai nuansa Adat masing-masing.
Demikian juga Tata cara Pernikahan Tradisional Adat Jawa. Tata cara Pernikahan dalam adat Jawa sendiri sebenarnya masih terbagi banyak versi menurut daerahnya, yang paling populer adalah Adat Pernikahan Jogja / Yogyakarta dan Adat Pernikahan Solo / Surakarta
Berikut adalah urutan Tata Cara Pernikahan Tradisional Adat Jawa secara umum/garis besarnya.
A. Tata cara sebelum hari “H”-nya:
Jadi agak jauh sebelum pelaksanaan pernikahannya sendiri, ada proses yang harus ditempuh, yaitu :
a. Nontoni
Dalam situasi modern seperti sekarang, mungkin acara ini tidak terlalu relevan lagi.
Nonton = melihat, jadi merupakan upacara untuk melihat calon pasangannya. Ini berkaitan dengan kebiasaan masa lalu, orang yang akan menikah tidak selalu sudah saling mengenal. Maka perlu ada proses untuk saling melihat siapa calonnya. Umumnya hal ini diprakarsai pihak calon pengantin pria. Keluarga si perjaka yang akan diperjodohkan melakukan penyelidikan diam-diam/rahasia ...(dalam bahasa Jawa : dom sumuruping banyu)... tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Setelah adanya “penyeldikan rahasia” dan jelas ttg kondisi gadis yg diincarnya.... diupayakan untuk “mempertemukan” kedua calon ini meski hanya sekilas. Calon Pria bersama keluarga akan bertamu pada keluarga calon wanita... pada saat itu gadis yang diincarnya akan muncul sambil menghidangkan minuman... Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
b. Lamaran
Tahap inilah secara resmi, keluarga/orang tua perjaka calon pengantin melamar atau meminang gadis pilihannya (jaman dulu pilihan orang tuanya sih..) Pada masa sekarang mungkin acara ini tinggal formalitas saja, karena perjaka dan gadis biasanya sudah saling mengenal dan berpacaran.
Pada kesempatan inilah bertemu kedua pihak keluarga dan dibicarakan rencana untuk meresmikan pernikahan , menentukan “hari baik”.
Tatacaranya kurang lebih sebagai berikut:
Hari dan tanggal yang telah ditetapkan dan dikomunikasikan, utusan dari pihak calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai putri dengan membawa buah tangan berupa jajan/penganan yang terbuat dari ketan (wajik, jadah, rengginang, jenang dsb), yang mengandung makna agar seperti ketan yang lengket sehingga dua pihak ini ke depan menjadi lebih dekat dan akrab....
Setelah duduk dengan tenang, maka wakil dari pihak pria menyampaikan maksud kedatangannya yaitu untuk melamar putri dari keluarga ini. Bila lamaran diterima maka kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan acara selanjutnya yaitu upacara peningsetan.
c. Peningsetan
Peningsetan atau singsetan berasal dari kata “singset” (Jawa) artinya ikat kuat, jadi peningsetan dimaksud sebagai upacara pengikat kedua belah pihak terhadap rencana yang disepakati.
Tatacaranya kurang lebih :
Pihak keluarga pria datang ke keluarga pihak putri dengan menghantar/membawa tukon, berupa : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang sesuai dengan kemampuan ekonominya, juga makanan/jajanan seperti pada waktu lamaran : jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup.
Dalam uapacara meriah, untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Pada acara inilah penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Pada zaman sekarang ketiga tahap ini mungkin sudah banyak diringkas dan disederhanakan, namun harapannya maknanya tetap selalu diingat.
B. Tatacara sekitar hari “H”
Dimaksudkan adalah Acara pada tahap pelaksanaan pernikahan itu sendiri, biasanya dimulai 1 hari sebelum Ijab kabul sbb
a. Pasang Tarub
Mantu atau menikahkan anak atau pernikahan adalah hari yang penting dan bahagia, biasanya tuan rumah akan mengundang orang lain untuk ikut mendoakan dan merasakan kebahagiaan itu. Karena akan banyak yang datang maka harus ditambah tempat berupa tratag/tenda. Karena ini hari bahagia, maka tenda/rumah haruslah dihias dengan meriah dan penuh makna. Pada kesempatan inilah orangtua melakukan upacara pasang tarub yaitu dengan memasang “bleketepe”/anyaman daun kelapa yang biasanya utk atap dan perhiasan yang lain, tentu saja secara simbolis, karena seterusnya akan diselesaikan oleh petugas lainnya. Secara adat yang dipasang untuk menghiasi tempat pesta antara lain terdiri dari: Dua batang/ tandan pisang raja yang sudah tua (mulai masak), 2 tandan kelapa gading, untaian padi, tebu hitam/wulung, daun beringin, daun dadap srep, daun lang-alang dsb.
Kalau mau dituruti, masih banyak “uba-rampe” yang disediakan dalam upacara ini, semua mengandung makna, nasehat, doa dan harapan.
b. Nyantri
Nyantri = menjadi santri, yaitu calon pengantin pria dititipkan untuk tinggal dekat dengan keluarga pihak putri. Ini dimaksudkan agar nanti pada saat upacara di hari “H” itu berjalan lancar karena pengantin prianya sudah siap. Disamping itu juga agar calon pengantin pria mengenal lebih dekat dengan keluarga pengantin putri.
c. Upacara Siraman
Siraman berasal dari kata siram yang berarti mandi. Maka siraman adalah memandikan calon pengantin dengan maksud untuk membershkan diri agar menjadi suci dan murni untuk menyambut atau mengahdapi uapacara pernikahan yang sakral itu.
Biasanya disediakan tempat khusus yang didekorasi sedemikian rupa untuk upacara siraman ini, ditempatkan di situ temapayan/gentong/bejana besar berisi air kembang dan siwur/gayung , tempat duduk utk calon mempelai. Sediakan pula kendi yang berisi air nanti untuk membilas siraman oleh kedua orang tua calon memempelai.
Tata Upacaranya kurang lebih:
Calon mempelai/pengantin melakukan sungkeman kepada orang tua (pinisepuh),
Kemudian diantar ke sendang/tempat siraman yang telah disediakan
Satu persatu, bergantian pinisepuh menyirami calon pengantin dengan air bunga setaman dari bejana yang tersedia. Yang terakhir adalah orang tua kandung dan membilas dengan air kendi, setelah itu kendi dibanting hinga pecah oleh orang tua dengan berkata: “Wus pecah pamore !”
Usai Siraman Calon pengantin ini dibawa kembali ke kamar rias dan mulai dipingit. Oleh perias calon pengantin ini akan dipotong/dicukur “sinim”nya. Sinom = rambut lembut di kening....
d. Dodol dhawet
Usai Siraman dan pemotongan sinom, dilanjutkan dengan acara Dodol Dhawet= jualan dhawet/cendol oleh kedua orang tua calon mempelai putri. Pembelinya adalah seluruh hadirin dan panitia yang ada disitu. Maksudnya acara ini kurang lebih: agar Acara pernikahan yang akan dilaksanakan berjalan lancar, meriah seperti orang minum dhawet....
e. Midodareni
Malam menjelang Ijab sering disebut dengan Midodareni, berasal dari kata widadari atau bidadari. Biasanya diadakan kenduri dan tirakatan. Jaman dulu pengantin putri dirawat kecantikanya secara menyeluruh... Maksudnya sebenarnya mempersiapkan diri secara total lahir dan batin.
Upacara Ijab
Yaitu pengesahan pernikahan sesuai dengan agama yang dianut pengantin, dalam Islam: Ijab Kabul, dalam Kristen Katolik : Sakramen Perkawinan dsb. Inilah upacara yang paling sakral sebenarnya dalam upacara pernikahan.
. Panggih/Temu manten
Acara menggambarkan pertmuan pengantin pria dan pengantin putri. Setelah Ijab, pengantin pria kembali ke tempat penantian, pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Dilakukan persiapan seperlunya. Setelah siap, maka dilakukan acar ini. Pengantin Putri menunggu dari dalam gerbang, pengantin pria datang dari luar dengan iringan gendhing Kodok Ngorek, lalu:
• Balangan suruh (lempar sirih)
Mempelai saling melempar sirih
• Wiji dadi, Injak telor
Pengantin Pria menginjak telur dan Pengantin putri kemudian mencuci kaki pengantin pria
• Timbang/pangkon,
Kedua mempelai dipangku oleh ayah mempelai putri, ditimbang, ternyata sama beratnya, artinya, sejak saat ini tidak ada pilih kasih lagi
• Tanem
Mendudukkan kedua pengantin di tahta yang tersedia, diberi kepercayaan untuk hidup mandiri sebagai keluarga.
Tampa kaya/Kacar-kucur
Pengantin pria menuangkan biji-bijian ke pangkuan pengantin putri, lambang penyerahan dan tanggungjawab pengantin pria terhadap keluarganya.
• Dhahar klimah
Saling menyuapi,... saling melayani untuk setia dalam suka dan duka.
• Sungkeman/Ngabekten
Sungkem kedua mempelai kepada orang tua.
Narendraswari Rias Pengantin – di Jogja / Yogyakarta
CP. 0856 4333 0420 / 0811 255 608
Beralamat di Jl. Srandakan KM. 1 Jodog RT. 04 Pandak, Bantul Yogyakarta, Indonesia
Bekerjasama dengan :
FOTO & VIDEO PROSESI ADAT PERNIKAHAN KLASIK TRADISIONAL JAWA bersama UWASIS PHOTOGRAPHY dan CHAN ANDI PHOTO – Melayani Moment Pemotretan Pernikahan Adat Jawa di Seluruh Indonesia – CP : 0857 4359 8263 | 0852 0088 4609 ) www.weddingbookjogja.com